Sweet Hugs

1.2K 127 11
                                    

Kongpob baru tiba di rumah neneknya, hari ini rencananya keluarga besarnya ingin merayakan selamatan atas sepupu tertuanya yang mengandung anak kedua. Bukan acara yang mewah dan berlebihan, namun sudah menjadi tradisi bagi keluarga mereka untuk mengadakan acara dan mengabiskan waktu berkualitas bersama.

Berhubung kedua orang tuanya tidak dapat menghadiri acara ini dikarenakan sedang berada di luar negeri, Kongpob secara otomatis wajib mewakili mereka. Lagipula ia pikir cukup menyenangkan bisa berada di tengah-tengah keluarganya dan mungkin akan jauh lebih menyenangkan bila P'Arthit bisa ikut.

Ia sudah merayu semaksimal mungkin agar pemuda kekasihnya itu bisa setuju ikut dengannya, tapi terkadang Kongpob lupa sekeras-kepala apa pemuda itu. Walau memang hanya sehari terpisah, Kongpob tidak yakin bisa bertahan tanpa wajah kesal kekasihnya dan Kong tahu kalau P'Arthit juga akan merasa hal yang sama, rindu.

Beberapa jam yang lalu, sebelum berangkat, P'Arthit benar-benar cerewet. Sisi lain kekasihnya selalu sukses membuatnya jatuh hati lagi dan lagi. Dirinya yang khawatir membuat Kong sadar bahwa mereka tidak bisa hidup berjauhan satu sama lain. Dan seandainya Kong bisa sedikit lebih tidak dewasa, ia juga akan bersikap sama. Belum lagi pelukan hangat yang mereka bagi sebelum Kong berangkat, benar-benar cukup untuk merindukan pemuda itu seharian.

Banyak hal yang juga ia khawatirkan. Ia takut P'Arthit kesepian seharian ini. Ia takut pemuda itu lupa makan atau meminum susu pink favoritnya. Dan untuk menenangkan dirinya sendiri lah, ia menelpon P'Knot. Meminta sahabat kekasihnya itu untuk memastikan P'Arhthit baik-baik saja dan tidak terlalu kesepian.

"Kong, berhenti melamun disitu, cepat ke kamar dan bersiap-siap. Kau bisa pakai kamar yang biasa kau pakai di lantai atas." Kata bibinya membuyarkan lamunannya. Ia baru tersadar kalau sejak tiba di rumah ini, dia hanya berdiri mematung di dekat tangga. Ia tersenyum tipis dan mengangguk.

Setiap kali datang, Kong memang selalu menempati kamar tamu di lantai dua. Kalau mau pamer, rumah neneknya ini benar-benar besar. Dengan tampilan natural dan sedikit tradisional yang menjadi favorit Kong ketika berada disini. Belum lagi halaman belakangnya yang indah dan cukup luas untuk mengadakan acara keluarga.

Mungkin ia harus cepat berganti dan membantu yang lainnya untuk bersiap-siap. Mereka akan memanggang beberapa daging di halaman untuk dimakan bersama.

Setelah membuka pintu ke kamar tamu yang akan ia tempati, ia langsung menyadari satu hal yang sukses membuatnya tersenyum kecil. Ada yang berubah dari kamar itu. Bukan perabot baru atau warna seprai yang berbeda, tapi dari aromanya. Seingatnya terakhir kali dia kesini, kamar ini tidak berbau apa-apa selain bau pernish kayu dan parfum laundry, namun kali ini ada aroma harum pengharum ruangan strawberry. Entah karena kebetulan atau neneknya berkonspirasi untuk membuatnya makin rindu, aroma ini sama persis seperti yang biasa ia hirup di kamar P'Arthit. Jadi makin rindu saja...

Kongpop tidak ingin terlalu larut, makanya buru-buru ia meletakkan tas miliknya dan mengluarkan baju yang akan ia gunakan. Ia harus bersih-bersih dulu sebelum berganti. Jadilah ia membuka hoodie yang ia kenakan sejak tadi. Tapi ia terpaku di tempat, menatap dan menyentuh permukaan hoodie berwarna biru tersebut. Kedua tangannya mendekatkan permukaan kain tersebut ke wajahnya. Lalu tersenyum sendu...

"P'Kong, apa yang kau lakukan? Paman sudah menunggumu di halaman. Cepatlah..." Kaget suara sepupunya yang seenaknya masuk ke kamar lalu pergi begitu saja setelah membanting pintu.

Kongpob menertawakan dirinya sendiri, ia tidak menyangka bisa se-tergantung itu pada kekasihnya. Barusan ia sempat berpikir bagaimana aroma tubuh P'Arthit bisa melekat di hoodienya dari sebuah pelukan beberapa jam yang lalu. Jangan salahkan dirinya yang terlalu sensitif dengan segala hal yang berkaitan dengan kekasihnya.

Ia jadi penasaran apa aroma tubuhnya juga melekat di pakaian P'Arthit setiap kali mereka berpelukan. Ia tidak masalah dengan aroma manis P'Arthit yang melekat di pakaiannya, bahkan kalau perlu ia tidak ingin mencucinya sama sekali. Tapi ia juga berharap aroma tubuhnya tidak mengganggu P'Arthit, apalagi takutnya ia sedang berkeringat ketika memeluk pemuda itu.

Ia menggeleng menyingkirkan pemikiran yang tidak-tidak. Mereka pernah melakukan yang lebih dari itu, dan P'Arthit tidak protes sama sekali, misalnya seperti berpelukan, berkeringat, dan lebih panas dari itu.

.

.

Love is....

... more than sweet hugs

.


You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Oct 05, 2018 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Love Is... (SOTUS Fanfiction - Bahasa Indonesia)Where stories live. Discover now