#2 - New Year Eve in L.A.

2.8K 244 1
                                    


Berita soal bubarnya Heyday terus menjadi topik utama selama beberapa bulan. Benar kata Kat, orang-orang menjadi gila. Ada yang membuat petisi untuk memboikot Sony seandainya Heyday tidak bergabung kembali. Baru ketika remaja-remaja perempuan gila memulai tren untuk menyayat anggota tubuh mereka agar Heyday tidak jadi bubar, akhirnya tim Heyday angkat bicara. Dua di antara personil mereka, Hayden dan Colin, membuat video mengumumkan kalau mereka berjanji tidak akan hilang dari dunia hiburan. Mereka akan kembali, entah sebagai penyanyi solo atau sebagai band. Yang pasti mereka tidak menutup kemungkinan kalau Heyday akan bergabung kembali. Video itu cukup menenangkan dunia.

Sementara itu, rutinitas Kat dan Ollie berjalan seperti biasa. Ollie mengurus semua keperluan Kat sementara gadis itu terbang ke sana kemari untuk promo film atau photoshoot. Kadang Ollie ikut bersama Kat, kadang tidak. Tergantung di mana Ollie paling dibutuhkan. Perkerjaan mereka baru mulai meringan di penghujung tahun.

"Ayolah, Ollie, tahun lalu kau sudah merayakan tahun baru di San Francisco. Kita belum pernah merayakannya bersama. Tahun ini akan ada pesta besar di LA. Akan ada banyak selebriti yang datang. Kau tidak mungkin mau melewatkannya."

Ollie tertawa mendengar paksaan Kat. Kat seharusnya tau kalau selebriti bukan umpan yang cocok untuk menangkap Ollie. "Aku hanya pulang untuk Natal dan tahun baru. Kau sudah mendominasiku sebelas bulan kemarin, saatnya keluargaku mengklaim aku kembali."

Kat merengut kesal, tapi tidak memaksa lebih jauh. "Kembalilah segera. Aku bisa gila tiga minggu tidak kau urus." Kat serius soal ini. Meskipun Ollie hanya setahun lebih tua dari Kat, dia berkali-kali lipat jauh lebih baik dari personal assistant Kat sebelumnya yang usianya hampir se-Sophia, kakak Kat paling tua. Mungkin karena faktor usia juga, Kat dan Ollie mudah akrab layaknya sepasang sahabat.

Lagi-lagi Ollie tertawa. "Ada Ruth yang selalu mengurusmu dengan baik." Ruth adalah ibu Kat sekaligus managernya. Kat hanya memutar bola matanya menanggapi ucapan Ollie.

"Pokoknya kau harus kembali secepatnya," tegas Kat.

Ollie berlagak jengah. "Iya, bos."

---

Pulang ke rumah orang tuanya di San Francisco selalu menjadi hal yang menyenangkan tapi juga melelahkan. Ibu Ollie, yang adalah imigran generasi pertama dari sebuah desa kecil di Perancis, selalu saja mengomentari apa pun yang Ollie lakukan. Ollie tidak keberatan, tapi kalau sudah berlebihan kadang dia jengah. Apalagi kalau sudah berhubungan dengan pekerjaannya. Kalau bukan karena ayahnya, mungkin Ollie tidak akan diijinkan mengambil pekerjaan ini.

"Bagaimana pekerjaanmu?" tanya ayah Ollie ramah, ketika mereka tengah menyantap makan malam pertama sejak kepulangan Ollie.

"Baik. Semuanya berjalan lancar," jawab Ollie. Dia menelan potongan daging yang baru sebentar dikunyah. "Bulan depan aku akan ke Korea menemani Kat photoshoot."

Ayah Ollie manggut-manggut, sementara Ollie sadar ibunya terlihat tidak suka.

"Kudengar kemarin Sophia berpose telanjang lagi untuk sebuah majalah?" tanya ibunya sinis.

Ollie hanya mengangguk. Bukan berita yang aneh Sophia, kakak Kat paling tua, berpose telanjang. Orang-orang suka melebih-lebihkan berita itu hanya karena nama belakang Sophia Arendell.

"Lalu—siapa di antara mereka yang pecandu narkoba? Jason?"

"Julian," sahut Ollie pelan, tidak mau membahas lebih lanjut. Julian adalah anak keempat keluarga Arendell. Sedangkan Kat anak terakhir—kelima. "Dia sudah sedang menjalankan rehab."

"Kau harus berhati-hati, oke?" kali ini ayahnya yang bersuara. Berbeda dengan ibunya, ayahnya tidak menuduh melainkan mengingatkan. "Dunia mereka bisa sangat menyesatkan." Ollie mengangguk dan tersenyum tipis. Ayahnya membalas senyumannya, tidak lagi terlihat cemas.

"Bukan dunia mereka yang berbahaya, tapi keluarga Arendell. Sejak awal aku sangat tidak setuju kau bekerja untuk mereka. Kau tidak sadar seberapa banyak skandal yang mereka ciptakan?" cibir ibunya. Ibunya sebenarnya tidak selalu seperti ini. Dia hanya cemas untuk Ollie, anak perempuannya yang paling kecil.

"Ma, aku hanya bekerja untuk Kat, bukan untuk keluarganya."

"Iya, Kat Arendell. Sama saja."

"Tidak 'sama saja'." Terkadang Ollie jengah dengan sikap ibunya yang suka berlebihan. "Coba, skandal apa yang pernah kau dengar soal Kat?" tantang Ollie tenang.

Ma tidak bisa menjawab, tentu saja. Kat memang hampir bersih dari skandal. Sekalipun ada, tidak ada apa-apanya dengan sensasi yang diciptakan kakak-kakaknya—bahkan orang tuanya. Di antara mereka semua, Kat yang paling tertutup dan hanya mau fokus menjalani pekerjaannya sebagai pemain film dan model. Berbeda dengan Sophia dan Maya yang bisa dibilang mencintai paparazzi, tidak jarang tersebar foto Kat sedang menutup mukanya sambil mengacungkan jari tengah ke arah paparazzi yang seenaknya mengambil foto Kat di pinggir jalan. Berbeda dengan Ruth yang bernafas saja tidak lebih penting dari publikasi, Kat tidak suka kalau kehidupan pribadinya tersebar kemana-mana. Sebagai orang yang memiliki pengikut terbanyak di Instagram, tidak sekali pun Kat pernah memasang foto yang memprofokasi atau sengaja memamerkan kekayaannya. Dibandingkan anggota keluarganya yang lain, Kat paling jarang aktif di media sosial.

"Kita tidak bisa menghakimi hanya karena nama belakangnya Arendell. Aku sudah cukup mengenalnya untuk tau kalau dia berbeda. Lagipula, jujur, Arendell tidak seburuk yang diberitakan. Mereka memang sensasional dan luar biasa kaya. Tapi mereka lebih baik dari yang kalian duga."

Ma terlihat cukup terkejut dengan penuturan Ollie membela keluarga yang setiap hari muncul di berita karena skandal, bukan prestasi. "Hati-hati jangan sampai kau terpengaruh dan menjadi seperti mereka."

"Ma," tegur Derek, kakak laki-laki Ollie yang sedari tadi diam saja menyantap makan malam. "Ollie baru saja pulang, for God's sake."

"Tidak apa-apa, Derek." Ollie tersenyum ke arah kakaknya, lalu kembali menatap Ma—masih dengan tersenyum. Ollie memang paling ahli dalam mengontrol emosinya. "Iya, Ma, aku berjanji untuk tidak menjadi seperti mereka."

Ma mengangguk tegas, dan perbincangan soal Arendell, Kat, dan pekerjaan Ollie pun berakhir sampai di situ. Setidaknya untuk malam ini.

---

"Bagaimana pesta semalam?"

"Seperti biasa, menarik. Ada banyak orang yang datang. Aku bahkan sempat bicara sebentar dengan Beyonce." Tengah hari di tanggal pertama tahun dua ribu enam belas Kat sudah menelfon Ollie untuk mengucapkan selamat tahun baru. Ollie sendiri belum lama bangun karena dia baru tidur setelah matahari terbit. Ollie memang selalu lebih tertarik menyaksikan matahari pertama tahun baru dibandingkan detik pertama pergantian tahun.

"Wow, Beyonce datang?" Ollie tau, Beyonce adalah selebriti di kalangan para selebriti. Jadi dia sudah bisa membayangkan seberapa banyak selebriti yang datang ke acara yang Kat hadiri semalam.

"Iya. Kau ingat beberapa bulan yang lalu kita pernah membahas soal Edmund dan band-nya yang bubar? Waktu aku bilang aku pernah bertemu dengannya dan menurutku dia cute?"

"Hm. Kenapa?"

"Semalam aku bertemu lagi dengannya. Dan, kau tidak akan percaya, dia terlihat jauh berbeda. Jauh lebih dewasa. Seolah dua tahun ini dia tumbuh lebih cepat dari manusia normal. Aku tidak akan bohong, dia seksi."

Ollie tertawa. "Jadi sekarang dia sudah menjadi tipemu?"

"Entahlah. Tidak terlalu kupikirkan. Sayang saja kulitnya tidak lebih gelap."

Ollie geleng-geleng kepala. Dia tau memang selera Kat adalah pria-pria berkulit gelap. Menurutnya mereka lebih menarik dan macho. Pria kulit putih terlalu membosankan.

"Omong-omong kau kapan kembali?"

Ollie sudah membeli tiket kembali ke New York dari jauh-jauh hari tapi dia lupa mengabari Kat. "Dua hari lagi aku sudah di sana. Jangan lupa jam dua siang kau harus hadir di acara peluncuran parfum itu."

"Siap, bos."

Ghost GirlfriendWhere stories live. Discover now