Natural Alarm

2K 222 31
                                    

Hal pertama yang masuk ke indera penglihatan Kongpop di pagi hari adalah figure orang yang ia kagumi. Cahaya teredam masuk ke kamar dari jendela yang tidak tertutup sepenuhnya. Seisi kamar yang ia kenali bukan miliknya namun tetap familiar baginya. Menit berlalu sebelum pemuda itu sadar sepenuhnya, dengan memori semalam yang menyergap memorinya. Sosok indah di depannya adalah kekasihnya, yang sedang tertidur lelap dengan wajah damai dan membuat detak jantung Kongpop berpacu di pagi hari.

Ini bukan kisah roman pada umumnya yang selalu dimulai dengan adegan di pagi hari. Atau adegan sepasang kekasih yang tersadar di pagi hari setelah kegiatan malam mereka hasil mabuk-mabukan dan one night stand. Mereka tidak seperti itu. Kongpob semalam terpaksa menginap setelah menghabiskan waktu berdua kekasihnya bermain game dan nonton tv. Mereka tidak melakukan hal-hal kotor—well, mungkin hanya di pikiran Kongpop. Ia dan P'Arthit belum sampai ke tahap itu. Ia hanya tidak tahu harus memulai darimana. P'Arthit selalu memukulnya jika ia mulai berkata hal-hal romantis, walaupun Kongpob tahu pemuda itu menyukainya.

Ia suka membuat P'Arthit kesal, atau marah, atau malu. Ekspresi P'Arthit selalu membuatnya terhibur. Ekspresi yang hanya ia tunjukkan padanya.

Satu hal yang ia sukai lainnya adalah melihat wajah tidur P'Arthit. Kongpob adalah orang yang suka bangun pagi. Entah untuk berolahraga, atau berjalan-jalan dan membeli sarapan, ia terbiasa dengan jadwal paginya. Tapi ada hal yang berubah dari kebiasaannya itu, setelah bertemu dengan P'Arthit ia selalu menyempatkan diri membeli sarapan lebih dan mengantarkannya ke kamar pemuda itu. Ia hanya tidak mau kekasihnya melewatkan sarapan. Dan sekarang satu hal yang paling ia sukai dari bangun di pagi hari adalah melihat wajah tidur P'Arthit.

Kalian yang tidak pernah melihat wajah P'Arthit yang sedang tidur, silahkan iri padanya.

Lihat saja wajahnya yang damai, mata terpejam, nafas teratur, rambut berantakan, dengan bibir merah-muda yang tidak terkatup rapat. Begitu polos. Begitu murni.

Bahkan dalam tidur Arthit sekalipun, ia memimpikan Kongpop memperlakukannya dengan manis. Entah dengan kecupan kupu-kupu di bibirnya, atau menghujani wajahnya dengan ciuman-ciuman memuja. Rengkuhan kedua lengan Kongpop di pinggangnya juga membuatnya tidak ingin terlepas. Ia menikmatinya. Dan ia tersenyum. Salahkan Kongpop kalau ia bangun kesiangan. Dia tidak ingin bangun sekarang, kalau saja ia tidak ingat punya kelas pagi hari ini.

Ia seketika membuka kelopak matanya yang berat. Dan melihat Kongpop menatapnya dalam. Ya, Arthit sadar yang barusan bukan mimpi. Kong benar-benar menyerangnya selagi tidur.

"Kong, ini masih pagi." Gumamnya tidak jelas.

"Morning, P'Arthit." Katanya secerah mentari pagi ini. "Boleh aku minta Morning Kiss?"

"Kongpop!" serunya masih terkantuk-kantuk. Arthit bisa saja tidur lagi dan mengabaikan kekasihnnya. Tapi ada yang mengganjal. Secara harfiah. Di selatan tubuhnya. Ada benda tumpul yang bergerak-gerak disana.

Kantuknya hilang. Wajahnya memerah. Dan ia tidak tahu bagaimana mengatakannya. Entah Kongpob benar-benar polos, atau ia sengaja menggodanya.

"Kong—"

"Kongpob—"

Arthit mendongak menatap wajah pemuda itu sambil menahan malu. Yang dia temukan malah kekasihnya itu memejamkan mata, memilih tidur lagi.

Dalam kondisi ini, Arthit tidak berkutik.

Ia tidak merasakan kantuk lagi.

Ia terbangun sepenuhnya.

Salahkan Kongpob....

Salahkan morning erection-nya...

.

Love...

.

Love is....

The best alarm to wake you up...

.

.

Notes:

Awas, chapter ini menjurus ke hal yang iya-iya. Harusnya peringatannya di bagian atas XD

Seperti biasa untuk cerita ini, jangan terlalu fokus ke plotnya, nikmati saja momen mereka. 

Thanks for ur support, guys. Tetap ngasih bintang lah untuk chapter ini, komen juga boleh, share apalagi, follow authornya juga oke. Love You Guys~ Kalian luar biasa~

See you next chapter~

Love Is... (SOTUS Fanfiction - Bahasa Indonesia)Where stories live. Discover now