People

943 64 24
                                    

Aku terbangun dalam keadaan dimana aku memeluk kepala Luke dan juga wajahnya yang menempel di dadaku.

Beberapa detik berlalu kuhabiskan untuk mengumpulkan nyawa dengan mata menyipit karena silau matahari yang menilik masuk melalui celah gorden balkon kamar.

Aku menunduk dan sedikit menjauhkan wajahku agar bisa melihat bayi besar yang sedang menempel denganku layaknya anak kangguru yang tidak mau keluar dari kantong induknya.

Wajah Luke begitu tenang. Polos seperti bayi yang baru lahir, tanpa dosa sekalipun. Memandangnya seperti ini membuatku merasa senang. Tanpa sadar aku mengusap kepalanya pelan lalu kembali memeluknya.

Kesempatanku untuk melakukan apapun padanya sebelum ia terbangun dengan pandangan menggelikannya dan memutuskan untuk mengejek dan menggodaku seharian.

Tetapi bagaimana pun aku tidak akan menolak posisi seperti ini dalam seharian penuh jika Luke memintanya.

Dia sangat imut menurutku.

Seperti anak simpanse.

Oh tidak.

Seperti bayi kelinci tepatnya.

Uhh..cium tidak ya??

Nah. Pikiranku menjadi kacau padahal ini baru pagi hari.

Tiba-tiba aku merasakan gerakan. Kaki panjang Luke menindih pinggulku mengapit tubuhku seolah ia tak akan membiarkanku kabur dari ranjang ini.

"Sayang, kamu mau membunuhku dengan pelukanmu ini atau bagaimana?!"

Aku kaget mendengar suara Luke yang serak itu bersuara di depan dadaku. Hingga aku akhirnya melepaskan pelukanku pada kepalanya. Uh, memalukan saja.

"Uhh~berisik banget sih Luke!"aku meracau sok tidak jelas.

Padahal pipiku sudah memanas karena menahan malu.

Bagaimana pula ia bisa terbangun?

Ck, padahal aku masih ingin memeluknya seperti tadi.

"Kamu udah bangun nggak usah kayak gitu."

Aku tau aku memang sudah ketahuan tetapi tidak bisakah ia bersikap biasa saja? biasakah ia tidak berbicara seperti itu? ia membuat diriku seolah menjadi babon liar yang kedapatan sedang mencuri.

Aku pun membuka mataku lagi. Menjatuhkan pandanganku pada Luke yang ternyata sudah menatapku sedari tadi.

Ia hanya menatapku datar. Tanpa ekspresi menjengkelkan yang sering membuatku berpikir untuk menamparnya.

Rambut pirang gelapnya berantakan. matanya masih terlihat mengantuk. Hidungnya mengkilap karena berminyak serta warna bibirnya lebih merah. Tetapi dia tetap tampan.

"Ada apa?"

Alisnya naik sekilas mewakili pertanyaannya barusan. Aku sendiri menjadi grogi melihatnya. Bisakah ia tak melakukannya? Sikap seksi yang ia tunjukan tidak berdampak bagus untuk jantungku saat ini.

"Bangun."aku berdeham untuk mengontrol suaraku."kamu ada kerjaan hari ini."

"Selow man~"

"Kamu barusan ngapain?"aku merengut jijik.

"Kiss aja sini."ia malah memonyongkan bibirnya dan menarik kepalaku untuk mendekat.

Aku menahan dadanya."W-wow..pagi-pagi jangan ngeres deh."

"Udah ngeres dari tadi, sayang. Kita berdua kan nggak pake apa-apa."

Aku mematung. pandanganku menjadi horor terhadap Luke yang menampilkan seringainya barusan. Aku menunduk lagi untuk melihat ke arah selimut yang melorot dan menemukan dada ku yang terekspos dengan semena-mena.

Salvation || Luke Hemmings (Sequel Of My Young Husband)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang