[19] Hal Mengejutkan

14.5K 1.4K 37
                                    

“Sesungguhnya engkau (Muhammad) tidak akan dapat memberi hidayah (petunjuk) kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi hidayah kepada orang yang Dia kehendaki, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk”.
[Al Qashash: 56]

🌷🌷🌷

SUARA mesin motor milik Haidar yang berdecit mengejutkan laki-laki berdarah Sumatra, Gio. Wajahnya yang pucat pasi menandakan ada yang sangat membuat hatinya tidak enak. Gelagat pemuda itu akhir-akhir ini memang selalu menjadi perhatian Haidar. Semenjak ia bermasalah dengan keluarga Sarah, wajahnya tidak pernah seceria dulu. Dulu meskipun banyak masalah Gio masih bisa bercanda ria, menertawakan apapun sesukanya. Namun, sekarang ia berbeda, wajahnya seringkali kusut. Tak jarang Haidar menemukannya sering menangis sehabis sholat. Ia hampir selalu memperlama sujud akhirnya. Entah apa yang ada di dalam hatinya paling dalam.

"Aku sangat merakasan kesedihan keluarga Sarah, Mas," katanya tempo hari. Saat Haidar menanyakan kabarnya.

Kini Haidar dibuat kebingungan karena laki-laki itu terlihat begitu gugup. Seolah-olah ada yang mengejarnya dari belakang.

"Mau ke mana, Yo? Kok buru-buru benget?" Haidar mematikan mesin motornya. Ia turun dari motor begitu melihat Gio melewatinya begitu saja. Tanpa menyapa, seolah-olah kedatangannya tidak terlihat.

"Mas Haidar?" tanyanya dengan nada terkejut.

"Iya, ini aku, Yo," tukasnya. "Aku sebegitu nggak terlihat ya sampai-sampai kamu lewat begitu saja nggak nyapa sama sekali?"

"Afwan, Mas. Bukan begitu. Aku buru-buru. Terlalu panik."

Haidar mengangguk-angguk. Sebenarnya bukan ia ingin dihormati sehingga ia merasa terluka saat santri kosnya tidak menyapanya. Hanya saja ia ingin mengetahui apa yang membuat seorang Gio sampai merasa tidak perlu menganggapnya ada, padahal ia tahu kalau Gio sempat terkejut begitu motor purbanya itu berhenti tepat di depan pintu gerbang gedung kos.

"Apa yang membuatmu sebegitu paniknya, Yo? Ada sesuatu yang terjadi?"

Gio langsung mengangguk. "Ayahnya Sarah, Mas."

Seperti mengerti kepanikan dan kecemasan Gio, Haidar langsung naik ke atas motornya. Kembali menyematkan kunci dan menyalakan mesin. "Ayo kuantar, Yo. Cepat!"

Gio terlihat kebingungan untuk sesaat sebelum kemudian ia bergegas duduk di belakang Haidar. Dengan kecemasan yang tak berbeda jauh dengan Gio, Haidar langsung menggas motornya dengan kecepatan tinggi. Instingnya mengatakan ada sesuatu yang gawat, yang beberapa hari ini tidak diceritakan Gio karena mungkin Gio tidak mau merepotkannya sebab ia sedang sibuk mempersiapkan lamarannya.

Di perjalanan menuju rumah sakit, otak Gio seperti melayang-layang. Hatinya cemas, gelisah, dan ketakutan. Telepon dari Bu Minah beberapa menit lalu seolah membuat tubuhnya linglung. Ia hampir-hampir meneteskan air mata. Merapalkan beberapa doa dan istighfar dalam hati. Bermunajat kepada Allah agar apa yang ia takutkan tidak terjadi.

🌷🌷🌷

"Sal, ada yang mau ngomong sama kamu." Ali menepuk bahu Faisal yang sedang sibuk dengan mushafnya.

"Siapa?" Faisal membenahi letak kacamatanya. Ia memasukkan mushaf kesayangannya ke dalam tas.

"Ada. Perempuan."

Teman ke SurgaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang