5

4.6K 804 108
                                    


“kau meniduriku malam itu Minghao, jangan lupa saat itu kau yang memaksaku.”




“Jalang!! Kau telah tidur dengan banyak pria diluar sana, bagaimana kau yakin bahwa itu anakku?!”





































Kejadian beberapa menit yang lalu membuat Minghao frustasi, ia memukul meja kerjanya dengan keras lalu menundukkan kepalanya. Ia marah. Ia tak percaya Jieqiong dengan mudahnya datang kehadapannya setelah ia telah melupakan Minghao dan memilih pria lain yang baru saja Jieqiong kenal setelah hari jadi mereka.




Jieqiong pergi dengan tiba tiba membawa pria itu ke hadapan Minghao dan mengatakan bahwa pria itu berhak atas Jieqiong, lalu berlalu pergi begitu saja.




Minghao merasa terpukul, melupakan Jieqiong bukanlah suatu hal yang mudah baginya. Namun kini setelah perlahan ia melupakan Jieqiong, wanita itu malah kembali lagi ke hadapannya.




Membuat luka yang dahulu muncul kembali.




Tok.. Tok..




“Pak, ada sebuah surat yang dikirim untuk anda. Boleh saya masuk?” ucap seseorang dari luar ruangan Minghao.




“Masuk saja..” jawab minghao ketus.




Seorang wanita dengan pakaian rapi-nya masuk ke dalam ruangan Minghao. Dengan secarik kertas yang ia bawa, wanita itu kemudian menaruh kertasnya di meja Minghao lalu memberi hormat dan keluar dari ruangan Minghao.




Minghao menatap kertas itu sejenak kemudian mengbil kertas itu dan dibacanya,




“Kalau kamu nggak mau bertanggung jawab, berikan setengah dari saham perusahaan yang ayah berikan untukmu. Ayahmu pernah mengatakan bahwa aku adalah putrinya, bukankah benar? Jika tidak, aku akan menyebar gosip kehamilanku yang disebabkan olehmu Minghao.”




Minghao meremas kertas yang sedang dipegangnya saat ini, ia memikirkan ancaman Jieqiong saat itu. Ia tak menyangka Jieqiong akan se-picik ini.




“ZHOU JIEQIONG!!!!!”






🍁🍁🍁







“fyuh, akhirnya selesai..” gumam Zazas seraya mengelap keringat di dahinya.




Ia kemudian menaruh pel dan sapunya di gudang juga mematikan lampu ruangan itu. Ia kemudian mengambil jaketnya dan pergi keluar untuk mengunci pintu masuk.




Zazas bekerja di sebuah restoran yang lokasinya tak jauh dari sekolahnya. Ia bekerja mulai dari jam pulang sekolah, itupun untuk tambahan biaya sekolahnya yang tak cukup jika hanya mengandalkan uang yang dikirim kakaknya yang bekerja di jeju.




Zazas memasang earphone di ponselnya dan mendengarkan lagu lagu kesukaannya. Ia meramaikan suasana untuknya karena jalanan itu sudah sepi, beberapa toko, restoran, maupun rumah bahkan sudah menutup jendela dan pintunya rapat rapat.




Zazas membuka pintu rumahnya dengan hati hati, ia melepaskan sepatunya lalu menyimpannya di atas rak yang berada tak jauh dari pintu masuk. Baru beberapa langkah ia memasuki rumah, guyuran air menimpa kepalanya disusul dengan cemoohan dari sang bibi.




“Berapa kali bibi bilang, pulang itu jangan terlalu malem! Kasian dong sepupu kamu kelaparan nungguin kamu masak!! Kamu mau kita semua mati kelaparan disini?!” ucap sang bibi dengan keras.






Om Minghao✔Where stories live. Discover now