31. Berjuang

51.4K 3.4K 203
                                    

Rana masuk ke dalam gerbang rumah orang tuanya dengan dahi yang berkerut. Ia melihat ada dua buah mobil mewah berwarna merah dan silver terparkir rapi di depan rumah berwarna hijau itu. Rana sangat tahu mobil berwarna merah itu milik siapa. Milik Sarah.

Otaknya terus berpikir. Ada apa Sarah datang ke sini?

Pikiran-pikiran buruk terus melayang di kepalanya, bagaimana jika Sarah sampai bilang kalau mereka berdua sekarang sangat dekat dan sering pergi berdua bersama. Ah, kalau sampai itu terjadi, bisa-bisa ayahnya marah besar kepadanya. Apalagi statusnya sekarang yang sudah menjadi seorang suami.

"Saya pamit dulu. Assalamualaikum." Samar-samar Rana mendengar suara lelaki dari arah pinti utama. Ketika ia lihat, ternyata itu Aji, Lia dan Sarah.

Rana berjalan menyelusup ke pintu belakang, takut-takut kalau kedatangannya akan membuat semua orang yang sedang berdiri di pintu utama akan mengintrogasinya.

Rana bisa bernafas lega setelah masuk ke dalam rumah lewat pintu belakang, dan sekarang ia sedang duduk di ruang keluarga. Ia sedang menunggu orang tuanya masuk kembali ke rumah dan bertanya ada apa Sarah dan kedua orang tuanya datang kesini?

"Rana?" Suara mamanya terdengar dari arah belakangnya. Refleks Rana mengalihkan padangannya ke sumber suara, di sana sudah ada papa dan mamanya yang sedang berdiri sambil menatap aneh ke arahnya.

"Iya, Ma?"

Doni dan Fitri ikut duduk di sofa, tepatnya bersebelahan dengan Rana.

Doni menatap Rana dengan tatapan menahan amarah. Ia tidak percaya, Rana akan melakukan hal seburuk ini. Pergi berdua bersama Sarah tanpa merasa salah kepada istrinya.

"Benarkah kamu sering pergi berdua dengan Sarah?" tanya Doni santai tapi mengintimidasi.

Rana menelan salivanya. Ia tidak percaya kalau orang tuanya akan tahu akan hal ini. Pasti Sarah mengadu, pikirnya.

"Jawab Rana!"

Rana mengangguk. Ia tidak bisa lagi mengelak. "Iya, Pa."

"Kenapa kamu jalan sama Sarah, Rana? Bukankah kamu tahu kalau pergi sama wanita yang gak halal buat kamu itu dosa?" Fitri ikut bertanya.

"Rana khilaf, Ma."

"Khilaf? Menurut kamu jalan sampai larut malam itu khilaf? Pikir sama kamu, Ran! Dhiani pasti akan sakit jika tahu kelakuan kamu di belakangnya."

Rana menggeleng. Dia tidak akan membiarkan Dhiani tahu akan hal ini. Ia sangat mencintai Dhiani, dan ia tidak ingin Dhiani membencinya karena hal ini.

"Rana benar-benar khilaf, Ma. Dan Rana janji, Rana gak akan mengulanginya lagi, Rana sayang sama Dhiani." Rana menatap Fitri dengan tatapan memohon.

"Kamu tahu kedatang orang tua Sarah ke sini?" Doni mulai bersuara lagi.

"Mereka meminta agar kamu dan Sarah menikah, gara-gara kalian sering pergi bersama, apalagi sampai pulang malam, mana berdua-duaan lagi."

Mata Rana membulat, ia tidak percaya kalau Sarah akan senekat ini. Ini semua karenanya yang selalu memberi harapan yang tidak jelas kepada Sarah. Apa yang harus ia lakukan sekarang, agar Sarah berhenti mengejarnya?

"Terus mama sama papa jawab apa?" tanya Rana penasaran.

"Ya jelas kita tolaklah. Kita bilang kalau kamu udah ada calon," jawab Fitri.

"Kenapa mama gak bilang kalau Rana udah nikah aja? Rana bilang sama Sarah, kalau Rana udah punya istri. Kalau begini, pasti Sarah mikir kita hanya main-main dengan ucapan kita."

Sincere Love ✔Where stories live. Discover now