39. Dia kembali

49.6K 3.5K 55
                                    

Sudah beberapa hari, tapi gosip tentang Dhiani masih menjadi berita hangat setiap waktu istirahat. Dhiani pun kadang masih suka risih jika orang-orang menatap ke arahnya. Sedangkan Rana, dia selalu mensupport Dhiani agar tidak terlalu memikirkan gosip itu.

Hari ini adalah hari Selasa, dan hari ini juga adalah pelajaran matematika di kelas 12 IPS 1.

Semua murid mendadak diam dan duduk rapi di bangkunya masing-masing, ketika Rana masuk ke dalam kelas dengan wajah dinginnya. Rana tak banyak bicara, ia langsung saja menulis materi di papan tulis.

Setelah selesai menulis materi, lantas Rana mulai menjelaskan materi yang ia tulis.

"Ada yang ingin ditanyakan?" tanyanya, ketika ia sudah selesai menjelaskan materi.

Semua murid diam. Rana mengangguk-anggukan kepalanya tanda mengerti bahwa semua murid sudah mengerti.

"Kita tidak punya banyak waktu lagi, bulan depan kita akan di hadapkan dengan Ujian Praktek," ucap Rana. "Jadi jangan sia-siakan waktu kalian dengan hal-hal yang tidak penting. Contohnya seperti membicarakan kejelekan orang lain," lanjutnya dengan nada menyindir.

Semua murid meneguk salivanya susah payah. Baru kali ini mereka mendengar Rana menyindir dengan kata-kata seperti itu, apalagi dari nadanya Rana terlihat marah. Walaupun Rana guru yang dingin, tapi ia tidak pernah terlihat marah di depan siswa-siswinya.

Sebenarnya Rana tidak ada niat untuk menyindir, hanya saja ia sudah lelah mendengar gosip yang belum juga reda.

Aida yang memang sedang memerhatikan Rana, ia tersenyum puas. Aida yakin, jika Rana berkata seperti ini pasti teman-temannya tidak akan menggosipkan Dhiani lagi.

"Jadi, kalian harus mempersiapkan diri kalian. Jangan sampai ada yang tidak ikut melaksanakan Ujian Praktek."

Nanad mengacungkan tangannya tanda ia ingin bertanya. "Pak, Ujian Praktek itu perkelompok kan?" tanyanya.

Rana mengangguk sambil berkata "iya."

"Setiap kelompoknya ada berapa orang?" tanyanya lagi.

"Tujuh atau delapan orang. Kalian bebas memilih dengan siapa saja. Boleh dengan kelas lain," jawab Rana.

Semua murid mengangguk tanda mengerti.

"Dhi, kita sekelompok sama Rifqi ya? Diakan pintar," kata Aida kepada Dhiani.

"Kamu milih sama Rifqi karena dia pintar? Keterlaluan kamu," sahut Dhiani.

Aida terkekeh kecil. "Ya begitulah. Punya temen pintar kan harus bisa kita andalkan."

"Dasar kamu."

***

Bel pulang sudah berbunyi sejak sepuluh menit yang lalu. Dhiani sengaja keluar dari kelas pada saat semua orang sudah pulang, karena ia akan pulang bersama Rana tanpa ada satu orang pun yang akan curiga kepadanya.

Dhiani berjalan ke arah parkiran, karena Rana sudah menunggunya di sana. Tapi langkahnya itu terhenti ketika ia melihat Akbar yang sedang santainya berdiam diri di depan gerbang sekolahnya.

Keningnya mengerut. Ada apa Akbar di sini? Bukannya Rifqi sudah pulang dari tadi?

"Dhiani?" teriak Akbar sambil berjalan mendekat ke arahnya.

"Akbar? Kok, kamu ada di sini?" tanya Dhiani bingung. Karena yang ia tahu kalau Akbar sudah pulang ke Bogor.

"Iya, aku main lagi ke Bandung. Niatnya sih mau kuliah di sini juga," jawab Akbar.

Dhiani mengangguk-anggukan kepalanya. "Oh ya sudah, kalau gitu aku duluan ya," pamit Dhiani yang sudah siap akan melangkah ke arah parkiran.

"Kamu pulang sama siapa?" tanya Akbar.

Sincere Love ✔Onde histórias criam vida. Descubra agora