Prolog

39 3 0
                                    

"Ay, ada yang kau sembunyikan dariku?" Gadis itu hanya diam. Pandangannya kian mengabur. Bahunya semakin berguncang. "Apa kau tak ingin aku mengetahuinya?" Gadis itu masih diam.

"Kau ingat? Kau pernah mengatakannya dengan suaramu sendiri. Kau mengatakannya saat kau bertemu pertama kali denganku disini. Kau bilang kau mempercayai aku. Bahkan kau bilang..." Ia menghela nafas. "Kau bilang bahwa kau merindukan bersenang-senang bersamaku"

Gadis itu masih diam. Ia tak tahu apa yang harus ia lakukan. Melihat bahu itu berguncang semakin keras hatinya terasa perih. Mendengar sesegukan itu mulai menyapa telinganya ia seperti tak bisa mengampuni dirinya sendiri. Semuanya terlalu berharga. Ia hanya bisa diam. Membiarkan semuanya datang dengan tepat pada waktunya. Ia hanya ingin membebaskan gadis itu tapi kini ia hanya dapat membuatnya semakin kacau.

Ia mengepal telapak tangannya. Kemudian membuka mulutnya sebelum menutupnya kembali. Bicara hanya akan menambah runyam semuanya. Ia mencoba menarik nafas, memanggil oksigen untuk membantunya tetap berpikir jernih. Entah sejak kapan ia merasakan hanya bernafas saja terasa sakit. Ia memejamkan matanya. Menahan perih dan membiarkan rasa dalam hatinya mengambil alih pikirannya. Mendengar suara isakan tadi mulai mereda, ia menatap gadis itu sambil tersenyum.

"Ay ­chan, Aku minta maaf."

HONESTWhere stories live. Discover now