(21)

13.4K 1.6K 73
                                    

"Kak Rian?" Kaget gue udah gak tertolong.

"Aya?" Kak Rian juga terlihat sama kagetnya, senyum yang semula tercetak jelas di wajah Kak Rian langsung menghilang seketika begitu sadar siapa perempuan yang berada dalam dekapan Masnya sekarang.

"Kalian udah kenal?" Tanya Mas Juna yang membuat gue kembali menatap Mas Juna dengan tangan yang entah kenapa mendadak sangat ingin gue genggam erat.

"Aya istri Mas?" Tanya Kak Rian bergetar, ekspresinya sekarang beneran gak kebaca.

Gak jauh berbeda dari gue sama Kak Rian, raut wajah Mas Juna yang awalnya terlihat sangat bersemangat malah ikut berubah ketika mendapati ekspresi gue sama Kak Rian.

"Iya, Aya istri Mas, kamu udah kenal?" Ulang Mas Juna memastikan.

"Mas! Dia orangnya." Jawab gue sebelum Kak Rian, gue mengeratkan genggaman gue ditangan Mas Juna.

Entah apa yang gue pikirin sekarang tapi rasanya gue jujur lebih awal itu lebih baik, Mas Juna denger langsung dari mulut gue adalah pilihan terbaiknya, gue gak mau Mas Juna salah paham, gue gak mau Mas Juna berkecil hati.

"Orangnya? Maksud kamu? Jelasin sama Mas jangan malah ngebuat Mas khawatir." Tanya Mas Juna bingung.

Mas Juna melepaskan genggamannya ditangan gue dan membalikkan tubuh gue  sembari memegang kedua bahu gue dengan tatapan semakin khawatirnya.

"Mas ingat pernah nanya kejadian tiga tahun lalu? Kenapa Aya sangat terluka dengan ucapan Mas waktu itu? Karena dia penyebabnya." Jawaban gue yang membuat Mas Juna ikut mengkaku ditempat seketika.

"Ian orangnya?" Dan gue mengiyakan pertanyaan Mas Juna.

"Ay! Kakak bisa jelasin semuanya, waktu itu memang Kakak yang salah tapi_

"Aya gak butuh penjelasan apapun lagi dari Kakak, bagi Aya semuanya udah cukup jelas."

Gak nyangka gue beneran Kak Rian ternyata, kenapa Ayah sama anaknya sama? Apa menilai seseorang rendah lebih dulu adalah sifat turun-temurun? Sekarang gue ngerti kenapa Papa juga menolak gue bahkan sebelum mengenal gue lebih dulu.

Lagian kalaupun Kak Rian mau ngasih penjelasan kenapa baru sekarang? Dari dulu kemana aja? Menghilang gitu aja tanpa berusaha menjelaskan atau bahkan membujuk gue sedikitpun.

"Ay! Kakak minta maaf, kita bisa mulai semuanya dari awal lagi." Mulai dari awal? Maksudnya apa lagi?

"Mulai dari awal? Kamu sedang bicara dengan istri Mas, Ian, apa kamu lupa?" Ucap Mas Juna narik gue berdiri tepat dibelakangnya.

"Mas, ini masalah Ian sama Aya, Mas gak perlu ikut campur." Kak Rian ngomong bahkan gak natap Mas Juna sedikitpun.

"Aya istri Mas jadi masalah Aya masalah Mas juga, jaga sikap kamu." Apa Kak Rian mau ribut disini? Sekarang?

"Ay! Kakak mo_

"Maaf Mas kalau Aya gak bisa menyambut kedatangan Adik Mas seperti yang Mas mau, Aya masuk ke kamar dulu." Seolah masih kehabisan kata, Mas Juna membiarkan gue masuk ke kamar tanpa nanya apapun lagi.

Asli kesel parah gue ngeliat mukanya Kak Rian, Kia bener, kemarin itu cuma perasaan sesaat gue tapi begitu orangnya didepan mata, rasanya mau langsung gue usir kalau gak inget dia siapa.

Walaupun ingin, gue gak mungkin ngusir Kak Rian dari sini sekarang jugakan? Ini rumah Masnya, andai gue yang punya rumah, udah gue suruh pulang dari tadi.

Dikamar gue udah cukup uring-uringan, kenapa bisa gue malah ketemu Kak Rian disini? Dirumah gue sendiri, udah susah payah gue coba hindarin tapi bisa bisanya Kak Rian dateng ke rumah.

"Ay! Mas masuk ya." Mendengar suara Mas Juna, gue membiarkan Mas Juna masuk.

Mas Juna menghembuskan nafas dalam begitu memberhentikan langkah disamping gue, melirik gue sesekali masih belum berniat mengeluarkan sepatah katapun.

"Masih marah?" Tanya Mas Juna memeluk gue dari belakang.

"Heummm, dari sekian banyak orang di dunia ini kenapa kudu dia yang jadi Adik Mas?" Gue menutup muka gue pake kedua tangan sangkit gak habis pikirnya.

"Takdir?" Takdir? Apa kejadian kaya gini juga bagian dari takdir? Ngebayangin Kak Rian jadi ipar gue beneran kacau.

"Mas! Mas gak kesel gitu ngeliat muka Adik Mas? Gimana bisa Mas sabar ngeliat kelakuannya?" Tanya gue berbalik mengahadap Mas Juna.

"Ay! Sejauh Mas kenal Ian, dia mungkin menyebalkan tapi sikapnya juga gak seburuk itu." Hah? Apa Mas Juna ngebelain Adiknya sekarang?

"Mas ngebelain Adik Mas? Mas ini sebenarnya ada dipihak siapa? Aya apa bukan?" Gue berniat narik diri menjauh dari Mas Juna sebelum tangan Mas Juna lebih dulu narik pinggang gue.

"Mas tentu ada di pihak istri Mas tapi coba pikirin lagi? Selain sikap Ian yang gak jujur tentang statusnya, apa ada sifat lain yang membuat Ian patut dibenci?" Tanya Mas Juna mengusap pipi gue.

Kalau harus gue pikirin serius, ucapan Mas Juna ada benernya juga, selain masalah kebohongan Kak Rian tentang statusnya, Kak Rian gak ngelakuin kesalahan apapun tapi satu kesalahannya cukup fatal menurut gue.

"Tapi Aya beneran gak bisa Mas." Protes gue.

"Mas ngerti tapi mau sampai kapan kamu ngindarin Ian? Dia Adik Mas, mau gak mau kita tetap akan berhadapan dengan Ian nanti." Gue sedikit mendongak menatap wajah Mas Juna.

Mas Juna tersenyum menenangkan yang sukses membuat gue jauh merasa lebih baik, narik nafas dalam, gue kembali memeluk Mas Juna untuk menangkan perasaan gue, dekapan Mas Juna adalah tempat ternyaman gue sekarang.

"Okey kasih Aya waktu untuk mikirin semua Mas tapi bukan sekarang, bolehkan?"

"Mas gak pernah maksa kamu untuk nerima Ian, pergunakan waktu kamu, untuk sekarang, biar Mas yang nemuin Ian dibawah, Mas yang jelasin sama Ian nanti." Gue setuju.

"Mau sampai kamu meluk Mas kaya gini Ay?" Tanya Mas Juna tertawa kecil, gue gak menjawab apapun dan semakin menyamankan posisi gue, mengeratkan dekapan gue ditubuh Mas Juna sembari memejamkan mata untuk nenangin hati gue.

"Mas!" Cicit gue masih dengan posisi yang sama.

"Heum, kenapa?" Gue melepaskan dekapan gue dan memberikan jarak di tubuh kami berdua, mengusap wajah gue dan kembali menatap wajah teduh Mas Juna.

"Mas sendiri mau gimana?" Pertanyaan gue yang membuat Mas Juna meyipitkan mata bingunh dengan pertanyaan gue.

"Maksudnya? Memang Mas kenapa?" Gue lagi-lagi menghelas nafas menimbang pertanyaan yang akan gue layangkan sekarang, apa Mas Juna akan makin kepikiran?

"Sekarang Mas tahu kalau orangnya Kak Rian dan seharusnya orang yang di jodohkan dengan Aya itu Kak Rian juga."

"Aya gak punya maksud apapun nanya kaya gini karena apapun keputusan Mas, kenyataan Aya milik Mas sekarang itu gak akan berubah, cuma entah kenapa Aya sedikit khawatir." Kenyataan kalau Kak Rian sama sekali gak tahu menahu tentang perjodohannya yang gantikan oleh Mas Juna juga menjadi beban sendiri.

"Kita akan jujur ke Ian apapun reaksi Ian nanti."

Starry Night (END)Where stories live. Discover now