(1)

50K 2.3K 100
                                    

Hallo ha, duh mood nulis Aya lagi berantakan banget belakangan ini, jadi berhubung story yang sebelah gak bisa Aya up, dari pada nganggur gak ada bacaan, kita up story revisian aja ya dulu, sambilan nunggu semangat ngetik Aya balik hehe 😁

Main cast:

Juna Azril Alindra.
Alifya Raiqa Dzakiandra.

Cast yang lain nyusul ya 😁

.
.
.

Aya Point Of View

"Mama pikir kamu becanda." Ucap Tante Ria menatap teduh putra.

"Saat itu adalah pertama kalinya Juna melawan ucapan Papa tapi gimana bisa kalian mikir kalau Juna becanda?" Tanya lelaki yang baru gue ketahui bernama Juna dengan tatapan terlukannya.

Mendapati tatapan putranya yang begitu terluka, tatapan Tante Ria juga ikut berubah, ada segurat kekhawatiran dan rasa bersalah yang terlihat jelas diwajahnya sekarang.

"Jun_

"Juna capek Ma, Juna capek hidup hanya untuk terus mikirin perasaan orang lain." Lirih Mas Juna mengusap kasar wajahnya.

"Juna, Mama tahu kalau kamu sangat membenci Papa kamu tapi Mama melakukan semua ini demi masa depan kamu, apa kamu pikir Papa kamu akan mempertahankan kamu kalau kamu terus membantah seperti ini?" Ucap Tante Ria mulai meraih lengan putranya.

"Kalau kamu menolak, Papa kamu mungkin akan membuat kamu melepaskan semua yang ka_

"Sejak awal, ini semua memang bukan untuk Juna apa Mama lupa? Papa punya putra kandungnya."

"Juna!" Lirih Tante Ria berkaca-kaca.

Melepas tangan Tante Ria yang menggenggam erat lengannya, Mas Juna keluar dari rumahnya dan menutup pintu kasar, apa yang salah dengan lelaki yang hanya melewati gue dengan tatapan dinginnya barusan?

Gue kamari atas keinginan Bunda, gue datang untuk bertemu dengan lelaki yang sudah dijodohkan lama dengan gue, untuk pertama kalinya gue bertemu dengan Mas Juna dan untuk pertama kalinya juga gue melihat sisi lain dari seorang Juna, lelaki yang gue ketahui akan menjadi suami gue nanti.

"Ay! Tante minta maaf untuk sikap Juna, gak seharusnya Juna mengabaikan kamu seperti itu." Ucap Tante Ria memaksakan senyumannya dihadapan gue.

"Kamu jangan marah ya! Juna gak biasanya seperti itu."

Gue menggeleng pelan untuk ucapan Tante Ria, aneh rasanya kalau menyebut perasaan gue sekarang adalah sebuah kemarahan karena nyatanya gue kehilangan kata hanya karena tatapan terlukanya Mas Juna.

'Apa Mas Juna menolak menikahi gue?' Tanya gue membatin.

Ya kalau menolak gue juga bisa paham, lelaki mana yang bersedia menikahi perempuan yang sama sekali tidak dicintainya, terlebih dengan perempuan yang belum dikenalnya sama sekali, gue mencoba mengerti itu.

Tapi kalau hanya pekara perjodohan, Mas Juna cukup menolak dan selesai, pernikahan itu bukan hubungan singkat yang bisa kamu pertaruhkan untuk masa depan kamu, setelah memilih terikat, kamu gak akan bisa mundur sesuka hati lagi.

Tapi tatapan terluka Mas Juna sama sekali gak bisa gue lupain, apa ada alasan lain sampai membuat seorang Juna menatap Ibunya seterluka itu? Apa bisa gue mengabaikan perasaan Mas Juna dan tetap melanjutkan rencana perjodohan kami? Rasanya gak mungkin.

Starry Night (END)Where stories live. Discover now