27. Waktu

2.1K 109 1
                                    

Gue benci waktu!

Kenapa dia ngambil Delon seenaknya?

Emang dia siapa?

Gue mau ketemu dengan Sang Dewi Waktu dan melakukan protes sebesar-besarnya tentang kekuasaannya yang otoriter.

Waktu gak pernah mau tau perasaan gue!

Egois!

Bahkan, kalau pun gue sujud-sujud untuk memintanya mendengarkan gue, gue yakin waktu gak akan mau.

Waktu terus berjalan dan tak pernah berhenti. Terus kedepan tanpa menoleh kebelakang.

Pemakaman terasa sepi. Bahkan, tidak ada seulas senyum pun yang muncul dari setiap orang yang mengikuti proses pemakaman.

Senyum?

Waktu mencuri senyuman gue.

Pemakaman telah selesai dua jam yang lalu, tapi gue masih setia disini. menemani Delon. Andai gue boleh masuk ke dalam sana, Delon pasti gak akan sendirian.

"Lon, kenapa lo gak bangun?" Ucap gue pelan.

"Andai aja lo bangun waktu gue suruh, sekarang lo gak perlu disini. Kedinginan" Sambung gue berbicara sendiri.

"Tapi, lo tenang aja. Gue akan bawain lo selimut dan makanan kesukaan lo. Gue akan beliin lo pocky satu kardus. Lo senang kan?!"

"Hiks..hiks.."

Itu bukan suara tangis gue. Itu Vita yang sedang menangis di belakang gue bersama Kak Raka. Padahal, gue udah nyuruh dua orang itu untuk pulang duluan, tapi mereka tetap ingin disini.

Ahh.. terserahlah.

"Lo sejak kapan buat ini?" Tanya gue ke Delon. Sebelum pemakaman tadi, orang tua Delon sempat membongkar lemari Delon yang terkunci rapi.

Mereka menemukan sebuat buku tebal berwarna cokelat dan ternyata adalah sebuah album foto yang Delon buat sendiri.

Disana ada foto-foto kami sejak kecil sampai Delon pindah rumah. Dilanjutkan dengan kumpulan foto gue saat SMA. Selama ini, Delon selalu mengambil gambar gue diam-diam.

Di setiap foto selalu diisi tanggal dan keterangannya.

Disana, ada foto gue yang lagi tidur nyenyak membuat gue menangis. Bukan karena fotonya, melainkan karena keterangan foto itu.

"Gue berharap bisa melihat pemandangan ini ketika bangun tidur nanti, bahkan sampai gue mati."

Air mata gue kembali mengalir ketika melihat foto-foto di lembar selanjutnya. Album itu cukup tebal dan belum terisi penuh. Sisa seperempat kertas yang masih kosong.

Namun, hal yang membuat gue tersenyum haru adalah foto dan tulisan terakhir di foto itu. Foto terakhir yang di tempel Delon.

Foto siluet gue dan Delon yang sedang duduk di tebing pantai.

"I LOVE YOU MORE AND MORE"

Ps : Gue berharap lo juga bisa ngelengkapin buku ini. Tapi, sayangnya gue belum siap ngasih ini karena belum penuh.

Gue masih belum bisa nerima kepergian Delon. Akhirnya, gue memutuskan untuk pindah sekolah ke luar negeri. Walaupun, semua menentang gue.

" Lari gak akan menyelesaikan masalah" Ucap Bang Aldi ketika gue mengatakan akan pindah.

" Rin, lo harus kuat. Semua sayang sama lo. Kami gak mau kehilangan lo. Termasuk gue" Ucap Vita.

"Ririn, lo harus pikir baik-baik keputusan lo" Ucap Kak Raka dan dibalas anggukan oleh Mami dan Papi.

"Gue yakin. Gue mau pindah sekolah. Gue yakin 100%. Gue gak terima penolakan dan jangan halangin jalan gue!!" Gue berdiri dan kembali ke kamar gue.

"Ririn?" Panggil Vita duduk di tepi kasur gue.

"Lo mau pindah sekolah? Lo mau ngelupain Delon? Dia pasti gak akan suka kalo lo lari dari masalah" Ucap Vita.

"Dulu, waktu gue sama lo berkelahi, Delon yang terus menghibur gue dan berhasil ngehancurin sifat egois gue. Tapi, sekarang dia udah gak ada, Vit! Gak ada yang bisa kaya Delon! Artinya, gak ada jalan lain selain lari!" Ucap gue.

"Lo boleh lari sejauh apa pun yang lo mau. Tapi, lo harus ingat kalo lo itu punya rumah disini dan sejauh apa pun lo akan pulang dan pasti ada saatnya untuk mengenang Delon" Ucap Vita.

"Orang memang gampang dilupain, tapi yang sulit itu kenangannya. Sekeras apapun usaha lo, gue yakin lo gak akan bisa ngehapus kenangan Delon" Sambung Vita.

"..." Gue gak menjawab Vita sama sekali dan lebih memilih untuk menutup mata gue.

Keputusan gue udah bulat, gue akan sekolah di luar negeri dan gak ada yang bisa batalin rencana gue. Gak ada!

Kecuali satu orang!!

Delon.

Satu Minggu kemudian, semua surat-surat pindah gue udah selesai. Gue sedang di bandara menunggu keberangkatan.

"Sayang, kamu baik-baik disana" Ucap Mami memeluk gue.

"Ya" Jawab gue datar.

" Kabarin gue kalo udah sampai" Ucap Vita.

"Ya" jawab gue datar. Bukannya gue udah bilang kalo senyum gue udah diambil waktu?

"Hati-hati ya, Rin. Gue sama Vita nunggu kepulangan lo" Ucap Kak Raka giliran memeluk gue.

"Ingat, kalo liburan lo harus pulang!" Ucap Bang Aldi.

Setelah acara perpisahan selesai, gue langsung memasuki pesawat dan duduk di dekat jendela. Gue dapat melihat Mami, Vita dan Mira yang terus melambaikan tangannya ke gue.

Gue tidak menanggapi dan hanya memejamkan mata. Pesawat sebentar lagi akan lepas landas.

Selamat tinggal Indonesia.

Selamat tinggal kota kelahiran.

Selamat tinggal Delon.

Saat gue siap nanti, gue pasti akan pulang. Entah berapa lama, hanya waktu yang dapat menjawabnya.

r, namun pe&M

Time Takes EverythingDonde viven las historias. Descúbrelo ahora