As i get home

1.8K 246 2
                                    

Satu bulan kemudian, Jillia dengan gaun selututnya berlari kencang ke arah gate arrival yang menampakkan satu laki-laki sedang memainkan ponselnya ketika Jillia menubruk laki-laki itu dengan sengaja.

Abraham tidak melakukan perlawanan dan menopang berat tubuh Jillia yang sudah berada dalam gendongannya. Perempuan itu meringsek dengan sangat kuat di cerukan lehernya dan sepertinya tidak akan turun dalam waktu yang lama.

Seorang supir menghampiri mereka dan akhirnya Abraham menyerahkan dua kopernya juga tas ranselnya selama Jillia masih bergelantungan di tubuhnya. Perempuan itu bahkan tidak menoleh sama sekali dan hanya terdiam begitu saja dengan kencangnya pelukan kedua tangan gadis itu.

Tentu saja, Jillia ingin memuaskan hasrat kerinduan kepada Abraham yang sama sekali tidak pernah menghubunginya dan hanya menanyakan alasan kenapa mereka menjadi saudara tiri.

Setelah menghirup sekuat mungkin aroma tubuh Abraham, Jillia melepaskan pelukannya dan juga kakinya yang menggelantung lalu mencubit pipi Abraham dengan gemas. "Hm... Lama ya? Maaf ya..."

Laki-laki itu hanya menaikkan satu sudut bibirnya kemudian berjalan mengikuti supir mereka. Ketika akhirnya mereka masuk ke dalam mobil dengan Jillia yang tiba-tiba saja menubrukkan tubuhnya ke tubuh Abraham, dia mendengar perempuan itu berkata.

"Pak... Nyetir aja. Dan jangan bilang siapa-siapa soal kejadian di dalem mobil ini..."

Supir itu mengangguk ke arah spion dan tersenyum setelahnya.

"Ada yang mau lo jelasin ke gue, Abra, my sweetest cute pie..."

Abraham mendesah dengan pelan. Dia tidak berusaha menurunkan Jillia yang sekarang sudah duduk di atas pangkuannya dengan kedua tangan di pundaknya dan juga wajah mereka yang bertatapan sangat dekat, "Lo mau perkosa gue ya?"

Jillia memberengut dengan sangat imut kemudian menyentuh dagu Abraham dengan pelan, "Maunya..."

Cowok itu menatap dengan bingung kemudian. "Kenapa gak jadi?" Abraham mendaratkan kedua tangannya pada pinggul Jillia dan kemudian menyesap dada perempuan itu yang sedikit menyembul, "Hm...?"

"There are a lot of things i want to... mhhh... talk..." Jillia menggigit bibirnya merasakan sapuan diatas dadanya yang tidak begitu berisi dan kemudian menyisir rambut Abraham dengan pelan, dia menelengkan kepalanya kemudian merasakan sapuan basah bibir Abraham di lehernya yang semakin naik dan kemudian menggeram kecil ketika akhirnya Abraham menatapnya kembali, "Jangan dibikin merah..."

"Tentu aja..." Abraham menganggukkan kepalanya kemudian kembali melanjutkan apa yang tertinggal tadi. Satu tangannya mulai menjalar ke punggung gadis itu menjaga keseimbangan mereka

"Jadi, Elwood sama Mama perjanjiannya sudah selesai. And ehm... Your Mom..."

Abraham melirikkan matanya tapi masih saja sibuk dengan kecupannya kepada dada yang menyembul itu. Laki-laki itu menopang tubuh Jillia yang sudah melengkung dan mengecupi pelan dari belahan dada hingga ke dagu gadis itu. "Apa?" Tanyanya ketika akhirnya dia sudah selesai menyesap bibir Jillia

Jillia menatap manik mata Abraham setelah menelan ludah. Dia tidak tahu apakah harus mengatakan ini atau tidak, tapi Abraham mungkin saja belum mengetahui ini

"Kenapa lo gak pake bh?"

"Abraaaaa... Sssh! Bentar! Dengerin dulu!" Omel gadis itu membuat Abraham terkekeh karena aktivitas melicuti pakaian Jillia menjadi terhenti karena menunggu Jillia bicara

"Fine. Apa?"

"Kenapa gak pernah bilang kalo Januraksa itu sebenernya nama tante Aura?"

Abraham menganggukkan kepalanya dengan pelan dan akhirnya mencium kilat bibir gadis itu, "Kecewa?"

"Kaget, iya. Tapi lebih kecewa kalo lo sampe sekarang gak meresmikan hubungan kita, Abra..."

"Hm..." Abraham tidak menjawab dan hanya tersenyum singkat kepada gadis itu. Membiarkan Jillia menciumi, lebih tepatnya melumat dengan panas ibu jari tangan Abraham dengan tatapan menggoda seperti yang biasa dia lihat ketika... Tunggu, sejak kapan mereka bisa seliar ini? "Lo ngapain aja di Yale sama Ravenia makanya jadi seliar ini?"

"Lo ngapain aja di Harvard makanya gue bisa begini ke lo?" Lalu Jillia mengangkat sedikit bokongnya sehingga ketika dia duduk kembali, posisinya tepat menyiksa sesuatu di balik celana Abraham yang sudah mengeras

"This is..." Abraham menarik tangannya kemudian menyentuh dengan pelan dan selembut mungkin paha gadis itu, semakin ke dalam dan mendekatkan tubuhnya. Tepat ketika Abraham menemukan apa yang dia cari, dia mendekatkan bibirnya ke telinga gadis itu, "Cuma buat gue kan, Jilli?"

Jillia menjauhkan sedikit tubuhnya dan mata mereka kembali bertemu, "Tergantung..."

Abraham menaikkan satu alisnya

"Tergantung lo pulangnya kemana..."

Laki-laki itu tidak menjawab lagi ketika Jillia sudah tersenyum nakal kepadanya. Dia memilih menjatuhkan tubuh Jillia dalam dekapannya kemudian melirik ke depan. "Pak, ke Pullman"

Jillia sudah tersenyum sambil menggelengkan kepalanya ketika melihat Abraham menyeringai kepadanya. Lima detik berikutnya dia berteriak ketika Abraham menyentuhnya tepat dibagian pribadinya.

"Easy, girl. Kita ngobrol semaleman suntuk soal keluarga kita..."

"Ngobrol apa ngoral?"

Abraham mengulum bibirnya mendengar pertanyaan Jillia sementara gadis itu sudah kembali menyerang bibirnya. Sial. Abraham tidak pernah menduga akan menjadi seperti ini.

NostalgiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang