Untake My Life-31

28K 2.8K 111
                                    

Rana POV

     Kini aku sedang di dalam taksi menuju mansion Evan. Entah kenapa, lima hari ini perasaanku begitu tidak enak. Di tambah Evan selalu datang dalam mimpiku. Di alam mimpiku, aku sedang melakukan hal-hal romantis bersama Azqa. Lalu datanglah Evan dan mengatakan "temui aku Rana", setelah itu menghilang. Dan itu selalu terjadi. Yang membuatku aneh, hanya aku yang melihat sosok Evan. Ketika aku menatap Evan, Azqa pasti bertanya padaku akan apa yang aku lihat. Begitu Azqa mengikuti arah tatapanku, Azqa tidak melihat apapun. Mimpi itu membuatku bingung dan cemas. Wajah Evan begitu pucat dan kesedihan terpatri jelas di kedua matanya.

Ini jam Evan ada di perusahaan. Sebenarnya aku ingin mencarinya di sana tapi, aku tidak mau mengganggu pekerjaannya. Mungkin aku bisa menunggu Evan pulang di mansion-nya. Sesampainya di mansion, aku menekan tombol bel di dekat pagar yang tinggi itu. Pagarnya berwarna coklat tua terbuat dari kayu yang halus dan terlihat modern. Pagar itu terbuka dan yang membukanya adalah sosok wanita paruhbaya.

"Ya Nona, Nona mencari siapa?" tanyanya.

Aku tersenyum, "Aku ingin mencari--"

Aku menghentikan ucapanku ketika mendengar suara mobil. Mobil mewah itu berhenti di sisiku. Alferd pun keluar dari dalam mobil.

"Rana!" sapanya.

Aku mendekati Alferd lalu menggenggam tangannya dan mencium punggung tangannya dengan hidungku.

"Hai, Paman Alferd!" balasku.

Alferd melirik si wanita tadi dan menyuruhnya pergi meninggalkan kami berdua.

"Tumben kau kesini, Rana?" kata Alferd.

"Aku mau.. menemui Evan, Paman."

Aku mengernyit saat melihat senyuman Alferd menjadi kaku.

"Jadi kau.. mencarinya. Ehmm.. Rana masuk saja duluan! Paman mau memakirkan mobil dulu," ucap Alferd.

Aku mengiyakannya dan melenggang menuju mansion bergaya klasik dan modern itu. Aku duduk di sofa ruang tamu, sesekali aku mengitari pandanganku pada ruangan ini. Ruangan ini begitu rapih dan bernuansa putih juga silver.

"Ini Rana, minumannya!" Alferd menaruh gelas berisi jus jeruk itu di atas meja.

"Terimakasih, Paman. Ehmm.. apa Evan pulang malam, Paman?" tanyaku tanpa basa-basi.

Alferd menatapku datar, "Apa yang membuatmu mencari, Tn. Evan? Maaf, bukankah kau menjauhinya, Rana?"

Aku menghela nafas, "Itu benar, tapi karena mimpi itu, makanya aku kesini."

"Mimpi?" Alferd mengernyit.

Cerita mimpi itu pun mengalir keluar dari bibirku. Terlihat Alferd menunduk lesu.

"Dia memang ingin kau menemuinya," ucap Alferd.

Aku mengernyit, "Maksud Paman apa?"

"Kau ikut aku sekarang! Aku akan menunjukkan sesuatu padamu."

Aku menatap pintu yang menjulang tinggi, pintu yang terbuat dari kayu dan ada gembok berwarna emas disana.

"Ruang apa ini? Kenapa kau mengajakku kesini, Paman?" tanyaku penasaran.

Alferd membuka gembok itu dan membuka pintu yang terdapat dua bagian. Ruangan itu temaram, hanya ada lampu bercahaya yang menyinari meja dan kursi di tengah ruangan.

"Masuklah!" perintah Alferd, "Ini ruang rahasia Tn. Evan. Hanya dia dan aku saja yang boleh masuk, itupun aku bertugas hanya untuk memastikan tidak ada satupun barang yang hilang," papar Alferd.

Untake My LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang