Pria Tambun

3.6K 545 16
                                    

"Harus jadi! Apartemen itu harus jadi secepatnya! Kalau tidak, bagaimana saya akan bekerja? Bisa-bisa saya gila karena macet duluan, dan nggak bisa ngurus amanah rakyat!"

Koor setuju dan tawa karena lelucon dari seorang Pria Tambun memenuhi ruangan berpendingin maksimal itu. Sesekali, beberapa pelayan dengan topi logo restoran berbeda berlalu-lalang, memenuhi perut manusia-manusia yang mengaku sebagai pengemban misi keadilan di negara ini.

"Pak? Bagaimana dengan saran kotak aspirasi saya tadi?" Seorang lelaki muda menyela, peluh terlihat mengucur karena perjuangannya untuk sampai ke ruangan tersebut beberapa menit yang lalu tidaklah mudah.

Pria Tambun yang dipanggil itu melirik. Lalu tersenyum lebar. Sampai-sampai lelaki muda tadi dapat melihat gigi emas yang menyembul dari mulut Pria Tambun tersebut. "Ah, ya-ya, saya akan pertimbangkan! Siapa nama kamu tadi?"

Lelaki muda itu tersenyum senang. "Farrel, Pak."

"Oke-oke, Far--kamu boleh pergi sekarang!" sahut pria itu dengan gestur mengusir. Tidak terlihat tertarik untuk mengingat nama lelaki yang sudah bersusah payah hanya untuk menyampaikan satu-dua kalimat padanya.

***

"Astaga, kamu masih bawa-bawa air pakai itu?"

Farrel, masih dalam balutan jas almameter, segera membantu adiknya membawa sebuah galon berisi air bersih. Adiknya hanya terkekeh pelan dan menggaruk kepala.

"Yaah, biasanya juga gini, Kakak lebay amat," ujar Aras, adik Farrel yang sudah menginjak kelas tiga Sekolah Menengah Pertama, menirukan kata-kata kakaknya saat menelepon temannya.

Farrel menggelengkan kepala dan mengusap kepala adiknya. Kemudian, Farrel bercerita dengan semangat pada Aras tentang kegiatannya siang tadi, yang disambut Aras dengan decakan kagum.

"Ntar aku coba ya, Kak!"

Farrel mengacungkan jempolnya.
***

Dari: Arasia@gmail.com
Untuk: BapakPengembanMisiKeadilan@yahoo.com

Selamat pagi, Pak!

Kenalkan, saya Aras, kelas 3 SMP, penduduk DKI Raya. Saya punya permintaan...

"Bagus, Dek! Kabar-kabarin Kakak kalau udah dibales ya! Perjuangan Kakak nggak sia-sia deh!" Farrel bergegas berangkat ke kampusnya, mengabaikan kemacetan di jalan raya yang tepat berada di depan rumahnya, akibat aksi protes pembangunan apartemen baru yang terjadi.

Setidaknya, siang ini Farrel mengisi harinya dengan bersenandung senang karena merasa usahanya telah berhasil.

***

"Apa ini?! Asisten! Buatkan saya email baru! Yang satu ini terlalu penuh sampai laptop baru saya error! Hapus aja email yang ini!"

Tanpa perlu repot-repot mengurus layar laptopnya yang menampilkan laman email tergantikan dengan layar hitam pekat, Pria Tambun Pengemban Misi Keadilan itu menelepon nomor pelayan restoran kesukaannya lalu kembali menyandarkan tubuh di kursi kebanggaannya.

Kembali mendengkur tanpa memedulikan kacamatanya yang merosot dari hidungnya.

File 002: Pengemban Misi Keadilan,
Fin.

Tawa [END]Where stories live. Discover now