hidup baru

81.9K 6.8K 111
                                    


Sudah hampir sebulan Galuh hidup di Jakarta. Ia tinggal berdua dengan Sumi, selain hemat biaya kos nya, nyatanya wacana mandiri yang Galuh kibarkan tak berhasil. Ia kewalahan mengurus dirinya sendiri dari mulai mencuci, masak dan juga membersihkan kamar. Galuh payah dalam hal mengurus rumah.

Entah hoki yang selalu menyertainya sejak lahir karena kata buku primbon, hari lahir Galuh yang jatuh pada hari senin pon menyatakan bahwa nasib Galuh akan beruntung dalam hidup tapi tidak dalam hal asmara. Ia diterima bekerja sebagai sebagai asisten dari direktur operasional Pt. Andalas Group, Arjuna Majendra. Awalnya ia melamar di bagian HRD tapi entah kenapa Galuh malah jadi berakhir duduk di kursi di depan ruangan bosnya yang terletak di lantai paling atas.

Jadi inget Romo serta ibu. Apa kabar orang yang melahirkan batu macam Galuh ini. Pasti pingsan saat tahu anak perawannya minggat. Galuh jadi merasa bersalah, tapi pikirannya itu segera ditepisnya jauh-jauh. Yah kalau gak minggat dia bakal dikawinin sama sapi gelonggongan. Ia tak akan menatap komputer tapi akan menjadi pendamping seorang Haryo Wiloto.

"Ehm... ehm".

Galuh tersentak saat suara seorang laki-laki berdehem tak jauh dari jarak meja kerjanya.

"Ada apa, Pak?"

"Siapin bahan meeting yang ada sama Sarah, bawa ke saya dan jangan lupa jadwal saya buat satu minggu ke depan."
Arjuna Mahendra seorang yang amat tegas dan juga perfeksionis ketika bekerja. Pria itu selalu memerintah dan harus langsung dilaksanakan. Tak ada kata terlambat atau kalimat saya tak bisa. Arjuna tak menerima kesalahan anak buahnya. Baginya waktu setiap detiknya adalah uang.

"Siap pak".

Galuh menyanggupi apa yang sang bos minta. Ia mengambil note kecil lalu memindahkan tulisannya ke dalam komputer namun baru hendak memecat keyboard.Arjuna sudah berada di samping Galuh, mengawasi pekerjaannya.
"Bapak ngapain?"

"Syukurlah kamu kerja bukan main game online. Sayang Wifi di kantor ini digunakan buat hal yang gak berguna."

Galuh memejamkan mata, sembari menghembuskan nafas untuk meniup poninya. Dia juga tahu kali, mana jam kerja mana nggak. Astaga Galuh lupa jika bosnya ini pelit dan meditnya ngalahin jin ifrid. Di kantor ini ada larangan kertas membuang-buang kertas padahal PT. Andalas juga punya pabrik percetakan. Terus terang sang bos itu memang tampan, gagah dan juga keren tapi sayang sifatnya banyak minusnya hingga susah diurai.

Galuh awal kerja juga terkejut dan rasanya ingin berhenti kalau tidak ingat jika punya biaya kos dan makan sehari-hari. Galuh yang fresh graduation dan baru pertama kali bekerja jadi sasaran empuk kemarahan Juna. Lelaki itu kerap membawa bolpoin untuk merevisi kertas laporan dan juga menyentil jidat gadis itu apabila sampai ketiduran.

"Mbak Sara, laporan buat meeting mana? Udah difotokopi?" tanyanya pada Sara sekretaris Juna yang berseberangan meja dengannya.

"Sorry say, belum gue fotokopi." Galuh mendesah, meski cakep. Dia tak bisa mengeluh ketika melihat perut buncit Sara yang hampir beradu dengan meja. Mana tega ia menyuruh wanita hamil 7 bulanan untuk turun ke lantai tiga.

Sepertinya neraka Galuh akan terjadi sebentar lagi. Sara beberapa bulan lagi akan mengajukan cuti hamil. Galuh yang menggantikan pekerjaan Sara. Ia merangkap jadi asisten sekaligus sekertaris. Terbayangkan repotnya bagaimana? Setiap hari Galuh akan dapat reward doble yang bisa membuatnya kena spot jantung dan penuaan dini. Jangan sampai deh dia juga dapat hujan lokal ketika si bos ceramah karena Galuh melakukan banyak kesalahan. Tapi yang nanti biarlah nanti, toh dimarahin tak mengapa asal jangan dipecat.

Tok...tok...tok

"Iya, masuk."

"Ini pak, laporan dan jadwal bapak seminggu ke depan." Galuh meletakkannya sebuah map di atas meja. Aneh loh pak Juna ini, udah jaman modern masih kayak jaman batu. Kenapa laporan dan jadwal tak di kirim melalui aplikasi ponsel atau email.

assistanku putri keratonWhere stories live. Discover now