Dua

25 1 0
                                    

Huaaaaaaa.... Baru sempet update. Laptop abis di insul (red : install ulang)

Mohon di maklumi, laptop udah umur, sama kaya yg punya *eh curhat* :v

Terima kasih sudah membaca.

Jangan lupa kasih dukungan, komentar, kritik dan saran yang membangun selalu di tunggu loohhh.

Sincerely yours,

Penulis 

Raya menarik sendi-sendi pada badannya seperti biasanya. Hal yang pertama diingatnya ini adalah hari Jum'at. Berakhirnya segala tumpukan kertas di meja kerjanya merengek dikerjakan. Dan saat pukul 05.00 nanti adalah awal dari liburannya yang menyenangkan. Raya melirik jam tangannya kemudian ia bertopang dagu.

"Aku mungkin harus lebih giat. Akhir bulan ini aku akan pergi ke Tokyo. Aku harus belajar disiplin seperti budaya disana." Katanya pada diri sendiri. Raya sudah mulai mengubah pola hidupnya. Sejak ia mendapat kabar ia diterima di salah satu universitas di Tokyo, kini ia sedikit lebih displin mengenai waktu. Raya selalu datang tepat lima belas menit sebelum waktu masuk kantor. Ia selalu fokus mengerjakan setiap pekerjaannya, ia rajin berlatih berbahasa Jepang jika sudah selesai dengan tugasnya. Baik di rumah maupun waktu luang saat coffee break di kantor.

Raya bangkit dari meja kerjanya. Aneh. Ia belum melihat Aldi hari ini. Biasanya laki-laki itu selalu menggangu harinya. Raya memutuskan mencari Aldi dan beranjak melangkah menuju ruangan Aldi. Sampai di ruangan itu Raya tak juga menemukan sahabatnya itu di kursi kerjanya. Ia mulai menyapu pandangannya ke seluruh sudut ruangan itu. Tapi ia tak juga menemukan Aldi.

"Maaf. Aldi kemana ya?" Tanya Raya pada salah satu karyawan yang satu devisi dengan Aldi. Karyawan itu menoleh.

"Bukankah Aldi sudah pergi istirahat sepuluh menit yang lalu?" Raya menyipitkan matanya. "Biasanya Aldi selalu mengajakmu Ray. Tapi sepertinya hari ini Aldi tidak mengajakmu. Apa kalian bertengkar?" lanjutnya. Raya menggeleng. Entah itu artinya tidak bertengkar atau tidak tahu. Raya tersenyum.

"Baiklah. Terima kasih." Karyawan itu balas tersenyum.

Raya melangkahkan kakinya menuju kantin.

Bertengkar? Seingatku kita tidak punya masalah sampai dengan kemarin sepulang bekerja. Aku juga tidak merasa bertengkar dengannya. Pikiran itu terus mengganggu Raya. Aldi tak biasanya seperti ini, kecuali jika sedang ada masalah. Tapi ia begitu yakin Aldi akan selalu berbagi apapun masalahnya. Situasi seperti ini semakin membuat Raya bingung. "Aku harus mencari tahu kebenarannya".

Sesampainya Raya dikantin ia menemukan Aldi sedang asik dengan ponselnya.

"Aldi?" Aldi tersentak.

"Eh Raya? Baru istirahat?" Tanya Aldi sedikit acuh. Raya mengerutkan dahinya tidak mengerti dengan sikap Aldi. Kemudian ia segera duduk mengambil tempat di depan Aldi.

"Jelaskan padaku apa maksud semua ini?"

"Apanya?" Raya menghela nafas.

"Aldi kau tidak sadar? Kau seperti orang yang sedang mengacuhkan aku, kau tahu?" Aldi diam. Raya menunggu jawaban Aldi. "Al. Jelaskan." pintanya sekali lagi.

"Kau merasa kehilangan aku?" Raya diam menunggu kelanjutan. "Kau sendiri sepertinya sibuk dengan semua persiapanmu di Jepang. Padahal kau baru akan berangkat sebulan lagi dan kau baru akan mulai studimu satu setengah bulan lagi." Raya mengerutkan dahinya.

"Aldi? Kau mengacuhkan aku hanya karena aku mempersiapkan diri untuk disana? Apa itu adil untukku? Bukankah aku masih sempat meluangkan waktuku untuk menemanimu? Baik kau ingin menelponku atau kau ingin menculikku pergi keluar? Tapi kau mengacuhkan aku seperti aku sudah melupakanmu atau aku amnesia dan tak ingat lagi denganmu. Bukankah menurutmu aku yang kekanak-kanakan?" Raya menutup mukanya. "Kau tahu? Kau aneh. Kau tak kalah kekanak-kanakan dariku."

HONESTWhere stories live. Discover now