Waktu Untuk Bahagia

16 1 0
                                    


Part 13


"Aku datang kesini untuk minta maaf. Tia, aku mohon maafin aku."

Dia menunduk dalam. Kentara sekali penyesalan itu. AKu tangkap airmata ketulusan di pipinya. Entah angin apa yang membawanya tiba tiba datang ke rumahku.

"Meski sudah dengan segala cara kulakukan untuk membuat Sendi menerima aku, tapi aku tak pernah berhasil. Sendi nyatanya hanya mencintai kamu. Masih selalu berharap kembali pada kamu Tia..." Riana Prastika nama lengkap wanita ini.

Cantik cerdas dan sangat mempesona. Pun sekarang, seminggu setelah melahirkan, dia masih tampak sangat mempesona. Hanya gurat kesedihan sedikit mengurangi kecantikan di wajahnya. Tangannya cekatan mengambil selembar tissue dan menyusut derai airmatanya. Lalu kulihat dia membuka tas dan mengeluarkan selembar kertas. Disodorkan tepat di depanku.

"Aku sudah menandatangani surat perceraian. Pengacaraku akan mengajukan ke pengadilan agama besok. Kami bersepakat berpisah baik baik. Aku ikhlas melepaskan dia, aku bahagia jika dia bahagia. Dia hanya mencintai kamu, kamu mau kan kembali pada Sendi?"

Aku langsung menggeleng tegas.

"Aku sudah memaafkan dan melupakan semuanya Ri. Aku gak mungkin kembali ke Sendi."

"Tapi kenapa? Bukankah kalian saling mencintai? Aku ikhlas. Aku akan merawat anakku. Sendi juga tidak keberatan tentang hak asuh anak. Kami sudah membicarakan semuanya dengan panjang lebar Tia..."

"Ri. Bukankah saat sekarang harusnya menjadi kesempatan untuk bahagia bagi kalian berdua? Ada bayi mungil, cantik yang pasti bisa merekatkan hubungan kalian? Jangan buat kesalahan untuk kedua kalinya Ri?"

"Kamu tahu kan Tia, aku mencintai Sendi. Bahkan Sejak kalian belum kenal. Aku harap Sendi mencintai aku juga. Tapi dia bosku, aku tak mungkin berani menyampaikan isi hatiku. Lalu aku melihat dia memilih kamu. Sendi sangat bahagia pertunangan denganmu. Tak sekalipun dia menceritakan keburukanmu. Tak pernah sama sekali." Riana menarik nafas dalam.

"Akulah yang tak tahu diri. Aku tak bisa menerima kenyataan bahwa Sendi sangat mencintaimu. Aku cemburu, aku pikir aku lebih punya banyak waktu bersama Sendi, aku punya banyak kesempatan mengalihkan hati Sendi, aku tetap ingin Sendi tahu bahwa aku ada untuk mencintai Sendi."

Suara Riana bergetaran menahan tangis. Aku sudah tak merasakan apa apa lagi, aku sudah tak punya secuilpun rasa cinta untuk Sendi.

"Setiap ada kesempatan bersamanya aku biarkan kami bisa terus berdekatan. Aku selalu mengejar dengan cara halusku. Aku yakin aku bisa menaklukan Sendi. Aku tahu dia juga menikmati kebersamaan kami. Sampai pada akhirnya Sendipun terpedaya, tergoda dan terus saja meminta. Aku pikir aku sudah berhasil mengalihkan hatinya. Aku sungguh bahagia pada akhirnya kami menikah, meski menikah karena ada janin diperutku tapi aku merasa menang."

Riana terisak lagi. Hidup dan hatinya telah hancur. Aku? Aku bisu. Aku tak terpikirkan sama sekali akan kembali pada Sendi, meski rencana pernikahan dengan Dika berantakan sekalipun.

"Aku minta maaf Tia..." lirih kata maaf lagi lagi diucapkan Riana.

"Sudah Riana, aku sudah memaafkan. Aku sudah mengikhlaskan semuanya." Jawabku datar.

"Teramakasih Tia, pantas saja Sendi sangat mencintaimu. Kamu wanita yang sungguh baik. Aku sangat menyesal sudah menyakiti kamu, aku sangat menyesal..."

"Ri. Sudahlah, semua sudah terjadi. Aku sudah tidak ingin mengingatnya."

"Tia... apakah kamu masih mencintai Sendi?"

SERIBU RASAWhere stories live. Discover now