Untake My Life-06

70.7K 4.1K 131
                                    

Rana POV

Kepalaku terasa sakit sekali, berdentam terus menerus, dadaku juga sesak. Saat aku membuka mataku secara perlahan, ku lihat sekelilingku seperti tempat yang aku kenal. Ya, ini diruang klinik kampusku. Aku mencoba bangun dari ranjang yang aku tiduri, aww... kepalaku sakit sekali.

Aku memijit keningku dengan jari-jari tanganku. Apa yang terjadi denganku? Kenapa aku berada disini dan siapa yang membawaku kemari?

Oh ya, sesak kembali ku rasakan. Aku baru ingat kejadian ditangga tadi, pemandangan yang tidak ingin dan takkan pernah mau aku lihat. Aku jadi membenci mereka, oh Tuhan! Salahkah aku membenci mereka?

Aku mendengar suara pintu yang terbuka, ternyata Vely yang muncul. "Rana!!!" teriak Vely padaku dengan semiran wajah cemasnya.

"Rana kau--"

"Aku tidak apa-apa, Vely," sambar ku tersenyum saat dia belum selesai bicara.

"Sungguh?" Kini Vely sudah dihadapanku dengan menggenggam kedua tanganku.

"Tentu," senyumku.

"Jangan coba membohongiku Rana, kau jangan lagi menyimpan rasa sakitmu itu kepadaku. Berbagilah denganku! Apa aku bagimu?" Vely mencebikkan bibir bawahnya.

Aku mencubit kedua pipinya pelan, "Kau adalah sahabatku, Vely."

"Jika begitu, jangan lagi kau menutupi keluh kesahmu itu! Jangan lagi kau berpura-pura ceria. Aku tau sebenarnya ada kesedihan dalam dirimu yang kau tutupi. Ku mohon Rana, jangan seperti itu lagi."

Huh, sahabatku satu ini seakan-akan bisa membaca pikiranku. Yang ia katakan memang benar.

"Maafkan aku, Vely."

"Ahh sudahlah jangan dibahas lagi, okay! Yang aku inginkan hanya itu. Kau sudah seperti saudaraku," Vely tersenyum menatapku.

"Memang kita saudara kan? Saudara seiman."

Aku dan Vely tertawa bersama-sama. "Lyla kemana, Vel?" tanyaku.
"Entah, tadi bersamaku ehh.. langsung ia pergi entah kemana."
Aku hanya ber-oh-ria saja.

"Lalu mana kekasihmu yang menyebalkan itu?" tanyaku.

"Haha, kau ini! Putra menunggu di lobby kampus."

Lalu kemana pria dingin itu? tanyaku dalam hati.

"Azqa juga menunggu disana," Vely tertawa kecil.

"Kau tahu? Kau seperti bisa membaca pikiranku, Vel! Tanpa aku bertanya dimana kakakmu, kau sudah menjawabnya duluan."

"Ahh tidak! Aku hanya menebak saja, jadi benar ya tebakkan ku kau mencarinya?" Vely tertawa kecil lagi.

"Kau beruntung Rana, dipeluk dan dibopong olehnya. Kau juga berhasil membuat para gadis disini iri saat melihat pria yang mereka kagumi menggendongmu. Apa kau betah didekatnya hem?" Vely menatapku selidik.

Ah! Pria itu pasti menceritakan semuanya pada Vely, huft!! dan menggendong? Apa Azqa yang membawaku kemari?

"Ya, aku betah saja. Aku pikir dia pria membosankan dengan sikap dingin dan acuhnya itu, ternyata dia pria yang menyenangkan."

Aku menerawang mengingat saat aku bercanda tawa dengannya.

"Yahh... kau benar Rana, kakakku berubah karena satu orang gadis. Ia yang membuat kakakku berbeda, aku menginginkan kakakku yang dulu, Rana. Aku merindukannya yang dulu," wajah Vely memelas.

"Felicia," ucapku.

"Kau mengetahui siapa gadis itu? Dari mana kau tau?"

"Azqa yang menceritakan tentangnya."

Untake My LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang