Bagian Dua Puluh Tujuh (Diterima atau Ditolak?)

8K 753 43
                                    

Ali mengepalkan tangannya kuat sambil menahan napas dalam-dalam. Matanya memicing mengikuti pergerakan sepasang manusia yang sedang bersenda gurau di tengah lapangan. Ia menyandarkan tubuhnya di dinding koridor, Ali yakin kedua orang tersebut akan melewati tempat ini. Dan benar saja dugaannya, tak berselang lama orang yang dimaksud Ali berjalan ringan diiringi suara ketawa.

"Ini sekolah sebagai tempat menuntut ilmu, bukan ajang cari jodoh," ujar Ali yang terdengar sinis. Kedua orang yang tak lain dan tak bukan adalah Rassya dan Prilly kompak melirik Ali dengan pandangan datar. Ali yang merasa ucapannya terkesan mengatur, ia buru-buru menambahkan, "Jangan jadi contoh yang gak baik, entar penilaian orang makin buruk. Toh, terserah sih, mengingat jabatan gue sebagai Ketua OSIS, ya, gue gak mau aja dikata gak becus mantauin kalian."

Prilly menaikkan alis sebelah kanannya, perkataan Ali terkesan buru-buru dan otoriter. "Lo tenang aja, gue emang di cap buruk sama semua orang di sekolah ini, gak terkecuali lo. Dan kalo pun, sikap gue memang jadi pengaruh buruk, sebagai pelajar yang beriman gak perlu ditiru kali," balas Prilly disertai dengan dengusan malas. Ali berdehem, kemudian ia mengangguk agar terkesan bodo amat.

"Ikut gue ke ruangan gue sebentar," ujar Ali pada Prilly. Prilly menaikkan sebelah alisnya, "Buat? Lagian hari ini gue belum ngebully." Celetukan santai Prilly membuat Ali bergerak salah tingkah. "Ada yang mau gue bicarain sama lo. Dan Rassya boleh balik ke kelasnya," seru Ali sambil menatap Rassya. "Kok ngusir?" Tanya Rassya dengan ekspresi aneh. "Ini masalah keluarga dan lo sebagai pihak asing gak boleh tau," balas Ali ringan.

"Masalah keluarga apaan coba? Lo kira nenek gue ada skandal sama kakek lo, hah?!" Sembur Prilly sambil menendang betis Ali kuat. Hal itu lantas membuat Ali mengaduh kesakitan disertai dengan wajah memelas minta dikasihani. "Sebagai calon ibu dari anak-anak kita nantinya, lo gak boleh kejam sama gue elah. Anjir, mana sakit banget nih kaki, untung cuma kaki yang lo tendang bukan yang lain," balas Ali sambil mengelus-ngelus betisnya yang masih terasa nyeri.

"Bodo amat sama kaki lo, mau putus kek, mau diamputasi kek, kagak peduli gue mah," ujar Prilly sinis. "Buruan lo ikut ke ruangan gue, sebelum gue nampol si Rassya," ujar Ali sambil melirik Rassya tajam. Yang dilirik hanya memasang tampang cengo bin bodoh, "Kok gue yang ditampol?" Ali hanya mengendikkan bahunya acuh, "Ya, terserah gue dong, lagian tangan gue pengen nampol muka sok ganteng lo."

Ali yang malas meladeni Rassya yang sibuk mengoceh, buru-buru menarik sebelah tangan Prilly meninggalkan Rassya dengan mulut yang masih komat-kamit. Hancur sudah citra Rassya sebagai laki-laki dingin yang mempesona. Ali masih terus menyeret sebelah tangan Prilly, tidak peduli dengan rontaan Prilly karena langkah kaki Ali yang terlalu lebar.

"Anjing! Jalan lo cepet banget, kaki gue ampe keseret-seret, njir!" Seru Prilly ngos-ngosan. "Dasar kaki lo aja pendek, mana tubuh lo boncel, mungil begitu, yekan?" Ejek Ali membuat Prilly mendengus. "Serah lo dah. Terus lo ngajak gue kesini maksud dan tujuannya buat apa?" Tanya Prilly langsung, malas dengan sikap Ali yang terlihat aneh akhir-akhir ini.

"Gue gak suka liat lo dekat-dekat sama Rassya," balas Ali dengan wajah serius. "Maksud lo? Lo cemburu gue sama Rassya? Gitu?" Tanya Prilly balik. Ali mengangguk membenarkan ucapan Prilly, ia bukan laki-laki yang suka menganut paham kontravensi. Jika ia tidak suka, ia akan jujur dengan mengatakan tidak suka. "Emangnya lo siapa gue? Lagian lo gak berhak ngatur-ngatur hidup gue," balas Prilly.

Tak ayal, terselip sebuah kebahagiaan dalam benaknya. Kebahagiaan yang bahkan tidak dapat Prilly jabarkan. Ali cemburu padanya! Cemburu tanda cinta bukan? "Sebentar lagi lo bakal jadi siapa-siapa di hidup gue. Besok setelah pulang sekolah, gue mau ngajak lo ke suatu tempat," ujar Ali terang-terangan. "Gue udah ada janji sama Rassya," balas Prilly membuat Ali menghela napasnya.

"Gak bisa dibatalin? Ada hal penting yang mau gue ungkapin ke lo," ujar Ali. "Gak bisa diungkapin sekarang aja?" Tanya Prilly. Ali menggaruk tengkuknya yang tak gatal, ia sendiri juga bingung. Sebenarnya, ia tidak ada rencana ataupun sedikit niat untuk mengajak Prilly jalan besok. Apalagi mengungkapkan sesuatu yang bahkan ia tidak paham. Itu semua terjadi secara cepat dan spontan.

"Kalo lo maksa, gue bakal bilang sekarang." Ali menarik napasnya dalam-dalam. Prilly hanya duduk diam, bingung sendiri harus bertingkah seperti apa.

"Dari awal kenal lo sebagai sosok tukang bully, hal itu ngebuat diri lo jadi sosok yang buruk di mata gue. Sampai akhirnya, lo berhasil narik perhatian Oma dan lo yang ada disaat gue lagi ketakutan sama phobia gue sendiri. Hal itu, buat gue ngerasa nyaman sekaligus aman. Gue kira itu hal yang wajar, mengingat kita itu sudah mencoba sampai tahap pertemanan. Makin kesini, gue ngerasa gak suka tiap lo dekat sama Rassya. Gue rasa itu adalah sisi posesif dari diri gue."

Ali kemudian berusaha meraih tangan Prilly. Sedangkan, Prilly masih diam di tempat. Hatinya yang tadi berbunga-bunga, mendadak ragu dan gelisah bukan main. Ia tidak pernah berpikir bahwa Ali akan mengungkapkan isi hatinya secara cuma-cuma. Ali mencoba menatap bola mata Prilly, sedangkan Prilly berusaha mengalihkan pandangannya agar tidak bertemu pandang dengan Ali.

Ali menarik napasnya panjang, sebelum akhirnya ia hembuskan secara pelan. "So? Lo mau gak jadi orang yang spesial dalam hidup gue? Mungkin terkesan buru-buru, tapi gue yakin perasaan ini gak keliru. Kalo pun, lo belum ada perasaan yang sama kayak gue, kita bisa sama-sama jalanin dulu, cinta bisa tumbuh karena terbiasa," lanjut Ali sambil berharap cemas dalam hatinya.

Prilly masih diam. "Gue gak mau maksa, tapi gue harap jawaban yang lo berikan udah dipikirin secara mateng. Atau kita perlu PDKT lagi?" Ali semakin gugup kala Prilly masih bergeming di tempatnya.

"Sorry, Li..."

* * *

Emang enak digantungin😂😂 Maaf kalo kesannya maksa, tapi aku harap kalian bisa ngehargai ini semua😊 Aku post ulang karena banyak yang protes kosong atau gak kepotong.

OMBROPHOBIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang