21. Lucky Dei!

5.7K 223 3
                                    

Dont forget to vomment guys!
Ini mungkin terlalu aneh, tapi percayalah aku berusaha sebaik mungkin nulisnya hehe
So, enjoy! :)

"Karena kamu cuma satu, untukku." -Naif

***

Karena semalaman Lara begadang menonton bola, sekarang Lara harus menelan bulat-bulat konsekuensinya. Lara terlambat bangun disaat tinggal setengah jam lagi bel sekolah berbunyi.

"Kaos kaki dimana sih astaga?!" Ini kesekian kalinya Lara harus mencari benda kecil itu.

Ketika disaat-saat seperti ini, semua benda-benda penting justru menghilang begitu saja.

Lara memakai kaos kakinya yang kemarin dengan keadaan mandi cepat dan rambut di cepol asal. Tidak apa lah, lagian Lara sudah menyemprotkan parfum yang banyak.

"Buku, handphone, kalkulator, dasi... ah jaket!" Lara berlari lagi ke kamarnya mengambil jaket jeans yang tergantung dan segera berangkat.

Untung saja jalanan tikus di kota ini sudah bisa ia hapal. Tepat ketika Lara berada di depan warung teteh, mesin motornya berhenti seketika. Lara panik.

"Wah gak lucu sumpah." Berulang kali Lara menyalakan mesin motornya tetapi tetap tidak bisa. Lara segera menggeser motor itu dan memarkirkan tepat di sebelah warung.

"Teh nitip ya nanti istirahat diambil. Nuhun." Lara sekarang berpikir bagaimana caranya masuk ke dalam sekolah tanpa ketahuan guru piket. Lara terus mondar-mandir sambil mengetuk jari pada keningnya.

Tembok pembatas! Ah, Tuhan memang baik. Lara kan sekarang berada di warung teteh yang tersambung dengan pagar sekolah tidak bergerigi!

Ini adalah sela-sela yang sempat Lara temui waktu pertama kali menjadi murid disini, saat dimana sepatu Biru raib diambil orang gila.

"Teh, punten maaf nih." Lara menaiki bangku yang ada di warung teteh dan memanjat pagar sekolah.

Tepat ketika Bu Dewi berkeliaran di koridor, Lara menunduk. Lara mengintip dari celah pagar. Lara segera memanjat dan melompati pagar.

Untung Lara menonton film-film detektif di TV, jadi tidak harus kaku hanya untuk menyelinap masuk kelas.

Dibalik tembok sekolah, Lara memikirkan alasan apa yang akan dia berikan nanti karena pelajaran pertamanya adalah akuntansi keuangan.

Satu-satunya guru veteran di sekolahnya, Bu Yohana pasti sudah siap dengan seribu satu hukumannya. Ah, kalaupun memang harus terjadi, terjadilah. Lara pasrah. Otaknya terlalu buntu sekarang.

Oh ya! Lara duduk di ujung dekat jendela, dan itu artinya Lara bisa melempar tasnya lewat jendela kemudian pura-pura masuk dengan berbagai alasan.

Lara naik ke atas tangga dan merangkak ketika melewati kelasnya. Lara berjongkok ketika merasa posisinya sudah tepat.

"Kinan! Psstt ... denger gue gak?" Kinan menyembulkan kepalanya dari arah kaca dan dengan satu hentakan, Lara memberikan tas nya lewat jendela.

"Nih pegang cepetan!"

"Tapi Ra-"

"Ssttt, udah ini pegang!" Lara dengan cepat berjalan merangkak menuju depan pintu. Kinan berulang kali memanggilnya dengan pelan.

Lara buru-buru menyuruh sahabatnya itu diam. Rencananya bisa gagal jika Kinan berisik seperti itu. Lara pun berdiri perlahan dan merapikan pakaiannya lalu menghembuskan nafas dan segera mengetuk pintu.

Suasana terdengar sunyi seperti sedang fokus belajar. Aduh, Bu Yohana lagi! Lara memasang muka melasnya dan segera membuka pintu.

"Bu, saya tadi habis dari ruang guru soalnya ngumpulin tugas dulu. Maaf, ya Bu." Lara menunduk dan mengatupkan kedua tangannya sambil menggumamkan kata maaf berulang kali.

BILA (SUDAH TERBIT)Where stories live. Discover now