#37 - rindu

4.8K 345 3
                                    

P.S: alert! sebagian adegan di bawah ini tidak untuk ditiru. dan aku disini gak berusaha buat ngejatuhin pihak manapun. remember guys, this is just a fanfiction. our fantasy world. mohon maaf jika ada kata-kata/perbuatan yang menyinggung.


"Jef, Jef," Prilly menggoyang-goyangkan pundak Jefri yang berbaring di paha Prilly dengan mata setengah terbuka. Iya, ia ketiduran setelah mengerjakan tugas bersama Prilly.

Dengan hitungan detik, Jefri bangun. Ia tak sadar bisa sampai tertidur di paha gadis mungil itu.

"Eh, sorry. Gue ketiduran ya," ucapnya dengan segera yang dibalas Prilly dengan anggukan. "Gak papa, gue juga ketiduran."

Jam sudah menunjukkan pukul 1 dini hari waktu Melbourne.

"Kalo gitu, gue pulang dulu ya. Gak enak sama saudara lo disini. Sorry ya, sekali lagi. Gue juga gak enak sama cewe gue, jadi-"

"Tunggu, lo punya cewe?" Tanya Prilly, memtong pembicaraan Jefri yang panjang lebar.

Jefri mengedip beberapa kali, "Iya. Emang kenapa?"

"Oh. Gak papa, just asking. I thought you were a cool guy yang gak mau pacaran," jelas Prilly membuat Jefri tertawa pelan.

"Ya enggak gitu juga, lah. Emangnya cowo kayak gue gak bisa pacaran?" Jawab Jefri dengan sedikit kekehannya.

"Ya, i mean... cewe mana yang kuat sama cowo dingin macem lo?"

Jefri tersenyum, "cewe mana? Dia namanya Caitlin. Aslinya, gue gak kayak apa yang lo pikirin, sih."

"Lo sendiri, punya pacar?" Tanya Jefri balik.

Prilly terdiam sejenak. Memikirkan harus menjawab apa karena Prilly ingat, ada hati orang yang harus ia jaga walaupun bukan pacar.

"Dia jauh." Jawab Prilly pelan.

Jefri menautkan alisnya, "jauh? Oh, LDR? Wah, hebat juga lo. Untungnya gue sama Caitlin masih satu negara dan satu kota. I'm grateful."

"Nice to hear that. Gue gak bisa bilang dia pacar, sih. Cuma ya... gitu, deh," Prilly menjawab sambil mengeratkan sweater yang ia pakai karena udara mulai dingin.

"Oke, gue rasa gue gak perlu tau soal itu. Semua orang punya urusan masing-masing, so... yaudah, gue pulang, ya?" Kata Jefri, lebih ke bertanya bukan pamit.

Prilly menggigit bibirnya, "Iya. Hati-hati, Jef."

Jefri sudah keluar dari kamar Prilly, dah hanya ada Prilly di kamarnya. Pandangannya mengarah ke sofa sebelah kasur, ada kunci rumah Jefri.

"Astaga, kuncinya Jefri. Duh, gimana sih itu anak!" Dumelnya. Kemudian langsung mengambil kuncinya dan mengejar Jefri yang ia lihat dari jendela kamar sudah ada di halaman depan rumah Prilly.

Prilly berlari memanggil Jefri saat sudah di depan halaman. Namun, karena ia lari dengan sangat cepat kakinya tidak sengaja menginjak batu dan untungnya ada Jefri didepannya. Prilly terjatuh di pelukan Jefri.

"Jef, ini kunci lo," gumam Prilly masih dalam pelukan Jefri.

"Pelan-pelan, Pril. Untung ada gue," ucap Jefri pelan.

Prilly menatap mata Jefri yang tajam, sampai saat ini posisi mereka masih tetap dalam pelukan. Prilly semakin mendekatkan tubuhnya, mengeratkan pelukan mereka.

"Gue harus pulang, Pril," kata Jefri tanpa menyinggung Prilly.

"Disini aja, Jef. I need you."

"Tapi udah malem. Gue gak bisa lama-lama disini," Jefri berusaha memberi pengertian kepada Prilly.

Prilly mengelus pipi Jefri, "lo tau? Gue kangen banget sama seseorang."

Youtubers In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang