"Kau tidak bisa bermain dengan cara seperti itu, Ahaan." ujar Aryan sambil tetap menatap layar video game-nya dengan serius. Seperti biasa, tidak ada gurat senyum sedikitpun di wajahnya.
"Apa mengakui kekalahan adalah hal yang sulit bagimu ?" timpal Ahaan yang sama sibuknya dengan Aryan.
Aryan meneguk jus mangganya sekejap dan kembali fokus pada game nya. "Permainan ini terlalu mudah untukku."
Ahaan menyeringai dan menoleh sebentar pada Aryan. "Benarkah ? Kalau begitu, mari tunjukkan kehebatanmu."
Aryan dan Ahaan adalah teman satu sekolah di Inggris. Pada suatu kesempatan mereka dipertemukan dan akhirnya berteman karena sama-sama berasal dari India. Ahaan adalah teman segalanya untuk Aryan. Ketika lelaki itu merasa jenuh karena masalah tugas sekolah atau masalah pribadinya, ia akan melimpahkannya pada Ahaan. Ahaan pun dengan sabar selalu mendengarkan curahan hati sahabatnya, setelah itu ia akan memberinya sedikit solusi untuk masalahnya. Ahaan yang penyabar dan Aryan yang cenderung mudah menyerah dan keras kepala adalah suatu komponen yang sangat sesuai mengisi persahabatan mereka.
Aryan mengangguk dan beranjak dari duduknya menghampiri playstation nya. Ia menekan tombol restart dan kembali duduk tak jauh dari Ahaan. Sementara Ahaan sibuk dengan stick-nya, memilih-milih game yang akan mereka mainkan.
Mereka menjatuhkan pilihan pada game sepak bola FIFA 2010. Aryan memilih tim favoritnya Jerman sebagai jagoannya. Sedangkan Ahaan memilih Spanyol. Beberapa menit kemudian mereka telah sibuk dengan stick playstation masing-masing.
Setelah cukup lama bermain, tiba-tiba ponsel Ahaan berdering nyaring. Sang pemilik ponsel segera meraih ponselnya dan pamit sebentar pada Aryan untuk menerima telpon.
Aryan memperhatikan sahabatnya yang terlihat sangat tegang saat menerima telpon tersebut.
'Mungkin dari orang tuanya.' tebak Aryan dalam hati.
"Ya baiklah...Iya sekarang...Ya.. Sampai jumpa." Ahaan melepaskan ponselnya dari telinganya dan berjalan menghampiri Aryan kembali.
"Dari siapa ?" tanya Aryan.
"Ibuku. Keluargaku mengadakan acara makan malam di luar." jawab Ahaan sambil meraih jaketnya dan segera memakainya.
Aryan mendecakkan lidahnya dan menghela nafas kecewa. "Baiklah. Ku antar kau sampai ke depan." ia meletakkan stick playstation nya dan bangkit berdiri.
Ketika dua pemuda ini hendak mendekati pintu, seseorang telah membukanya terlebih dahulu. Seketika sebuah wajah familier tampak di balik pintu.
"Ayah ? Sejak kapan ayah tiba?" ujar Aryan.
Shahrukh mengernyitkan dahinya. "Kalian akan pergi ?"
Ahaan tersenyum dan menganggukkan kepalanya dengan sopan. "Maaf paman, aku ingin pamit pulang."
"Mengapa terburu-buru ?" ujar Shahrukh.
Aryan memutar bola matanya. "Ia sudah sejak tadi disini, ayah. Mungkin sebelum ayah pulang."
Shahrukh membentuk bibirnya menjadi huruf 'o' sambil mengangguk-angguk. "Tinggalah dulu sebentar. Kami baru saja akan mengajakmu makan malam bersama disini."
Ahaan menggeleng dan tersenyum. "Terima kasih atas tawarannya, paman. Tapi mohon maaf, keluargaku di rumah sudah menunggu."
"Baiklah. Hati-hati. Sampaikan salamku pada kedua orang tuamu." ucapnya sambil tersenyum.
Ahaan tersenyum. "Permisi paman." tukasnya sambil melangkah perlahan melewati Shahrukh.
"Aryan, mau kemana kau ?" tanya Shahrukh ketika melihat putranya mengikuti langkah temannya.

YOU ARE READING
Heartless Husband ✔
Fanfiction[SEDANG DISUNTING] ⚠SRK-Kajol Fanfiction⚠ Shahrukh Khan, seorang aktor Bollywood merasa tidak perlu memaafkan istrinya yang ia anggap telah menghancurkan segala mimpinya. Sikap egois, keras kepala dan mau menang sendiri masih menyelimuti hatinya beb...