Bawang Putih

1.7K 420 22
                                    


"-penjajahan di atas dunia, harus dihapuskan. Oleh sebab itu-"

Aku menguap untuk yang kesekian kalinya. Terkadang aku bertanya-tanya, sebenarnya sudah berapa ratus kali aku mendengarkan isi pembukaan Pancasila sejak aku masuk ke dunia pendidikan?

Rasanya, aku sudah hafal keseluruhan isinya. Kurasa, semua teman-temanku juga bernasib sama denganku.

Padahal kami semua tahu kalau sampai 72 tahun negara ini merdeka, pengamalan isi pembukaan itu belum sepenuhnya dilaksanakan dengan benar. Kemudian pikiranku akan melayangkan sebuah pertanyaan yang tidak pernah kusuarakan, "Memangnya, negara ini ngapain aja selama 72 tahun? Bobok cantik?"

Aku yakin malaikat di sisi kanan dan kiriku bergumam, "Dasar manusia, cuma bisa mengeluh dan protes, tapi nggak gerak buat bikin perubahan. Pantas saja cuma 1 dari 1000 manusia yang masuk surga. 999 lainnya berdomisili di neraka."

Yah, apa yang bisa dilakukan seorang siswi bertampang anak SMP padahal besok lusa akan mendapat KTP ini? Demo di depan istana presiden?

Setengah jam kemudian, aku baru bisa menghela napas lega. Upacara tidak pernah menjadi momen yang kutunggu-tunggu. Meskipun guru-guru selalu menyindir kami, siswa-siswi pengeluh, dengan kalimat, "Cuma upacara empat kali sebulan kok ngeluh mulu, dulu pejuang aja ikhlas-ikhlas aja perang cuma modal tombak!"

Sehabis upacara, guru akan briefing sejenak dengan kepala sekolah. Sehingga aku punya waktu luang untuk bermain dengan ponsel. Aku hanya melihat-lihat timeline PINE yang diisi dengan postingan hasil like temanku.


Jariku terhenti di salah satu postingan yang hanya berisi sebuah gambar ilustrasi. Seketika, benakku melayang pada isi pembukaan dasar negara saat upacara tadi.

***

"Excuse me, Sir, we've received agreement from Ministry of Foreign Affairs, I've sent the mail to your mailbox already."

(Permisi, Pak, kami telah menerima persetujuan dari Menteri Luar Negeri, saya sudah mengirimkan emailnya ke kotak masuk email anda.)

Pria berperawakan besar itu melambaikan tangannya; mempersilakan salah satu asistennya untuk pergi. Kemudian, pria itu tertawa tertahan ketika menatap mailbox-nya.

"Is this some new kind of colonialism?"

***

"Apa ini penjajahan jenis baru di era ini?"

Aku menggeleng-gelengkan kepala seraya memejamkan mata. Namun gambar ilustrasi yang muncul di timeline PINE-ku kerap kali terbayang di otakku.

Gambar itu menunjukkan personifikasi mulai dari teknologi-yaitu pesawat terbang dan senjata militer-hingga bawang putih, melengang masuk ke dalam pintu bernama negara ini yang dibukakan oleh karikatur wajah yang kukenali sebagai Menteri Luar Negeri.

Padahal, bukannya negara ini sangat berlimpah dalam hal rempah-rempah? Masa bawang putih saja sampai harus impor? Bagaimana tagihan utang negara tidak membengkak?

Selama sisa hari, aku mendumal di dalam pikiranku, apanya yang "penjajahan di atas dunia harus dihapuskan"? Nyatanya, negara ini masih dijajah. Selama tujuh puluh dua tahun terakhir, tanpa disadari oleh sebagian besar warganya.

Tapi lagi-lagi aku berkata, memangnya siswi SMA sepertiku bisa apa?

"Nah, dia mulai mengeluh lagi di depan ponselnya, dasar manusia."

File 006: Bawang Putih Melengang Masuk,

Fin.

Tawa [END]Where stories live. Discover now