Chapter 1

505 68 2
                                    

Anak laki-laki berusia 10 tahun yang tengah duduk manis bersandar di batang pohon besar di pekarangan rumahnya sambil membaca buku di pangkuannya itu bernama Jeon Wonwoo. Anak laki-laki bermata tajam seperti rubah itu punya alasannya sendiri membaca di pekarangan rumahnya, salah satunya adalah karena ia ingin membaca bukunya sambil menikmati semilir angin musim semi yang hangat tapi juga menyejukkan.

Kebetulan hari itu adalah hari Sabtu, jadi Wonwoo bisa bebas bersantai disana dari pagi hari, dimana matahari belum terlalu panas. Jadi, selesai sarapan pagi itu, Wonwoo langsung berlari ke kamarnya untuk mengambil buku favoritnya lalu pergi ke halaman depan rumahnya dan duduk di bawah pohon besar disana.

"Wonwoo hyung!" suara adiknya yang memanggil namanya membuat perhatian Wonwoo pada bukunya teralihkan.

Adiknya, Jeon Jungkook berlari kecil menghampirinya lalu duduk di sampingnya sambil menyodorkan sepiring kue pada Wonwoo sambil tersenyum lebar.

"Terima kasih." Kata Wonwoo.

Setelah itu Wonwoo menutup bukunya dan makan kue bersama adiknya yang baru berusia 8 tahun sambil mendengarkan adiknya yang berceloteh panjang tentang apa saja yang terjadi di sekolahnya selama seminggu terakhir.

Selain itu di lain tempat, seorang anak laki-laki sebaya Wonwoo duduk di kursi teras rumahnya yang ada di seberang rumah keluarga Jeon. Anak laki-laki itu memeluk sebuah boneka beruang kecil sambil memperhatikan kakak-beradik keluarga Jeon yang tengah makan kue di bawah pohon besar di halaman rumah mereka.

"Kim Mingyu." Suara Ibunya yang memanggil namanya membuat perhatiannya pada Jeon bersaudara itu teralihkan.

Anak laki-laki yang dipanggil Mingyu itu menatap Ibunya yang berdiri di depan pintu rumah.

"Ayo sarapan." Ajak Ibunya.

Kemudian Mingyu turun dari kursi teras rumahnya dan mengikuti Ibunya yang berjalan menuju ruang makan, meninggalkan aktivitas paginya memperhatikan Jeon bersaudara.

.

.

.

Jeon Wonwoo adalah anak laki-laki yang ramah, walaupun agak pendiam dan suka menghabiskan waktunya sendirian, tapi Wonwoo masih suka pergi main ke luar bersama beberapa temannya, atau bahkan sekadar pergi ke taman bersama adiknya dan makan es krim disana. Wonwoo cukup dikenal baik oleh tetangganya, terutama teman-teman Ibunya. Walaupun punya kesan sedikit dingin saat awal pertemuan, apalagi ekspresi wajahnya yang datar kadang suka membuat orang lain salah paham padanya, tapi sebenarnya ketika kalian mengenal baik Jeon Wonwoo, dia adalah pribadi yang baik dan hangat.

Siang itu Wonwoo tengah berjalan sendirian menuju kantor pos. Sepulang sekolah tadi, Wonwoo langsung berlari ke kamarnya dan mengambil sebuah amplop berwarna biru langit yang ia letakkan diatas meja belajarnya, kemudian pergi setelah pamit pada Ibunya. Jika kalian penasaran apa isi amplop itu, itu adalah surat balasan untuk sepupu Wonwoo di Jepang. Sudah dua minggu belakangan mereka sering berkirim surat. Yang pertama kali mengirimkan surat adalah sang sepupu yang pindah ke Jepang dua bulan lalu, dan setelahnya mereka terus-menerus berkirim surat, saling bertukar kabar dan cerita.

Yang menarik adalah, karena Wonwoo sudah sering pergi ke kantor pos untuk mengirim surat, beberapa pegawai disana menjadi kenal dengan Wonwoo. Dan salah satu pegawai yang sering berinteraksi dengan Wonwoo adalah tuan Park karena dia yang bertugas mengurus pengiriman surat.

Tuan Park adalah seorang pria paruh baya, usianya kira-kira sekitar 40 tahunan. Tuan Park cukup tinggi dan agak kurus, rambutnya hitam pekat dan dia menggunakan kacamata baca yang memiliki tali di kedua gagangnya dan hanya digunakan ketika ia membaca. Tuan Park sangat murah senyum dan tutur katanya halus sekali, ekspresi wajahnya teduh dan menenangkan, seakan pria itu tidak pernah marah seumur hidupnya.

The Red Thread of Fate | MeanieWhere stories live. Discover now