4. Hari H (2)

14.7K 777 9
                                    


#TWO_A PART 4

=========

"Saya terima nikahnya Alea Anjani binti Khairul Anam dengan mas kawin seperangkat alat shalat dibayar tunai!"

"Sah?"

"Sah!!!"

"Alhamdulillah..."

Suara lantang Alvian terdengar jelas di telinga Alea. karna letak ruangan tempatnya menunggu, bersebelahan dengan ruangan akad dilaksanakan.

Alea yang sejak tadi merasa tegang dan gugup, kini lega luar biasa. Dia meneteskan air mata entah itu air mata bahagia atau justru airmat kesedihan.

"Alhamdulillah." gumaman Dini (ibunya Alea) membuat Alea mengalihkan wajahnya ke arah ibunya. Kemudian memeluk tubuh perempuan hebat yang telah melahirkan dan membesarkan ia dan ketiga adiknya seorang diri.

"Terimakasih bunda, untuk segalanya dan maafkan Alea yang belum bisa membahagiakan bunda," ucap Alea lirih disertai isakkan.

Alea sadar setelah statusnya berubah menjadi seorang istri. Dia tidak sebebas dulu lagi, dan dia tidak bisa bertemu dengan keluarganya seintens seperti sebelumnya. "Dan maafkan Alea kalau nanti Alea terlalu sibuk dan jarang menemui bunda. Insyaalloh Lea akan usahakan buat jenguk bunda."

Ibunya terkekeh mendengar ucapan Alea. Walau tak urung air mata  membanjiri pipinya. Beliau teringat suaminya yang telah meninggalkannya terlebih dulu.

"Kau lihat suamiku? putri kecil kita telah dewasa dan kini menjadi seorang istri. ini kan yang kau tunggu sejak dulu? aku harap kau pun bahagia menyaksikan ini. Dan jagalah ia dari atas sana." ucapnya dalam hati. Ia berharap suaminya mendengar dan ikut merasakan kebahagiaan purinya. Meskipun ada kesedihan dan ke khawatiraan di dalamnya, tapi beliau berusaha tegar dan  berharap semuanya baik-baik saja.

"Tidak ada orang tua yang mengharapkan balas budi dari anak-anaknya. Dan Kebahagiaan anak-anaknya lah yang menjadi kebahagiaan semua orangtua.
Sekarang kakak sudah menjadi seorang istri dan punya tanggung jawab sendiri. kita tidak bisa seperti dulu lagi, itu wajar sayang, jadi tidak apa-apa. Kenapa harus minta maaf?" Dini tersenyum menghapus airmata putri sulungnya.

"Sudah. Sudah jangan menangis terus. Mba tolong benahi lagi riasannya ya. Ayo kak udah waktunya menghampiri suamimu."

"Iya, Bun." Alea berdiri dari duduknya, ia menghapus air matanya dan menghampiri para perias untuk membantunya memperbaiki riasannya yang mungkin sudah acak-acakan karna menangis sejak tadi. Setelah selesai dia berjalan kearah pintu bersama ibunya. Belum sempat memegang knop pintu, pintu itu telah terbuka lebih dulu dan munculah Lina ibu mertuanya.

"Oh sudah di sini? Ayo!" ajak Lina dan tersenyum hangat sambil meraih tangan menantunya. Alea dan sang ibu membalasnya dengan anggukan.

"Terimakasih." bisik Lina di telinga Alea saat Mereka berjalan menuju tempat Alvian. Alea tersenyum tipis dan membalas genggaman tangan Lina.

***

Jantung Alea berdetak tak karuan saat dia mulai mendekat ke arah Alvian. Ini adalah kali pertama dia melihat suaminya secara langsung dan dia bingung harus bersikap bagaimana. Ia juga merasa sedikit takut mengingat bagaimana sikap dan kelakuan Alvian.

Suhu tubuh Alea mendingin ketika dia duduk di sebelah Alvian. Berbanding terbalik dengan Alvian yang bersikap santai bahkan acuh tak acuh dengan kehadiran Alea di sampingnya. Tidak ada niatan sama sekali untuk melihat wajah istrinya. Dan itu berhasil membuat Alea kecewa. Dia berharap suaminya itu beri'tikad baik dan mencoba menerimanya.

TWO A (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang