Bagian Sebelas

7.4K 780 10
                                    

Sejak kepulangan mereka dari Panti Tuna Netra, Prilly lebih banyak merenung, merenungkan seberapa buruk dirinya selama ini. Ali juga tidak banyak berkomentar tentang perubahan sikap Prilly, malah terkesan mengabaikan.

"Besok kita mau kemana?" Tanya Prilly tiba-tiba. Ali mengerutkan dahinya bingung, pasalnya ia juga belum memikirkan mereka akan pergi kemana besok. "Uhm...besok hari Minggu 'kan?" Tanya Ali yang hanya dihadiahi deheman dari Prilly. Ali mengetuk-ngetukan jarinya ke meja.

Ali dan Prilly memutuskan untuk makan siang di kafe terdekat, sebelum mengantar Prilly pulang. "Kalo kita buka stan bazar di pasar malam seru tuh," celetuk Ali asal. Prilly menghela nafasnya, "Lo mau jual apaan? Jual tampang? Kagak laku pastinya."

"Lo bisa masak?" Tanya Ali. Prilly menggeleng. "Oh, bisa kok. Masak air tapi," gurau Prilly. Ali menjitak kepala Prilly pelan. "Goblok lo, terus lo nyuruh kita buat jual air panas? Makin gak laku," desis Ali. Prilly hanya tertawa kecil.

"Yaudah, siangnya lo ke rumah gue dulu, entar kita suruh nyokap gue buat brownies, terus malemnya baru deh kita jual," usul Ali yang dihadiahi anggukan antusias Prilly. "Ide bagus! Tapi nih ya, semalem-semalem ide lo buat ngajak gue ke panti asuhan atau panti tuna netra berfaedah gitu. Terus kenapa lo tiba-tiba ngajak jualan? Oh gue tau nih, pasti lo mau ngehasilin duit sendiri tapi gak ada yang mau bantuin lo 'kan? Terus gue deh dijadiin babu sama lo," fitnah Prilly.

Ali mengacak rambutnya sendiri dengan gemas, lelah dengan tuduhan tak beralasan Prilly. "Gue mau buat lo nyadar, kalo orang tua lo nyari duit gak gampang," balas Ali santai. Prilly hanya mengangguk tanpa mau membalas perkataan Ali. Dan tak lama makanan mereka datang.

* * *

Prilly mencepol rambutnya asal, dadanya juga sudah tergantung sebuah apron bermotif bunga. Ia sudah memakai sarung tangan plastik, begitu juga dengan dua orang di sampingnya. "Ali harus ngapain nih? Adonannya sini biar Ali yang ngaduk pake tangan," gurau Ali.

"Aduh...kamu dari tadi heboh banget, rusuh banget lagi," omel Resi sambil menepis tangan Ali. Prilly tertawa kecil mendengar gerutuan Resi. Prilly sendiri sibuk dengan adonan coklatnya, sedangkan Resi sibuk mengatur adonan yang sudah jadi ke dalam cetakan.

"Tante dari dulu pengen banget punya anak gadis yang bisa nemenin Tante bikin kue, Alinya juga gak pernah bawa temennya ke rumah, kamu orang pertama yang dibawa pulang sama Ali loh," ujar Resi yang mendapat senyuman malu dari Prilly.

"Ih...aku ngajak dia main ke rumah juga gara-gara kita mau buka stan bazar di pasar malem nanti, Mama bilang gitu seakan-akan Ali gak pernah pacaran," omel Ali sambil memanyunkan bibirnya. "Nanti Prillynya ke-GR-an lagi," imbuh Ali asal.

"Dih...gue gak GR ya! Lagian kalo bukan hukuman dari lo, gue juga ogah diajak pulang ke rumah," balas Prilly tak kalah kesal. "Hukuman dari Ali? Hukuman apa, Pril?" Tanya Resi membuat Prilly bungkam. Ia menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

Apa ia harus jujur kepada Resi? Tan, Prilly itu Ratu Tukang Bully di sekolah. Sedangkan, Ali sebagai Ketua OSIS yang beriman terpaksa menghukum tindakan jahat Prilly. Prilly menggelengkan kepalanya sendiri, menghapus pikiran ngawur miliknya.

"Loh? Kok geleng-geleng sendiri?" Tanya Resi lagi membuat Prilly salah tingkah. "Uhm...Prilly nakal, Tan," ujar Prilly sambil tertawa canggung. "Nakal banget malah, Ma. Untung ada Ali, jadinya dia gak bakal nakal lagi," jawab Ali yang membuat Prilly merotasi bola matanya malas. Sedangkan, Resi hanya tertawa melihat interaksi mereka berdua.

"Kalo Alinya bandel di sekolah, dihukum aja, Pril. Bila perlu dijewer sampe telinganya merah," pesan Resi yang dihadiahi tepukan tangan riang dari Prilly. "Mama apaan sih, Ali di sekolah jadi anak baik kok," balas Ali.

Prilly dan Resi hanya tertawa. Beberapa jam selanjutnya mereka habiskan dengan fokus pada adonan brownies. Dan kini tiba saatnya untuk brownies dipotong dan dimasukkan ke dalam plastik bening kecil. Ali sedari tadi menghancurkan beberapa potong brownies karena ia tidak berhati-hati saat memasukkan brownies ke dalam plastiknya.

"Kacau banget kerjaan lo, masukin doang ampe penyok-penyok begini, gimana mau dijual lagi?" Omel Prilly sambil menyiku lengan Ali. "Tenang aja, kan gue mau karya gue berbeda dari yang lain. Ini namanya seni," balas Ali santai.

Resi yang melihat tingkah mereka hanya menggelengkan kepalanya. "Yaudah, Mama tinggal dulu ya, ini tinggal dimasuk-masukin ke plastik. Nanti malem Mama ada arisan, entar kalo udah selesai dapurnya dibersihin ya," pesan Resi sebelum pergi. Ali dan Prilly hanya mengangguk.

"Ini gimana dong, banyak banget yang penyok, tanggung jawab lo!" Ancam Prilly. Ali hanya tersenyum canggung, "Udah deh gapapa, entar kita jual agak murah." Prilly mengangguk acuh. "Terus satu bungkus gini kita jual berapaan?" Tanya Prilly sambil mengangkat satu plastik brownies.

"Satu bungkus lima ribu, menurut lo gimana? Entar hasil jualannya kita sumbangin ke Panti Jompo," ujar Ali yang dihadiahi anggukan Prilly. "Boleh sih, ini tadi gue sama nyokap lo kemas dapet 70 bungkus, kalo lo?" Tanya Prilly pada Ali. "30 bungkus doang, tapi kebanyakan penyok," ujar Ali salah tingkah.

"Yaudah deh, gue mau pulang dulu, entar ketemuan di pasar malam aja gimana?" Tanya Prilly. Ali menggeleng tidak setuju, "Ngapain pulang lagi? Kita berangkat bareng dari sini aja," usul Ali. "Badan gue lengket banget, dari tadi baju gue ketumpahan tepung sama krim coklat," bantah Prilly.

"Lo mandi disini aja, gue punya kaos yang kekecilan, kayaknya muat di tubuh lo. Celana sama daleman gak usah diganti," goda Ali yang mendapat pelototan tajam. "Ya iyalah, gilak! Yakali, gue make daleman lo," desis Prilly sarkastik yang mengundang tawa renyah Ali.

Setelah itu, Prilly membersihkan tubuhnya di rumah Ali. Ali meminjamkan kaos berwarna hitam beserta handuk untuk Prilly. Ali juga sudah mandi, kini mereka sedang mengemas beberapa keperluan kecil yang akan dibawa untuk bazar nanti. Dan mereka menempuh perjalanan ke pasar malam sekitar 15 menit saja.

"Gue kira bakal banyak yang beli," keluh Prilly. Ali mengangguk setuju, "Gue juga mikirnya gitu. Yang penting kita udah usaha sih, kalo pun nanti barang jualan ini gak habis, kita kasih ke Panti Jompo aja besok, uang hasil jualan juga sekalian."

Ternyata dugaan Ali dan Prilly tidak hanya sampai sana, hari semakin larut dan pengunjung pasar malam semakin ramai. "Li, tolong tutupin gue dong, itu ada mantan gue," mohon Prilly. "Emangnya kenapa?" Tanya Ali tidak mengerti.

"Dia putusin gue gara-gara gue ngebully adeknya yang bisu," balas Prilly santai. "Tega banget sih lo! Gue kalo jadi tuh cowok bukan cuma putusin lo, tapi bakal gue tinju ampe lo babak belur," ujar Ali. "Siapa suruh adeknya cacat gitu?" Tanya Prilly tanpa merasa bersalah.

"Lo kira adeknya mau cacat? Itu pemberian Tuhan dan gak seharusnya lo hina itu," ujar Ali sadis. Prilly terdiam, dan benar saja, mantan Prilly mendatangi stan mereka. Prilly enggan melayani mantannya. "Ini browniesnya sebungkus berapa?" Tanya cowok di hadapan Ali yang merangkap sebagai mantan Prilly.

Mata cowok itu melirik Prilly, ia menangkap sosok Prilly yang tidak asing. "Lima ribu," jawab Ali ramah. "Sorry, gak jadi beli," balas cowok itu ketus. Prilly yang melihat tingkah mantannya yang tidak sopan, ia mendadak marah. "Pergi lo sana, kalo gak niat gak usah beli, lima ribu dari lo gak berpengaruh," maki Prilly kencang.

Mantannya tidak merespon ucapan Prilly, hal itu membuat Prilly kesal setengah mati. "Lo gak seharusnya marah sama dia, mungkin dia masih benci sama lo, jadi wajar aja kalo dia pergi. Dari awal juga lo udah salah dan gak seharusnya lo yang ngebenci dia," ujar Ali.

Prilly menghela napasnya, "Benci sih benci, tapi cuma gara-gara gue, dia gak jadi beli dagangan kita? Dia cowok apa banci sih? Pendendam banget." Ali membalas ucapan Prilly dengan lembut, "Coba lo tanya pada diri lo sendiri, seandainya adek lo punya kekurangan, dan orang yang lo sayang malah gak bisa nerima kekurangan itu dengan lapang dada. Apa yang bakal lo pertahankan, hubungan kalian?"

* * *

Bagian Dua Belas besok ya!😊 Ayo tinggalkan jejak!

OMBROPHOBIAHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin