Simple Thing

3.3K 280 32
                                    

Arthit sedang menikmati waktu istirahatnya yang tenang malam itu. Tubuhnya cukup lelah ia setelah seharian dipaksakan untuk kegiatan hariannya.

Dia berencana langsung tidur setelah melakukan ritual malamnya. Membersihkan diri dan berganti pakaian.

Setelah di kamar mandi, ia teringat tidak membawa handuk untuk mengeringkan wajahnya, padahal ia baru akan menutup pintunya.

Handuk putih itu ia gunakan setelah mencuci wajahnya dengan facial foam.

Kemudian memberikan pasta gigi sebesar biji jagung pada permukaan bulu sikat giginya.

Waktu-waktu seperti ini adalah salah satu favorit Arthit. Malam yang tenang, sebelum beristirahat, tanpa kebisingan orang-orang.

Tanpa kebisingan seseorang yang selalu berhasil membuat harinya tidak karuan di kampus, siapa lagi kalau bukan pemuda itu, Kong—

Knock Knock

"P'Arthit...."

Knock Knock

"P'Arthit.... Buka pintunya." Arthit menarik kembali apa yang ia pikirkan barusan.

Suara itu jelas siapa pemiliknya. Dan ia memilih mengabaikannya lalu kembali menggerakkan sikat gigi di dalam mulutnya.

"P'Arthit, ini penting, tolong aku! Buka pintunya sekarang."

Ia berhenti bergerak sejenak, mungkin Kongpob sedang dalam masalah dan ia tidak bisa bersikap mengabaikannya barang sedetik.

Arthit khawatir. Bagaimanapun pemuda itu spesial baginya dirinya dan hari-harinya.

Dengan cepat, ia keluar menuju pintu depan kamarnya tanpa repot-repot menyelesaikan kegiatannya.

"Apa yang terjadi?" serunya panik setelah pintu mengayun terbuka.

Kongpob berdiri disana, dengan jari-jari memainkan ponselnya. Ia menatap mata Arthit, lalu masuk ke dalam tanpa mengucapkan apa-apa.

Kebingungan tampak jelas dari pandangan Arthit, melihat pemuda yang mengenakan piyama itu hanya duduk di pinggir kasurnya. "P'Arthit lanjutkan dulu menggosok giginya."

"KONGPOB!" kesal Arthit dengan sikap pemuda itu yang tidak jelas. Arthit bisa saja melanjutkan marah-marahnya kalau mulutnya tidak belepotan busa.

Dengan langkah menghentak, ia berjalan ke kamar mandi. Dia terkejut begitu tangan pemuda lainnya menahan pintu ketika ia ingin menutupnya. Dia bertambah kesal saja, setelah pemuda itu mengikutinya ke kamar mandi. Entah apa yang dia inginkan.

"P'Arthit, jangan tutup pintunya. Please?" Kongpob tersenyum memohon, dengan kilau di matanya. Sementara Arthit menatapnya tajam. Antara kesal, heran dan penasaran.

Arthit kembali menyelesaikan ritualnya dengan langkah ragu, dengan Kongpob berdiri disana sambil menatapnya.

Ia memperhatikan bagaimana wajah Kongpob mulai tersenyum tipis, ekspresi bahagia yang bertahan beberapa saat, dan rona tipis di wajahnya, dengan tetap fokus pada setiap gerakan kecil yang ia lakukan. Tapi efeknya timbal balik. Setiap ekspresi yang tampak pada pemuda itu tidak lolos dari pandangan Arthit.

Secara natural, degupan di dada Arthit meningkat, namun tetap dalam ketukan halus. Rona pink di wajahnya juga tampak tak pudar.

'Apa betul anak ini baik-baik saja?' pikir Arthit.

Kongpob rela menyebrang ke gedung sebelah, di waktu istirahat seperti ini hanya karena satu alasan. Dia membaca sesuatu ketika berselancar menggunakan ponselnya.

Selain karena rindu, dia juga harus memastikan hal tersebut—hal yang mengganggu pikirannya setelah ia membacanya.

Ia tersenyum penuh dengan mata yang membentuk bulan sabit. "You're beautiful, P'Arthit."

Kalimat yang ia baca sepenuhnya benar dan terbukti padanya, ia bisa menjamin perasaannya pada P'Arthit.

.

Love...

.

Love is....

Thinking you're beautiful doing the simplest things...

.

.

.

Notes:

Oke, this is cheesy.... isn't it? 

I made this story after reading HJ Comic, so its fine if you find it similiar. I love the quote, so my imagination run wild and apply it to KongxArthit situation. Hope you enjoy 3 min--or less reading this chapter... Love you <3

Love Is... (SOTUS Fanfiction - Bahasa Indonesia)Where stories live. Discover now