H + 34

529 53 31
                                    

Sooyoung terpaku dingin di depan cermin besar. Disebelahnya ada Sungjae yang juga sama-sama diam. Namun Sungjae lebih kebingungan. Dia hanya bisa menggigit bibirnya dengan sedikit tertunduk. Sooyoung menghela nafasnya dan menggelengkan kepalanya.

"Ya Tuhan! Maksa banget sih!" Seru Sooyoung.

Sungjae pun hanya membalas dengan cengiran yang dipaksakan.

"Oppa! Kamu tuh tinggi ya, itu celana jadi ngegantung di kamu! Jangan maksain deh!" Gerutu Sooyoung sebal.

"Tapi aku suka model celana ini dan warnanya juga bagus." Rengek Sungjae seperti anak kecil.

"Iya betul, tapi ukurannya enggak muat di kamu, sayaaang." Sooyoung menangkupkan lengannya di dada.

"Ya habisnya enggak ada lagi. Lagi pula kan celana tergantung diatas mata kaki lagi hits." Sungjae bergaya bak model di depan cermin.

"Iya tapi masalahnya kamu itu ke acara formal. Wisuda. Sekali seumur hidup kali itu, dan walau lagi hits, tapi itu terlalu pendek! Nyaris cuman sampai betis doang itu! Kamu kayak orang kebanjiran tahu enggak sih!?"

Sungjae memanyunkan bibirnya. "Baiklah aku ganti. Duh ribet banget."

Sooyoung memutar bola matanya dengan sebal. "Kamu yang bikin ribet sendiri! Cari baju wisuda H-1. Orang gila macam apa?"

"Kelupaan. Aku kira Ibuku sudah menyiapkannya, ternyata dia mengira aku menyiapkan sendiri."

Sooyoung mencubit perut Sungjae. "Memangnya kamu anak kecil disiapkan ibumu. Siapin sendiri dong!"

"Ya lagipula ada kamu yang bisa bantuin hehehe." Sungjae mengelus rambut Sooyoung.

"Iya tapi enggak semendadak ini juga sih. Ayo ah cari lagi ke toko lain." Sooyoung mengaitkan lengannya dengan lengan Sungjae.

Sooyoung dan Sungjae kini berada di pusat perbelanjaan untuk mencari baju untuk wisuda Sungjae yang akan dilaksanakan esok hari. Mereka berkeliling selama satu jam setengah agar mendapatkan setelan yang pas.

Sebulan sudah sejak konflik besar diantara mereka terjadi. Setelah Sungjae memohon, menunjukkan kesungguhannya hingga berlutut. Sooyoung memutuskan untuk memberi kesempatan lagi pada Sungjae atas nama rasa sayangnya yang masih kuat. Mereka kini memulai lagi dan memperbaiki hubungan dan beberapa hal. Mereka berusaha untuk tetap "sama" seperti sebelumnya. Ya walaupun pada akhirnya tetap saja ada yang berbeda.

Setelah mengitari seluruh toko di pusat perbelanjaan, akhirnya Sungjae mendapatkan setelan wisudanya dari atas hingga bawah. Saat akan membayar sepatu, Sungjae menawarkan Sooyoung untuk belanja juga.

"Kamu mau baju atau sepatu enggak buat besok?" Tawar Sungjae sambil menyerahkan credit card ke kasir.

"Kalau kamu belinya pakai kartu orang tua kamu, enggak deh." Tolak Sooyoung.

"Ya enggak dong. Pake uang ku lah." Sanggah Sungjae.

"Memangnya kamu punya uang?" Goda Sooyoung.

"Ada lah." Sungjae menunjukkan kartu debitnya didalam dompet.

"Enggak deh. Buat besok aku sudah ada kok."

"Enggak apa-apa kalau kamu mau beli sesuatu. Aku tahu kamu dari tadi pengen sepatu itu kan?" Sungjae menunjuk sepatu Stiletto berwarna salem di display.

"Hahaha kelihatan banget ya?" Tawa Sooyoung malu.

"So obvious. I know you! Sudah beli saja."

"Enggak apa-apa?" Sooyoung mulai tertarik dengan tawaran Sungjae.

"Iya. Anggap saja sebagai hadiah dariku merayakan kelulusan."

Trust [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang