Kelulusan

178K 8.6K 447
                                    


"Raden Ajeng Galuh Kirana Sasmito, lulusan terbaik tahun ini dari fakultas hukum dengan IPK 3.8," ucap MC yang membawakan acara kelulusan di sebuah kampus negeri di Jogjakarta. Riuh Tepuk tangan, mengiringi penyematan kelulusan Galuh yang mengenakan baju toga hitam. Akhirnya setelah perjuangan selama 3 tahun 10 bulan, dirinya lulus dari fakultas hukum jurusan hukum pidana dengan nilai yang amat memuaskan.

Galuh tersenyum bangga, tatkala tali kuncir panjang topi wisuda dipindahkan dari kiri ke kanan. Surat kelulusan yang diserahkan oleh sang dosen, ia apit erat pada tangan kiri. Namun senyuman yang manis itu dipaksa berkurang kadarnya ketika melihat sekelompok manusia yang menatapnya haru sekaligus bangga.

Di sana, agak depan tengah aula ada keluarga besarnya berdiri sembari memotret Galuh dari kejauhan. Di tengah-tengah mereka, ada mahluk asing perpaduan antara badak dengan manusia tersenyum malu-malu saat Galuh berjalan mendekat. Makhluk mirip patung gladak itu adalah Haryo Kusumo Wiloto. Pria berusia 27 tahun, berperawakan tubuh besar dengan lemak tambahan, berkumis tipis, berkulit sawo matang di pohon, yang kini tengah memakai kemeja batik bermotif parang. Dan sialnya lelaki berperawakan bak minta disembelih itu adalah tunangannya.

Galuh adalah seorang gadis yang begitu mengikuti serta menaati adat istiadat jawa kental. Sebagai seorang gadis yang besar di sekitar kompleks keraton. Jelas pacaran, kencan, pergi dengan lawan jenis, main sampai pulang larut malam tidak ada di dalam kamus kehidupannya. Galuh harus siap dijodohkan. Dimana pria yang menjadi calon suaminya, tentunya memiliki kategori sederajat, punya prinsip yang sama, mapan, menjunjung tinggi adat jawa, jelas asal-usulnya dan tentu berdarah biru. Padahal terus terang hati Galuh tak bisa bertaut atau tertarik dengan sosok Haryo. Bukankah ketertarikan di mulai dengan fisik yang menarik dan Haryo tak punya kualifikasi sebagai suami idaman menurut Indra penglihatan.

Walau Haryo sendiri bukan manusia biasa. Dia adalah pemilik waralaba ayam kremes paling terkenal di Jogja. Katanya jika Galuh mau jadi istrinya. Ia tak usah repot-repot bekerja, atau banting tulang untuk memenuhi kebutuhan hidup. Galuh cukup duduk manis di meja kasir, menerima uang dan mencetak anak sebanyak mungkin.

Dulu waktu dijodohkan, Galuh kira bakal dapat pangeran tamvan. Eh ternyata dia dijodohkan dengan Doraemon berwajah nobita beserta kantong ajibnya yang isinya makanan semua. Kelihatan dari perut one pack Haryo yang mirip orang bunting. Pasti ia menyimpan harta karun di dalamnya hingga kancing baju yang dipakainya hampir melompat karena terjepit lemak. Tak bisa dibayangkan berapa kali Galuh akan memasak dalam sehari ketika nanti jadi istri Haryo.

Sampai di hadapan para anggota keluarga Sasmitho. Ratri, wanita yang bersanggul dan memakai kebaya bergaya kutu baru bermotif bunga soka itu bangga dan menatap haru pada Galuh. Putri yang ia kandung dan besarkan dengan tangannya sendiri kini telah tumbuh menjadi seorang gadis bertitel sarjana hukum. Tangan ibu Galuh yang sudah di dominasi keriput samar itu terulur untuk memberinya pelukan hangat.
"Ibu bangga sama kamu nduk, kamu sekarang punya gelar SH."

Tedjo selaku ayah Galuh hanya menatap datar keduanya. Pria yang selalu memakai beskap hitam, sepatu selop, dan jarik batik di acara resmi itu selalu menganggap bahwa setinggi apa pun gelar seorang perempuan. Status dan kedudukannya tak boleh lebih dari laki-laki. Pria yang selalu memelihara kumis dan memangkas jambangnya ini menganggap bahwa kodrat Galuh ada di tangannya. Menikahkan gadis itu adalah jalan terbaik. Seorang gadis punya tiga tahap kehidupan. Kelahiran, tumbuh menjadi anak lalu dewasa dan pada akhirnya dinikahkan.
"Besok, keluarga Haryo bakal berkunjung kerumah kita membahas rencana pernikahan."

Belum tuntas kebahagiaannya ia cecap tapi kabar tak enak harus Galuh dengar. Pernikahan semakin dekat atau dia saja yang tak memperhitungkan karena terlalu terlena menyambut kelulusan. Galuh ingin marah dan mengatakan tidak mau. Tapi semua itu hanya terendam di hati, ucapannya hanya sampai tenggorokan.

assistanku putri keratonМесто, где живут истории. Откройте их для себя