2

4K 369 20
                                    

Dave dan Alex berjalan bersisian menyusuri koridor sekolah yang tampak lengang. Bel pulang sekolah memang sudah berbunyi sejak dua puluh menit lalu, jadi kebanyakan siswa dan siswi SMA Nusa sudah meninggalkan area sekolah. Dan tentang Dave dan Alex, kedua anggota ekstrakurikuler basket itu memang belum berniat untuk pulang karena ada latihan basket rutin setengah jam lagi.

"Langsung ke lapangan indoor saja yuk, Lex? Anak cheerleaders lagi latihan juga di sana loh... kan kesempatan buat godain mereka!" Ajak Dave sambil nyengir.

"Boleh boleh! Tapi si Jackson gimana? Dia kan masih di kamar mandi?" balas Alex.

"Biarin saja si Jackson, nanti juga nyusul sendiri ke lapangan. Dia kan kapten basket, nggak mungkin lupa kalau hari ini ada latihan."

"Iya juga ya. Ya sudah ayo!" Dengan antusias Alex merangkul pundak Dave, tampak begitu semangat untuk segera menuju lapangan dan menggoda anak cheerleaders yang cantik-cantik.

Tetapi, saat berbelok di salah satu persimpangan koridor, mereka melihat Winny tengah berjalan seorang diri. Seketika Dave dan Alex kompak menyunggingkan senyum penuh arti, kemudian saling lirik beberapa detik seakan saling memberi tahu isi pikiran masing-masing.

Winny yang tadinya fokus memperhatikan langkah dibuat terkejut saat seseorang menarik paksa tas ransel di punggungnya dari arah belakang. Dan ketika menoleh, Winny mendapati dua cowok yang terkenal sangat bandel sedang menatapnya dengan wajah mengejek.

"Maaf. Bisa balikin tas aku? Aku mau pulang soalnya...," kata Winny sambil berusaha meraih tas miliknya yang berada di tangan Alex.

"Sebentar lah, buru-buru banget sih... kita ada info penting loh, nggak mau dengar?" Alex membalas kemudian melempar tas Winny ke arah Dave.

Winny mengejar tasnya, "Bilang saja apa infonya. Tapi balikin tas aku!" rengek Winny.

"Tapi nggak enak kalau ngomong tanpa main-main...." Sekarang Dave kembali melempar tas Winny kepada Alex.

Dan selanjutnya kedua cowok itu terus mempermainkan Winny, begitu terhibur menyaksikan Winny berlarian ke sana kemari seperti orang bodoh untuk mengejar tasnya. Winny sendiri hanya bisa mendengus ketika Dave dan Alex terus mentertawakan dirinya, mau melawan pun pasti sia-sia.

Dave otomatis menoleh ketika seseorang tiba-tiba mencekal satu tangannya yang sudah terangkat ke udara hendak melemparkan tas Winny kepada Alex, "Jackson?!" beonya ketika Jackson mengambil alih tas milik Winny, membuat keasikan Dave dan Alex mempermainkan cewek itu harus terhenti.

"Apa-apa nih?" tanya Jackson sambil melirik sengit Dave dan Alex secara bergantian.

"Cuma main-main, Jack. Gue sama Dave mau kasih tahu Winny soal dare itu...," jawab Alex mendapat anggukan setuju dari Dave.

Sempat menghela napas singkat, Jackson mulai mendekati Winny, membuat jaraknya dengan cewek yang tengah berdiri bingung itu tinggal dua langkah saja. Untuk beberapa saat Winny dan Jackson saling tatap, seakan tengah berusaha membaca isi pikiran satu sama lain.

"Lo berdua, jangan berani gangguin Winny lagi!" Suara Jackson terdengar tegas. Cowok itu berbicara tanpa menoleh kepada Dave dan Alex yang sedang diajak bicara, masih fokus menatap Winny lekat.

Sekarang Dave dan Alex yang dibuat bingung, heran kenapa Jackson memberikan peringatan seperti itu, bukankah seharusnya Jackson ikut terjun dalam permulaan pem-bully-an ini karena tadi ia sudah bilang sanggup.

Sementara itu Winny tampak menyunggingkan seulas senyum kecil, pipi gadis itu memanas begitu saja, tidak menyangka kalau dirinya akan mendapat pembelaan dari seorang Jackson—cowok populer yang selama ini hanya berani ia mimpi-mimpikan dalam fantasi terliarnya.

"Lo berdua jangan berani gangguin Winny lagi...." Jackson mengulang kalimatnya, tangan cowok itu bergerak membuka ritsleting tas Winny, "Karena gue sendiri yang bakal bikin hari-hari cewek cupu ini penuh gangguan."

Seketika mata bulat Winny terbelalak sempurna melihat apa yang Jackson lakukan, cowok itu baru saja menumpahkan semua isi tasnya ke lantai. Senyum yang sempat mengembang di wajah Winny lenyap seketika, prasangka baik Winny kepada Jackson ternyata salah besar, karena faktanya Jackson sama sekali tidak berniat membela.

"Mantap, Bro!"

"You're the best, Jack!"

Setelah berseru secara bergantian, Alex dan Dave kompak memosisikan diri di samping kanan dan kiri Jackson, tak lupa menepuk ringan bahu sahabatnya seakan tengah memberikan apresiasi. Kini ketiga cowok bad boy itu menyunggingkan senyum mengejek, mentertawakan wajah merah padam Winny saat menahan emosi.

"Anggap saja, lo memang lagi sial karena harus terpilih buat jadi objek dare yang lagi gue jalanin." Jackson kembali buka suara.

Sementara Winny diam ditempat sambil mengepalkan tangan, sekarang ia mengerti kalau hal yang baru saja dikatakan Jackson adalah isi dari informasi penting yang sempat disinggung-singgung oleh Dave dan Alex.

Dengan angkuh Jackson melempar tas milik Winny yang sudah kosong kembali kepada sang pemilik, kemudian mendekat selangkah lagi ke arah Winny. Jackson tidak peduli sepatunya menginjak buku-buku milik Winny yang tergeletak di lantai, "Mulai sekarang, siapin mental baik-baik. Karena hari-hari penuh kesialan buat lo, sudah dimulai!" Tepat setelah menyelesaikan kalimatnya, Jackson langsung melangkah pergi diikuti Dave dan Alex.

Winny hanya bisa meremas tas dipelukannya untuk meredam kekesalan. Seakan ada asap putih mengepul di atas kepala Winny ketika dengan sengaja Jackson sempat menabrak bahu kirinya saat melangkah pergi tadi. Tapi apalah daya, seorang cewek cupu tidak akan mungkin melawan tiga cowok sok berkuasa itu.

Sempat menghela napas panjang, Winny mulai berjongkok untuk memunguti semua barang yang tadi ditumpahkan Jackson ke lantai, satu per satu Winny memasukkan kembali barang-barangnya ke dalam tas, "Kenapa harus aku sih?!" gerutunya jengkel.

Sementara itu, Winny tidak sadar kalau dari kejauhan Jackson sempat menoleh sekilas ke arahnya, cowok itu menatap nanar punggung Winny, maafin gue, Win... tak ada yang tahu, bagaimana campur aduknya perasaan Jackson saat ini.

🎈🎈🎈🎈

Kisah Jackson: GengsiWhere stories live. Discover now