Untake My Life-04

69.8K 4.3K 89
                                    

Azqa POV

Kata demi kata keluar dari bibir manis yang dimiliki gadis disampingku ini, entah berapa lama kami saling bercerita. Entah kenapa aku merasa nyaman berbicara dengannya. Menyimak perjalanan kisah cintanya dengan Vinch, terdengar nada bicaranya yang merasa bahagia dan terpancar dari wajahnya. Tapi saat semakin jauh ia bercerita tentang hubungannya dengan Vinch, setiap kata-kata yang ia ucapkan akan masalah hubungannya membuatku ikut merasa sedih. Aku seperti merasa Rana berbagi kesedihannya padaku. Dia memang selalu tersenyum saat menceritakannya, tapi aku tau itu senyuman paksa yang ia buat untuk menguatkan hatinya.

"Oh ya Azqa, semester berapa kau? Apa kau sama dengan Putra?"

Aku terkekeh, "Tidak, aku mengikuti kelas akselerasi dan tidak lama lagi akan lulus S3 dalam usiaku 25 sekarang."

Spontan! Rana terkejut dan membelalak matanya, "Jadi kau dan Evan sama? Astaga! kalian berdua sahabat sejati ya! Kau dan Evan sama-sama jenius."

Aku hanya tersenyum menanggapinya. Hening kemudian,,

Rana tampak menerawang, "Kau tahu? Betapa sedihnya jadi aku."

Rana menitikkan airmata dan menangis. Baru kali ini aku melihat langsung seorang gadis menangis di depanku dan hatiku pilu melihatnya. Memeluknya, itulah yang terlintas diotakku. Dengan cepat aku langsung menariknya ke dalam pelukanku.

Oh Tuhan, tegarkan gadis ini!

"Menangislah! Jika itu yang membuatmu lega setelahnya," ucapku melembut dan mengelus kepalanya, mengelus rambut panjangnya yang terikat seraya mengelus punggungnya.

Aku ingin menenangkan perasaannya, ku rasakan tangannya mulai menyambut pelukanku dengan merengkuh pinggangku. Nyaman, itulah yang aku rasakan saat memeluknya. Aku jadi selalu ingin merasakan kehangatan dan kenyamanan dari tubuh gadis satu ini.

Hey ada apa denganku?!!!!! Azqa ingat kenyamanan yang kau rasakan dari gadis ini hanya pantas untuk kekasihnya dan yang berhak merasakannya hanya Vinch! Bukan kau Azqa! kau ini siapanya heh? Kau saja baru mengenalnya bukan? teriakku dalam hati.

Rana terus menangis di dada bidangku. Dan jantung ku berdetak cepat, oh astaga! Semoga Rana tidak mendengarnya. Dia melepaskan pelukanku.

"Uh.. ma..maaf Azqa. Bajumu basah karna air mataku," katanya seraya menghapus air matanya yang tersisa di pipi dan matanya.

"Tidak apa, lagi pula aku yang memelukmu kan?" aku meliriknya sekilas lalu berpaling.

"Aku tidak tega melihatmu seperti itu," sambungku tersenyum tipis.

"Oh, uhm Azqa, apa kau selalu melakukan itu pada setiap gadis?"

Apa-apaan pertanyaannya barusan! Aku saja.. baru pertama kali memeluk seorang gadis. Ibuku? Dia bukan gadis lagi kan? Ibuku seorang wanita paruhbaya. Memeluk Ibuku? Hal itu tak perlu ditanyakan. Vely adikku saja tidak pernah aku peluk, justru adikku itulah yang memulai duluan memelukku tapi aku tidak membalasnya. Mantan kekasihku saja tidak pernah aku peluk. Intinya aku tak pernah memeluk lawan jenis. Dan Rana lah yang mendapatkan pelukan pertamaku .

"Kenapa diam?" suara Rana membuyarkan lamunanku.

Aku meliriknya, "Tidak! Selain Ibuku."

"Ahh, tidak mungkin!" sergahnya.

"Kau tahu? Baru pertama kali aku memeluk seorang gadis. Kau beruntung bodoh! Kau adalah gadis yang pertama kali aku peluk," ketusku menatap tajam padanya.

Rana membelalak kedua matanya sedikit terkejut lalu ku lihat ia menunduk tersipu malu dan sedikit salah tingkah. Lihat saja ia tersenyum-senyum. Aku membuang pandanganku ke arah lain untuk tersenyum senang. Aku baru merasa senang setelah sekian lamanya tidak ada gadis yang membuatku senang. Oh, tolong masa lalu itu jangan memenuhi benakku. Aku ingin istirahat, setidaknya hanya untuk hari ini saja.

Untake My LifeWhere stories live. Discover now