Part 7

66 8 0
                                    

"meski ku tahu mengejarmu takkan mendapatkan apa-apa. Tapi entah kenapa, aku selalu saja ingin mengejarmu."

Hari ini weekend itu artinya Sagit bisa bermalas-malasan dirumah dan hibernasi ke alam mimpi yang jauh lebih indah dari kenyataan. Iya, mimpi Sagit itu lebih indah dari kenyataannya. Karena hanya dalam mimpinya saja ia bisa bertemu pangerannya, player mobile legends.

Siapa dia?

Benedith Sigit Weggin.  Cowo yang ia kenal sebagai partner mainnya di Mobile legends. Kini Sagit harus menegaskan lagi, PARTNER. Iya, main terus bareng Sigit membuat Sagit merasakan perasaan aneh, perasaan yang seharusnya tak ia buka untuknya. Tapi nasi sudah menjadi bubur, Sagit tak bisa mengelak lagi kalau dirinya benar-benar jatuh cinta Pada player ML, Sigit.

Salahkah ia mempunyai perasaan itu? Tidak! Karena perasaan susah untuk dikendalikan. Dia tahu resiko apa yang akan ia hadapi nanti setelah ia mempunyai perasaan lebih seperti ini. Tapi hati takkan berubah menjadi jantung. Jika ia telah terbuka, maka siapapun takkan bisa mencegah masuknya seseorang. Begitu pun hati Sagit, kini telah terbuka sepenuhnya untuk Sigit. Hatinya yang semula kosong, kini telah terisi oleh seorang gamer, si player Mobile Legends.

Drrt... Drrt...

Tiba-tiba ponselnya berbunyi, menandakan ada notifikasi masuk, dan setelah ia melihat layar ponselnya, benar saja banyak notifikasi yang masuk ke ponselnya. Ia membuka lock ponselnya dan membuka aplikasi chat, whatapp.

Eka : mabar lagi kuys.

Sigit : pagi babe :-*

Nana : git, lo jadi jogging gak?

Omg!

Sagit meneput jidatnya setelah membaca pesan dari Nana. Ia lupa kalau hari ini Nana mengajaknya jogging, dan sudah dipastikan ia akan dimakan habis oleh Nana. Ia tahu sifat sahabatnya yang tak suka menunggu, apalagi menunggu kepastian dari orang yang gak pasti.

Dengan segera Sagit berlari menuju kamar mandi dan tak butuh 15 menit, Sagit telah selesai dan segera bersiap-siap.

Nana's calling...

"halo..."

"snow white, baru bangun ya?" seru orang diseberang sana.

"apaan sih, nggak. Gue mau otw nih."

"halah, alibi lo. Buruan, gue udah nunggu lebih dari 15 menit tau gak."

"iya iya maaf, 5 menit lagi gue nyampe nih."

"buruannnn!"

"iya bawel."

Tutt...

Sambungan telepon terputus, dengan segera Sagit langsung keluar setelah pamit sama mamanya.

tittttttttttttttt......

Suara klakson motor yang memekikkan telinga membuat Sagit berhenti berlari. Sambil menutup kedua telinganya karena suara klakson yang kencang itu. Sedangkan seseorang yang hampir menabraknya itu, turun dari motornya dan segera menghampiri Sagit, takut-takut jika terjadi apa-apa padanya.

"lo gak papa?" tanyanya.

"iya, g--" ucapannya terpotong kala ia melihat siapa yang ada dihadapannya ini, jantungnya kembali berdebar dan tiba-tiba ia merasakan panas diwajahnya.

"Sagit?" kata orang itu. Dan sudah dipastikan, seseorang yang selalu membuat Sagit deg-degan meski hanya panggilan 'beb :-*'. Yap, itu Sigit Weggin.

"git, lo gak papa kan? Duh, sorry ya gue hampir aja nabrak lo." katanya sambil menggenggam kedua tangan Sagit, yang digenggam otomatis diam membeku karena tanpa sadar perlakuan Sigit justru membuat snow white rasanya ingin tidur lagi.

"git, lo gak papa kan?" tanyanya sekali lagi Karena tidak mendapat respon apa-apa dari Sagit.

"eh, i-iya, gue gak papa kok." jawabnya gugup. Jujur, ia benci mempunyai perasaan lebih padanya. Tapi mau gimana lagi, Sigit udah terlanjur masuk ke hatinya. Dan kemungkinan besar, ia akan merasakan patah hati lagi.

"lo yakin? Gak ada yang lecet kan?"

"nggak kok."

"hm... Lo mau jogging ya?" tanya Sigit setelah melihat Sagit yang menggunakan pakaian olahraga.

"iya, eh... Ya ampun gue harus buru-buru, Nana pasti nungguin gue." katanya sambil menepuk jidatnya lagi. Penyakit pelupanya sekarang mulai muncul nih. "eh, git. gue duluan ya, gue udah ditunggu nih." Sagit berlari meninggalkan Sigit yang tengah memperhatikannya. Tanpa sadar, Sigit menyunggingkan senyum melihat tingkah Sagit.





















Tbc

Sagit & SigitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang