30 END

5.1K 594 260
                                    

PANJANG DAN MEMBOSANKAN




(Anggap aja mereka ngomong bahasa China)




“Jun ditembak mati, lusa giliran aku. Perusahaan kembali di tangan kamu, Minghao.”




Jieqiong terus menunduk menahan tangis. Besok adalah hari pernikahan Minghao dan Zazas, berita tempat pelaksanaan dan tanggalnya sudah menyebar kemana-mana. Kebetulan hari ini Minghao pergi ke tempat acara itu untuk melihat seberapa matang persiapan untuk besok. Mendengar Minghao yang sedang berada disini, Jieqiong berinisiatif untuk pergi kesini dan meminta maaf kepada Minghao untuk yang terakhir kalinya.




“Lalu?” tanya Minghao datar. Jujur saja, Minghao masih membenci Jieqiong hingga saat ini. Melihat wajahnya saja membuatnya ingin menamparnya beberapa kali.




Jieqiong menghela nafasnya berat dan menatap Minghao, “Maafin aku. Atas semua kesalahan yang aku buat selama ini, bikin kamu sakit hati sampai bikin kamu terlantar di negara asing ini.”




Minghao menyunggingkan senyumnya dan menatap Jieqiong tak percaya, “Butuh 4 tahun supaya bikin kamu sadar? Hebat.” sindir Minghao.




Jieqiong tidak merespon apa apa, dia tumbang dan menangis. Jika dulu Minghao akan ikut berlutut dan memeluknya, kini Minghao hanya diam tanpa menatapnya sama sekali.




“Selama 2 tahun lebih Ningning hidup tanpa ibu. Membayangkan apa yang akan aku jawab jika nanti Ningning bertanya dimana ibu kandungnya? membuatku tak tega.” ucap Minghao menahan air matanya, ia tidak ingin terlihat buruk. Besok adalah hari pernikahannya.




Jieqiong mendongkak, menatap Minghao yang kini sedang mengalihkan wajahnya darinya. “Ningning? Dia anakku?”




“Ya. Dia anak kamu.” jawab Minghao singkat.




“Kukira kamu membuangnya.”




“Walaupun itu anak kamu, aku nggak akan pernah nelantarin anak itu. Bagaimanapun juga ia adalah pemberian Tuhan, membuangnya sama saja dengan tidak bersyukur kepada-Nya.” ucap Minghao tegas.




Jieqiong kembali menangis. Minghao benar, ia benar-benar umat yang berdosa. Ia bahkan tidak mensyukuri rahmat yang Tuhan berikan padanya untuk mengurus seorang anak, walaupun itu anak haram setidaknya ia tidak perlu menelantarkannya.




“Papa!!!”




Suara itu, Ningning. Balita itu berlari menghampiri Minghao disusul oleh Mama Minghao di belakangnya.




Minghao menyambut hangat kedatangan Ningning dan menggendong anak itu dengan ceria, “Anak papa!” seru Minghao.




Jieqiong melihat Ningning yang kini sudah besar, kini ia bukan lagi bayi kecil yang ia lihat dulu sebelum ia pergi meninggalkannya. Melihat Ningning yang cantik dan tumbuh besar membuat Jieqiong terharu, Minghao mengurus Ningning dengan kasih sayangnya. Terlebih saat ia melihat Ningning yang di gendong oleh Minghao dengan ceria.




Jieqiong mengusap air matanya dan berdiri, melihat Ningning yang kini sedang tertawa karena perutnya dikelitiki oleh tangan Minghao.




“Papa, ini siapa?” Ningning. Anak itu menyadari kebaradaan Jieqiong yang sedang menatapnya.




“Itu mama kamu, sayang.” jawab Minghao.




“Mama? Mama kenapa baru pulang? Mama capek ya abis kelja?” tanya Ningning polos.




Jieqiong menggeleng. Minghao ternyata membuat alasan kenapa Jieqiong tidak berada disisi Ningning; bekerja.




Om Minghao✔Où les histoires vivent. Découvrez maintenant