35. Darcia Agarid

234 15 0
                                    

Aku sangat berharap bisa memiliki kemampuan luar biasa yang bisa membaca wajah manusia semudah membaca buku. Hingga tingkah Cia semalam yang begitu membingunkan. Ya aku berharap bisa memahami Cia. Bukan karena aku merasa harus. Tapi karena aku merasa peduli.

Pagi yang biasa, seperti rutinitasku tiap hari. Ke kampus yang sama, melihat orang yang sama dan menantikan orang yang sama. Teramasuk makhluk menyebalkan itu, Junior. Dia masih saja sering berkeliaran di pandanganku. Jika ia hanya sekedar lewat dan melemparkan tatapan yang tidak lebih sedetik maka mungkin itu tidak akan begitu mengusikku.

Hingga perkuliahan berakhir dia masih saja terus mondar-mandir. Dan jika kami tanpa sengaja terlibat pembicaraan maka Junior akan dengan sengaja melontarkan bualan yang terdengar begitu omong kosong. Seperti, " Kita ketemu lagi." Atau "Kok kita ketemu lagi ya? Ya jangan-jangan kita jodoh." Dia mengatakannya dengan penuh godaan dimana kuantirkan sebagai lelucon omong kosong.

"Kenapa? Mau bilang kita jodoh lagi." Junior megaruk tengkuknya dengan asal sebelum tersenyum malu. Sepertinya ia sadar dengan sikap kepura-puraan ramahku.

"Yaelah, jutek banget sich." Apa aku salah lihat? Junior tiba-tiba saja memberikan tatapan dalam yang begitu tersirat. Aku bahkan tidak bisa mengendalikan diriu agar tidak melongo, karena tiba-tiba saja ia menunjukkan sisi lainya saat mengucapkan kalimat terakhir.

"Maksudnya?" Hanya itu yang kuucapkan dengan mata yang masih terpaku. Ada apa dengan diriku yang sekarang. Aku mengalihkan pandanganku ke arah yang berjauhan dengan laki-laki itu, sekelebat. Aku tidak yakin

-TBC-

Maaf Banyak typo.

Into You (Completed)Onde histórias criam vida. Descubra agora