21. Patah hati Vs Sakit hati

387 25 0
                                    

Jio yang sangat perhatian dan Cia yang keras kepala. Meski saat tidak akurpun mereka masih saling menjaga. Ya saat ini, aku berada di Koridor kampus. Lengkap dengan keluhan Cia itu.

"Elo mesti liat dech. Coba elo jadi gue. Pasti bakal kesel juga. Jio lagi deket sama cewek tapi nggak ngomong-ngomong." Sungut Cia dengan wajah menekuk.

"Yayaya." Ku anggukkan kepalaku.

Sejauh ini aku belum pernah melihat pacar baru Cia. Kata Jio pacarnya Cia itu dari kampus lain. Cia juga tidak memeberikan petunjuk lebih. Ia hanya mengatakan bahwa kali ini ia serius. Semoga saja begitu.

Sering singkat dari ponsel Cia mengintruksi percakapan kami. Dia tersenyum ketika menatap layar ponselnya.

"Ada apa?" Tanyaku berbasa-basi karena siapapun itu pastilah sesuatu hal yang istimewa hingga menerbitkan senyum singa betina di depanku ini.

"Gue cabs dulu ya."

Cia tidak menjawabku. Dia malah menyerukan rencananya untuk pergi. Uhh dasar.

"Bukannya nanti elo masih ada kelas Ci?"

Sekali lagi Cia tidak menjawab pertanyaanku. Cia hanya menampilkan senyum usilnya dan berlalu meningalkanku sendiri.

Lalu apa sekarang?

Pastinya aku sendirian. Mengingat Rasta kembali.

Dia lagi apa ya?

___

Kupikir aku sedang bermimpi. Siang tadi Cia masih keliatan bersemangat. Bahkan sangat malah. Itulah yang membuatku tidak yakin dengan situasi sekarang ini.

Tidak usah menerka. Aku akan menjelaskan bagaimana Cia sekarang.

Cukup kata kuncinya saja. Sebab Cia hanya menggunakan mulutnya itu untuk menangis.

Cia diputuskan.

Oke. Biarkan aku menebak. Cia diputuskan saat ia merasa yakin dengan hubungannya. Atau Cia diputuskan saat masih sayang-sayangnya. Aku dengan amat sangat lebih percaya pada kemungkinan yang kedua.

Cia menangis sampai kelelahan. Aku membiarkannya. Cia mungkin butuh waktu yang lebih daripada diriku.

Lalu sebuah pemikiran terlintas di benakku.

Apakah aku semenyedihkan Cia?
Apakah saat aku menangisi Rasta itu semua karena patah hati atau sakit hati?

Aku juga tidak yakin. Seingatku selama menyukai Rasta hingga kini pun, aku sama sekali tidak pernah benar-benar berada pada tahap itu.

Aku mungkin menangis. Tapi aku jauh lebih bahagia karena orang yang ku puja adalah dia, Rasta.

-TBC-

Into You (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang