Awal

9.4K 525 27
                                    

Baca sampai selesai. Ada info lomba cerpen dari Haru grup di part akhir:)

Kisah Jackson: Gengsi 
Oleh: Ainur Rahmah (Ainurrahmah12 on wattpad)

🎈🎈🎈🎈

Sebuah kursi kayu panjang yang terletak di bawah pohon belimbing sayur dekat area parkir sekolah pagi ini tampak penuh karena diduduki oleh tiga orang cowok sekaligus.

Jackson berdecak bosan lantas melirik sahabatnya, Dave, yang sibuk mengamati setiap orang yang baru memasuki area parkir, "Mana sih orangnya? Perasaan dari tadi ditungguin nggak muncul-muncul!"

"Baru juga nunggu sepuluh menit. Sabar lah, Bro!" balas Dave tanpa menoleh.

Jackson sempat mendengus jengkel, tapi tak lagi menyambung dialog. Ia lebih memilih merutuk dalam batin, cih, bisanya nyuruh orang sabar mulu! Kalau sabar bisa bikin kenyang sih nggak apa-apa!

Seharusnya, sebelum bel masuk berbunyi seperti sekarang, bisa dimanfaatkan untuk bermain basket di lapangan. Tapi hari ini, Jackson harus rela waktunya terbuang sia-sia hanya untuk duduk dan menunggu seseorang. Benar-benar menjengkelkan!

"Lagian salah sendiri. Kalau saja pas main Turth or Dare semalam lo pilih truth, lo nggak bakal deh ribet-ribet jalanin dare begini." Alex tiba-tiba menyahut. Tangan dan mata cowok itu masih terfokus pada satu titik: game di ponselnya.

"Gue? Jackson Aerlangga lo suruh pilih truth? Haha! Sorry, gue bukan pengecut!" timpal Jackson lantas melipat tangan di depan dada.

Dave yang mendengar kalimat angkuh sahabatnya sempat tertawa sinis, "Cih! Padahal masih disuruh tungguin orang yang bakal jadi objek dare saja sudah ngeluh mulu!" serunya.

"Benar tuh! Gue jadi nggak yakin si Jackson bakal sanggup jalanin dare dari kita, Dave. Muka-muka nggak meyakinkan!" Alex ikut mengompori.

Sekarang Dave memiringkan badan untuk menatap Jackson, "Nggak usah ngomong setinggi langit gitu dulu deh, Jack! Tuh bibir keserempet baling-baling pesawat tahu rasa lo!" ejeknya, kemudian Dave dan Alex kompak mentertawakan Jackson.

Sementara yang ditertawakan bersungut-sungut dalam hati. Ingin membalas tapi diurungkan karena Jackson tahu semua jawabannya pasti akan mudah dijawab oleh Dave dan Alex dengan berbagai ejekan lain yang lebih memojokkan. Jadi, untuk saat ini, Jackson memilih diam, mendoakan supaya kotak tertawa milik Dave dan Alex segera habis agar kupingnya bisa tenteram.

Gue bakal buktiin ke dua keturunan Fir'aun itu kalau gue pasti sanggup jalanin dare apa pun dari mereka! Sumpah Jackson dengan daun dan batang pohon belimbing sebagai saksi. Entah bagaimana ia bisa begitu yakin kalau pohon belimbing dapat mendengar kata hatinya.

Lagi asyik-asyiknya terbahak, Alex harus menghentikan kegiatan itu saat melihat seorang cewek bersepeda baru saja masuk ke area parkir, "Dave! Itu dia!" seru Alex, ponsel yang sedari tadi ia genggam sudah disimpan ke dalam saku karena tangannya harus dipakai untuk menunjuk ke arah si cewek.

Dave pun mengikuti arah tangan Alex, benar saja, sekarang cewek berkacamata yang sedari tadi ditunggu-tunggu tampak tengah sibuk memarkirkan sepeda miliknya.

"Jack, lo lihat ke sana deh...." Tanpa sungkan Dave memutar kepala Jackson, memosisikan agar sahabatnya itu dapat melihat orang yang akan dijadikan objek tantangan.

Mereka tidak tahu betapa lebar mata Jackson terbelalak saat ini karena Dave dan Alex juga sedang sibuk mengamati cewek itu, bahkan kedua bola mata cowok itu hampir saja melompat dari tempatnya, Winny?! batin Jackson memekik.

"Cewek itu, namanya Winny. Nggak tahu siapa nama panjangnya, mungkin saja Winny the pooh?" Alex mulai menjelaskan. "Dia kelas sebelas, seangkatan sama kita, bedanya dia anak IPA dan kita anak IPS. Bedanya lagi kita populer dan dia sebaliknya. Cuma kutu buku yang nggak punya teman karena semua orang pada malas berteman sama cewek cupu dan penyendiri semacam dia," sambung Alex panjang.

"Dan, dare buat lo adalah bully tuh cewek cupu, minimal sampai dia nggak masuk sekolah beberapa hari karena takut di-bully lagi. Kalau bisa sih, sekalian saja sampai dia pindah sekolah, biar berkurang populasi orang cupu di sekolah elit ini." Dave pun kembali membuka suara.

Jackson sama sekali belum berkomentar. Kepalanya penuh dengan berbagai hal. Sama sekali tidak menyangka kalau orang yang dipilih oleh Dave dan Alex sebagai objek dare adalah cewek bernama lengkap Winny Amandita dan bukannya Winny the pooh seperti kata Alex tadi.

Sebenarnya tantangan untuk mem-bully orang terlalu mudah karena kegiatan tersebut sudah sering dilakukan oleh Jackson dan kedua sahabatnya, yang memang terkenal sebagai geng bad boy paling disegani di sekolah. Tapi, yang jadi masalah untuk Jackson dalam dare kali ini adalah keterlibatan Winny.

Memang tidak ada yang tahu kalau seorang Jackson Aerlangga sebenarnya sudah lama memendam perasaan kepada cewek yang pernah jadi teman sekelasnya ketika  masih menempati ruang kelas acak di masa MOS dulu.

Waktu itu, saat MOS hari ketiga, Jackson lupa membawa lilin berwarna merah seperti yang sudah dipesan oleh kakak-kakak OSIS. Di saat orang lain tidak ada yang peduli melihat Jackson ketar-ketir karena takut dihukum, Winny tiba-tiba datang dan memberikan sebuah lilin kepada Jackson, sehingga Jackson selamat dari hukuman. Sejak itu, diam-diam Jackson mulai menyukai Winny. Menurutnya, cewek berkacamata yang selalu berpenampilan apa adanya itu benar-benar baik seperti malaikat.

Tapi, gengsi yang terlalu tinggi membuat Jackson lebih memilih untuk menyembunyikan semua perasaannya kepada Winny. Bahkan saking pintarnya Jackson menyembunyikan perasaan, sampai-sampai Dave dan Alex mengira kalau Jackson tidak kenal dengan Winny.

Satu-satunya alasan kenapa Jackson melakukan hal itu adalah karena ia takut diejek bila ketahuan naksir seorang cewek yang menurut orang-orang sangat cupu itu. Jackson benar-benar tidak ingin dicap sebagai cowok dengan selera rendahan dalam urusan cinta. 

Selama setahun belakangan, Jackson terus mencoba membuang perasaannya. Jackson sangat tersiksa karena tak pernah bisa mengakui cinta walaupun hati merasakannya. Segala cara sudah Jackson tempuh, termasuk dengan terus berganti-ganti pacar berharap bisa melupakan Winny. Tapi hasilnya nol besar, Jackson selalu gagal. Perasaan itu aneh sekali, ketika coba dibuat hilang, malah semakin berkembang.

"Jadi, gimana? Seorang Jackson Aerlangga pasti sanggup dong jalanin dare segampang itu?"

Jakun Jackson terlihat naik turun saat dirinya meneguk ludah lamat-lamat. Cara Dave terus membeo benar-benar membuat ia terintimidasi, Kenapa harus Winny sih?! rutuknya tanpa suara.

Serius, Jackson tidak bisa membayangkan kalau nantinya ia harus membuat hari-hari Winny bagai di neraka dengan mengerjai cewek itu habis-habisan. Tapi, kalau mundur dari dare, maka harga diri dan gengsi Jackson akan jatuh sejatuh-jatuhnya.

"Emm... bisa nggak objek dare-nya diganti? Siapa gitu...."

Dave dan Alex saling pandang setelah mendengar permintaan Jackson. Alex menyeringai penuh arti pada Jakcson, "Why? Masa nge-bully cewek saja nggak berani?"

"Atau jangan-jangan lo sebenarnya naksir sama si cupu?" tambah Dave asal tebak.

"What? Gue? Naksir si cupu? Hahaha! Are you kidding me?" sangkal Jackson cepat. Sedikit gelagapan karena tebakan asal Dave entah bagaimana bisa begitu tepat.

Sekarang Dave pun ikut menyeringai, "Kalau gitu nggak usah banyak protes. Pilihannya cuma dua Jack, mau maju atau mundur?" tanyanya memojokkan.

"Gu-gue... maju!" Sebisa mungkin Jackson mencoba terlihat meyakinkan. Hanya Tuhan yang tahu sebenarnya Jackson mengumpat dalam hati, merutuki dirinya yang selalu dikalahkan oleh gengsi.

🎈🎈🎈🎈

Kisah Jackson: GengsiWhere stories live. Discover now