1. Tera in the making

1.3K 59 2
                                    

Lavatera menatap kaca di depannya. Setidaknya ia tampak seperti itu. Matanya yang sayu menatap kosong lampu-lampu kecil yang tertata di sekeliling kaca milik make up artist yang sedang mengepang rambutnya. Pikirannya bukan melayang kepada apa yang akan dihadapinya hari ini di sekolah barunya, bukan kepada berita-berita di media tentang dirinya, dan yang jelas dia tidak peduli bagaimana jeleknya penampilannya sekarang. Tidak, dia tidak peduli semua itu. Dia hanya mencoba mengingat-ingat masa kecilnya di rumah ini.

Sebelumnya, ia menemukan foto masa kecilnya bersama Kakak Tirinya, Ben, dan mainan-mainannya semasa kecil, namun tidak ada secuil kenangan pun yang masih tertinggal di memorinya. Nihil. Yang tertinggal hanya rasa benci. Benci terhadap kenangan yang tak diingatnya, karena sebagus apapun itu, Ava yakin ada alasan mengapa dia berusaha melupakannya sejak kecil. Dan bersyukur ia telah berhasil melakukannya.

"Av, err... Tera, sudah selesai," ujar Sinta, Make Up Artist (MUA) profesional yang sedang tenar di social media. Saat ini ia sedang diberi pekerjaan tersulit dalam hidupnya: membuat superstar internasional seperti Ava menjadi sejelek mungkin.

"Do you think they can't recognize me just because you braid my hair? Try harder!" seru Ava, sinis. Sinta mengeluarkan senyum paksa yang biasa ia keluarkan jika menghadapi customer berduit seperti Ava. Mau nyolot salah, mau terima makian juga nggak rela. This job is not easy. Biasanya Sinta mengeluarkan sulapnya untuk menjadikan orang lebih cantik dari aslinya, tapi sekarang? Harus mengubah salah satu orang tercantik yang pernah ia temui menjadi sejelek mungkin. Jelek? Bahkan untuk menjadikan Ava bertampang biasa pun susah!

Dalam hati, Sinta membenarkan berita-berita jelek mengenai Ava di media: terlalu serius, galak, tidak pernah puas, sombong, tidak pernah ramah meskipun kepada fansnya. Namun, sebagai MUA profesional, Sinta menelan semua keluhannya itu dan pantang menyerah meski Ava bersikap keras padanya.

Sinta akhirnya menambahkan noda-noda jerawat di pipi, jidat, dan dagu Ava, memberi tahi lalat berukuran kecil di sekitar hidung, dan... Sial, dia masih terlihat imut. Sinta berpikir keras. Ia menambahkan senjata pamungkasnya yang terakhir: kacamata yang ia pesan khusus di optik fashion langganannya. Pemakai kacamata tersebut akan terlihat seperti menggunakan kacamata silinder meskipun pemakainya tidak rabun mata. Lalu ia menjauh sedikit sambil memperhatikan keseluruhan penampilan Ava.

Perfect. Tak ada yang menyangka cewek ini adalah superstar internasional yang dibenci hampir semua cewek maupun cowok di Indonesia. Sinta pun tersenyum puas. Ava tidak. Ia hanya mengangguk setelah melihat sepintas ke kaca lalu meluncur ke teras untuk berangkat ke sekolah bersama sopirnya. Tidak tahan atas reaksi dingin Ava, diam-diam Sinta menjulurkan lidah di belakang kepala Ava.

"I know what you're doing," ujar Ava santai sambil masuk ke mobil Volvo hitam. Sinta memasukkan kembali lidahnya dan melotot karena kaca mobil di depan Ava memantulkan wajah kesalnya tadi. Sial, sial, sial....!

***

Lavatera [completed]Where stories live. Discover now