Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Satu hal yang Seokjin inginkan saat ini. Kembali ke masa dimana separuh jiwanya belum menghilang. Kembali ke masa disaat ia dapat bebas menatap sepasang manik seindah emerald yang selalu membuatnya terpesona. Kembali ke masa disaat ia dapat dengan bebas menggenggam tangan nya dan merasakan degupan detak jantung yang saling berlomba saat mendengar suara tawanya..
Senyum nya yang dapat membawa kebahagiaan..
Perasaan menyesal saat melihatnya meringkuk menangis didalam balutan selimutt
Gejolak amarah saat melihatnya ditarik secara paksa oleh orang-orang bodoh berkedok keadilan yang membawanya hidup dibalik jeruji besi... Sendirian... Diasingkan... Hidup seperti binatang...
Andai saja ia dapat lebih cepat 5 menit saja sebelum peristiwa naas itu terjadi.
Andai ia tidak bodoh membiarkan keegoisan mencekiknya semakin kuat dan menenggelamkannya dilautan yang bernama rasionalitas.
Mengenyampikan dan mengabaikan jeritan hatinya yang selalu melolong bahagia saat bersamanya.
Dan dengan bodohnya menomor satukan sebuah ikatan yang bernama 'Persahabatan'.
Ia lebih suka menyiksa batinnya dengan memendam semua ini.. Memendam perasaannya terhadap sahabatnya..
Ia selalu menomor satukan pendapat dunia yang akan menganggap nya biadab, sesosok sampah masyarakat yang mencintai sahabatnya sendiri..
Air mata tak tertahankan lagi, mengalirkan kekecewaan dan perasaan bersalah teramat besar..
Apa yang bisa ia lakukan ? Ia bahkan tak dapat mengembalikan waktu yang terus berjalan..
Yang semakin menuntun nya menuju jalan yang bernama penyesalan.
Disinilah Kim Seokjin berada.. Disebuah kamar apartemen kecil di daerah kumuh tempat sahabatnya Kim Taehyung menangis dan menahan segalanya.
Dapat dengan jelas Seokjin lihat banyak sekali foto wajahnya tertata indah di dinding kamar, kumpulan fotonya yang ia duga diambil secara diam-diam oleh sahabatnya.
Seokjin melangkah mendekat menyentuh fotonya namun sepasang kakinya tidak sengaja menendang sekumpulan botol bekas minuman keras yang berserakan dan dihiasi tetesan darah yang kentara sekali di lantai.
