Lemme ...

33 2 0
                                    






Wajahku memang seperti ini adanya. Minim ekspresi.
Terkesan sombong dan kaku.
Tapi aku tak pernah perduli kata orang. Biarlah mereka menilai aku sesukanya.

Tapi di hari itu.
Di hari kau memandangku-dan aku melihatmu- pertama kalinya.
Kau mengerutkan kening, dan entah kenapa aku tak suka kerutan itu.
Namun kemudian kau tersenyum, hangat menjalar ke dadaku.

Aku sedikit termenung sampai tak sadar kau sudah berdiri dihadapanku.
Aku tersentak, terkejut dengan sapaan mu.
Kau mengulurkan tangan.
Bodoh. Otak ku mendadak berhenti bekerja. Aku hanya melihat  uluran tangan dan wajah mu bergantian.
Kau menarik tangan kananku dan kita bersalaman.

Aneh. Kau terlihat begitu bahagia setelah aku menyebutkan namaku.
Adakah yang salah dari namaku?
Tapi mengapa cara mu tertawa begitu menawan?
Sepertinya Tuhan sedang bersuka cita saat kau dibentuk dirahim ibumu.

Apa?
Apa ada yang aku lewatkan?
Kau mengelus pipi kananku.
Dan ribuan volta mengalirkan sengatan-sengatan kecil keseluruh tubuhku.
Aku menegang. Memandang mu dengan beribu tanya di kepala.

Tiba-tiba aku dikelilingi wangi musim semi yang begitu menyejukkan.
Matahari berwarna jingga dengan langit berwarna ungu, perpaduan yang serasi.
Seperti pelukan hangat mu dan debaran jantung mu berpadu mendekap ku.

Di atas trotoar;
Di ujung zebra cross;
Sore yang padat, amat bising.
Namun aku masih bisa mendengar bisikan halus mu ditelingaku.


"Just let me love you."







true story

Untaian KataWhere stories live. Discover now