Ada hal-hal yang sangat ku sayangkan selama hidupku. Pertanyaanku; kenapa harus terjadi? Ya, sesederhana itu.
Pertama—yang mengawali segalanya. Pertemuanku denganmu. Mungkin kita hanya ditakdirkan berkenalan, mengukir secuil kenangan, dan usai kemudian.
Kedua—yang menengahi semuanya. Saat-saat kita bersama. Duduk bersama, membicarakan semua hal, termasuk perpisahan.
Ketiga—yang mengakhiri kisah kita. Ketika kamu berkata bahwa kita sampai di sini saja. Sekuat apapun aku, jika kamu mau semua sirna, aku bisa apa?
Kemari, kembali duduklah bersamaku, sekali saja. Akan aku ceritakan bagaimana aku berjuang sendirian. Akan aku kisahkan bagaimana aku menahan tangis mati-matian. Dan akan aku tuturkan bagaimana aku sekuat hati mengusir kenangan.
Bulir dari mataku tumpah. Dan ternyata alasan tangisku adalah;
Kamu dan rasa bosanmu.
Sesederhana itu.
—AR21.

YOU ARE READING
Kopi dan Corat-Coret
PoetryBahkan kopi saja lebih jujur darimu. Ia mau mengakui pahitnya, juga tak malu menunjukkan hitamnya. Sedangkan kamu, kapan mau mengakui dan menunjukkan perasaanmu? Atau perlu kubantu? Mari, bercerita bersamaku. -AR21.