#24 - Stop It, Charles

1.4K 198 0
                                    

Selama dua puluh menit perjalanan, Charles tidak berhenti bicara. Ollie hanya menanggapi sekedarnya. Pria ini memang baik dan enak dilihat, hanya saja dia terlalu kekanak-kanakan untuk selera Ollie. Entah memang itu alasannya, atau ada hal lain yang membuat Ollie tidak tertarik dengan pria ini—atau pria lain. Ollie mengenyahkan pikiran itu. Dia tidak boleh berfikir demikian. Edmund milik Kat.

Sesampainya di tujuan, Charles langsung mengajak Ollie ke halaman di belakang rumah yang ternyata jauh lebih megah dari yang Ollie lihat dari seberang danau. Dekorasinya sederhana namun sangat menarik karena banyak menggunakan rantaian lampu kecil. Dekorasinya dibuat semakin meriah di bagian halaman belakang, tempat pesta dilangsungkan.

Dikarenakan sepatu yang kurang pantas digunakan di pesta taman, Ollie terpaksa merangkul lengan Charles selama berjalan. Bisa Ollie lihat Charles kelewat senang. Wajah senangnya berubah bangga begitu mereka sampai di kerumunan dan menemukan Kat dan Edmund bersama yang lain.

Kat hampir sama bahagianya melihat Ollie datang menggandeng Charles. Ollie reflek menoleh ke Edmund yang berdiri di samping Kat. Pria itu sudah melepas jas dan dasinya. Kerah kemeja terbuka. Terlihat lebih kasual, Edmund justru semakin memukau. Bagaimana bisa pria itu tetap menawan dengan gaya pakaian apapun dua puluh empat jam sehari?

Sementara yang lain memuji Ollie dan ikut senang karena akhirnya dia mau datang, Edmund tidak berkata apa-apa. Untuk beberapa saat mata Ollie sempat bertemu sepasang mata hijau itu dan Ollie tidak mengerti kenapa Edmund justru terlihat serius. Edmund kembali dengan tatapannya yang mengintimidasi. Ollie cemas kalau sesuatu terjadi sebelum dia datang. Apa mungkin Edmund bertengkar dengan Kat?

Pertanyaan Ollie langsung terjawab dengan Edmund merangkul pinggang Kat dan menarik gadis itu lebih dekat. Kat sendiri langsung melingkarkan tangannya di pinggang Edmund tanpa melepas pandangan bahagianya dari Ollie dan Charles.

"Wow, Ollie. Mungkin seharusnya aku yang menjemputmu," ucap Dough begitu bergabung. Ollie mengalihkan perhatiannya dari Kat dan Edmund lalu tertawa sekedarnya menanggapi Dough.

"Tugas Charles sudah selesai untuk menjemputmu, sekarang tugasku untuk menemanimu berdansa," ujar Dough sambil mengulurkan sebelah tangannya yang segera ditepis Charles.

"Hei, Ollie bersamaku," elak Charles. Ollie meringis pelan, tidak suka mendengar Charles seenaknya mengatakan hal seperti itu. Tapi bukannya dia salah, Ollie memang datang bersama Charles.

Ollie butuh minuman. "Bagaimana kalau kalian saja yang berdansa? Aku mau cari minuman."

Dough terkekeh mendengar gurauan Ollie sedangkan Charles buru-buru menahan gadis itu. "Biar aku antar."

"Tidak perlu," tolak Ollie halus. "Aku bisa sendiri," lanjutnya sambil tetap tersenyum. Charles pun menyerah, dan Ollie hati-hati berjalan menuju meja bar.

Bartender yang bertugas dengan ramah mengajak Ollie bicara, dan Ollie memanfaatkan kesempatan ini untuk lebih lama jauh dari Charles. Tidak hanya Ollie menjawab pertanyaan sang bartender, dia juga bertanya balik mengharapkan percakapan. Tapi usaha Ollie tidak bisa bertahan karena sang bartender sudah dipanggil untuk menyiapkan minuman lain. Ollie pun hanya tersenyum tipis berpamitan dengan segelas wine di tangan.

Ketika berbalik, Ollie hampir saja menumpahkan isi gelasnya karena terkejut melihat Edmund sudah berdiri di sampingnya. Pria itu hanya mengangkat kedua alisnya singkat ke arah Ollie dengan wajah datar.

"Dave, satu martini, please," seru Edmund ke sang bartender yang masih sibuk membuat pesanan untuk yang lain. Sebelah siku bersandar pada meja bar, Edmund menoleh dan mendapati Ollie masih diam menatapnya. "Ada apa?" tanyanya.

Ollie menggelengkan kepalanya cepat. Dia kemudian menyesap wine di tangannya sambil berdiri canggung di samping Edmund pura-pura sibuk memperhatikan tamu di lantai dansa. Ollie pikir dia tidak akan canggung lagi setelah percakapan panjang mereka tadi malam, namun nampaknya tatapan serius Edmund mampu membuatnya kembali ke titik nol.

"Hei, Dan!" panggil Edmund ketika pasangan pengantin baru lewat tak jauh di depan mereka. Kakak perempuan Edmund, Danish, menoleh. Dengan sebelah tangannya, Edmund meminta Danish mendekat. "Kenalkan, ini Olivia."

Kedua alis Ollie terangkat bingung tiba-tiba dikenalkan seperti ini. Tapi Danish langsung menyapa dan memeluknya hangat. "Jadi kau Olivia? Kenapa tidak datang tadi?" tanyanya dengan aksen yang bahkan lebih kental dari Edmund.

Ollie menoleh ke Edmund sejenak, merasa terjebak. Pria itu tidak lagi memasang wajah serius dengan tatapan yang mengintimidasi. Justru sebaliknya, Edmund menatap Ollie sambil mengulum senyum geli.

"Kenapa? Eddie tidak bilang kalau aku mengundangmu datang?" Danish menatap Edmund curiga.

Edmund menggelengkan kepalanya. "Olivia merasa tidak diundang tanpa kartu undangan dengan nama lengkapnya tertera."

Oke, entah Edmund sedang jahil atau dia tega menyudutkan Ollie di depan kakaknya. "Bukannya begitu," Ollie cepat membantah. "Aku... aku..."

Danish tertawa. "Jangan dengarkan Eddie. Dia memang suka begitu," ucapnya sambil memukul pelan lengan Edmund. Pria itu tertawa renyah dan jantung Ollie berhenti sedetak. "Kasihan Olivia sampai pucat."

Ollie tersenyum canggung, masih berusaha mengontrol jantungnya. "Maafkan aku tidak datang."

Danish mengibas sebelah tangannya. "Tidak usah dipikirkan. Yang penting kau menikmati sisa pesta ini." Senyum Danish serupa dengan Edmund, sama-sama membuat Ollie terpukau. Danish kembali beralih ke adiknya. "Di mana Kat?"

"Di toilet," jawab Edmund.

"Baiklah, selamat bersenang-senang kalian!" seru Danish.

Ollie menahan Danish sebelum dia pergi. "Um, selamat atas pernikahanmu." Danish tersenyum manis, mengucapkan terima kasih lalu pergi menghampiri suaminya yang sedang bicara dengan tamu lain.

"Puas menyudutkanku barusan?" tanya Ollie tidak lagi canggung. Edmund masih tersenyum geli. Namun sebelum sempat merespon, Charles tiba-tiba muncul.

"Ah, kau masih di sini. Aku tunggu dari tadi kau lama sekali," ucap Charles.

Kau tidak perlu menungguku, desis Ollie dalam hati. "Iya, kami sedang mengobrol," ujar Ollie beralasan. Dia menoleh ke Edmund dan pria itu sedang berdiri tenang menyesap martininya. Senyum gelinya sudah hilang. Dia hanya melirik ke arah Charles dan Ollie tanpa terlihat begitu menyimak.

"Ayo kita berdansa," ajak Charles.

"Tidak, aku sedang tidak ingin berdansa," tolak Ollie masih halus.

"Ayolah," ajak Charles sekali lagi. Sebelah tangannya sudah berusaha merangkul Ollie. Gadis itu menghindar.

"Tidak, kau ajak yang lain saja."

"Sekali ini saja," Charles memaksa. Tangannya kali ini bergerak menjamah punggung bawah Ollie.

Ollie benar-benar jengah. Dia sudah mau mendorong Charles menjauh, tapi Edmund tiba-tiba menahan pergelangan tangan Charles, menghentikan usaha pria itu untuk menyentuh Ollie.

"Stop it, Charles. Dia bilang tidak mau," ucap Edmund tegas. Caranya menatap Charles bahkan lebih serius dari yang pernah Ollie lihat. Suasana sempat berubah tegang. Ollie sempat cemas kalau Charles akan melakukan hal yang bodoh. Namun rupanya pria itu bisa cukup dewasa untuk melepaskan tangannya dari genggaman Edmund lalu pergi menjauh.

"Maafkan aku. Charles terkadang suka kelewat batas," ucap Edmund masih dengan tatapan serius mengekori Charles dari jauh.

Dengan kedua tangannya Ollie membawa gelas winenya ke depan wajah, menyesapnya sekali lalu tetap didiamkan di sana, untuk menutupi senyumnya yang terlalu tersipu. Dia tidak bisa mengelak kalau apa yang barusan Edmund lakukan membuat jantungnya berdebar terlalu cepat.

"Tidak apa-apa. Terima kasih, Edmund."

Ghost GirlfriendWhere stories live. Discover now