L.L.L (15)

6.3K 425 38
                                    

Kara turun dari lantai dua Ia menghampiri Dita. Memberikan status pasien karna Kara sudah selesai melakukan tindakan.
Kara mengabaikan telfon Ardhana sejak tadi. Ia benar-benar sibuk hari ini karna Amanda yang tak masuk membuat mereka ber tiga lebih kerja keras. Apa lagi ini adalah hari jum'at hari dimana akan banyak orang yang berdatangan untuk treatment.
Ponsel di saku Kara bergetar lagi. Kara memejamkan matanya menahan kesal. Apa Ardhana benar-benar tak memiliki kesibukan lain selain mengganggunya. Kara memang menyukai Ardhana tapi jika terus menerus di teror seperti ini rasanya ingin sekali mengamuk pada Ardhana. Tanpa perlu Ardhana mengganggunya Ia sudah cukup stress dengan para pasiennya. Kara memutuskan panggilan Ardhana.

"Jadi kau sengaja mematikan telfon ku"

Suara itu berhasil membuat Kara terlonjak. Dan menjatuhkan ponsel barunya.
"Ah Harry" ucap Kara dengan cepat Ia membungkuk dan mengusap-usap foto harry potter di hardcasenya. Kara berdiri dan membalik tubuhnya menatap suara yang hampir saja membuat jantungnya meninggalkan tubuhnya.

"Apa kau ingin aku mati jantungan?" Ucap Kara pelan namun tatapannya benar-benar galak.

"Kenapa mematikan telfon ku?" Tanya Ardhana
"Aku sibuk" ucap Kara
"Aku tidak melihat mu sibuk. Aku melihat mu berdiri di situ tak melakukan apapun" ucap Ardhana. Kara menyadari seluruh mata sudah memandang ke arah mereka.
"Pulang sana" ucap Kara sedikit berbisik.
"Tidak mau. Kau janji makan siang dengan ku hari ini" ucap Ardhana
"Siapa yang janji. Sudah sana pulang" ucap Kara
"Aku akan di sini sampai kamu mau pergi makan dengan ku" ucap Ardhana
"Kenapa sih? Ada apa lagi sih dengan kepala mu Ardhana? Kamu terbentur lagi? Sudah sana pulang" ucap Kara. Ardhana bergeming di tempatnya.

"Kau dan Adik mu kenapa sama-sama menyebalkan sih. Sama-sama keras kepala" ucap Kara

"Ya karna di dunia ini hanya kepala mu yang seperti Jelly" saut Ardhana

"Pulang sana Ardhana." Ucap Kara
"Aku bilang tidak ya tidak" ucap Ardhana
"Yaudah aku juga tidak mau. Terserah kamu mau apa" ucap Kara. Namun sedetik kemudian Kara mendengar suara perut Ardhana.
Kara menghela napasnya. Ia benar-benar ingin mengutuk pria tampan di hadapannya itu. Ia tidak suka menjadi tontonan banyak orang seperti ini. Melihat pandangan tak suka padanya seakan dia adalah seorang penjahat. Ya tentu saja sejak Rumi menyebarkan tentang dirinya yang suka berbohong ke satu kampus. Sejak ia mendapatkan julukan Drama Queen semua teman-temannya menatapnya seperti pembunuh. Sekalipun ada yang masih basa basi baik dengannya di belakang dirinya Kara tau mereka membicarakannya. Dan semenjak itu Kara tak suka menjadi pusat perhatian.

"Kamu belum makan?" Tanya Kara
"Sudah kemarin siang" ucap Ardhana.
Kara benar-benar tak habis pikir bagaimana dulu Ardhana bisa hidup tanpa dirinya. Siapa yang menjadi sasaran untuk obsesi Ardhana itu.
"Setelah makan siang kau harus pulang dan jangan mengganggu ku" ucap Kara. Ardhana mengangguk patuh. Saat seperti ini benar-benar mengingatkan Kara dengan Mac.
Kara menoleh kepada Dita.
"Ta gua istirahat makan siang dulu ya" ucap Kara.
"Iya. Lagi juga lu belum makan juga kan. Udah sana jangan lama-lam tapi ya" ucap Dita,Kara mengangguk dan berjalan mendahuli Ardhana. Ardhana mengikuti Kara dari belakang.

"Mau makan di mana?" Tanya Kara ketus.
"Aku ingin makan steak" ucap Ardhana dan berjalan di samping Kara. Kara menjauh dari Ardhana.
"Jangan dekat-dekat lihatlah mereka menatap ku seperti seorang penjahat" ucap Kara dan terus berjalan.

"Makan yang dekat sini saja lagi pula aku tidak punya uang untuk makan steak" ucap Kara

"Kau lucu sekali. Kau pikir aku tidak mampu membayarkan mu makan?" Ucap Ardhana

"Mampu. Tapi aku tidak mau" ucap Kara

"Kenapa sih. Kenapa semua yang aku mau kasih kamu tidak mau?" Ucap Ardhana

Love,Life,Lie! (Complete)Where stories live. Discover now