04 - No More Dream [Jimin POV]

8 2 0
                                    

"Duh... pasti dimarah nih sekarang. Aduh... gimana nih..."

"Jimin, kamu kenapa sibuk sendiri? Ayo ikut saya!"

Jungkook ssaem menambahkan sedikit senyum setelah memintaku masuk ke ruang guru. Manis sih, tapi di situasi seperti sekarang rasanya ingin kutenggelamkan guru itu ke Sungai Han.

Perlahan aku memasuki ruangan dibarengi tatapan dari berbagai sudut, sampai di meja milik Jungkook ssaem kutundukkan kepala dan sedikit membungkuk. Singkatnya, aku malu.

"Jimin, bagaimana hasil kuis kemarin?"

"Ssaem tahu sendiri hasilnya bagaimana."

"Lalu?"

Aku diam. Menjawab artinya menambah masalah baru.

"Hmm... bagaimana kalau kita membuat kesepakatan?"

"Maksudnya?"

"Kalau di ujian akhir semester ini nilaimu bisa di atas standard, saya yang akan belikan kamu tiket pulang ke Busan."

"Kalau saya gagal?"

"Kita lakukan yang sebaliknya, kau yang membelikan saya tiket."

"Tiketnya pulang pergi?"

"Boleh. Jadi sudah sepakat?"

"Tidak mungkin akan semudah itu." Ucapku berbisik sendiri.

"Ah... saya lupa. Selama satu semester ini kamu belajar dengan cara peer-teaching dengan Taehyung. Dia sudah setuju."

"Apakah ssaem juga melakukan perjanjian dengan Taehyung?"

"Sampai saat ini kau masih belum perlu tahu. Selamat berjuang untuk tiket gratis."

Aku menunduk dan keluar dari ruangan dengan napas lega.

"Jungkook ssaem tahu betul cara untuk menang." Rutukku sendiri.

Aku berjalan menjauh dari ruang guru menuju kelas, sebentar lagi mata pelajaran olah raga akan dimulai. Dari kejauhan aku bisa melihat Taehyung duduk sendiri di depan kelas, itu sudah menjadi pemandangan yang biasa. Di sekolah ini semua orang tahu Taehyung adalah siswa pintar yang tidak sembarangan memilih teman.

Niatku menyapa dan memberi tahu hasil kesepakatanku dengan Jungkook ssaem tadi, tapi sepertinya tidak perlu. Dia sudah tahu apa yang harus dikerjakan. Aku memilih masuk ke kelas dan menghampiri Hoseok yang masih asyik dengan ponselnya.

"Gimana tadi sama Jungkook ssaem?"

"Santai, semua terkendali." Jawabku asal sambil mengambil tempat duduk di sebelahnya.

"Bohong. Jungkook ssaem kan tegas, gak mungkin masalahnya selesai gitu aja."

Aku mengedikkan bahu malas, malas memperpanjang obrolan tentang masalah ini. Hoseok kembali sibuk dengan ponselnya. Baru saja aku menidurkan kepala di bangku, bel masuk kelas berbunyi. Taehyung berjalan pelan di sampingku tanpa melirik sedikitpun ke arahku. Aku mulai ragu, apa benar dia tahu apa yang harus dia lakukan?

***

"Nanti sore jam 5 di rumahku. Gak ada penolakan, gak ada alasan, datang tepat waktu!"

Kudongakkan kepala mencoba mencari sumber suara. Taehyung berjalan menjauhi tempat dudukku.

"Seok-ie, ini buku dari Taehyung?" tanyaku pada Hoseok sambil menunjuk sebuah buku Bahasa Korea tebal di hadapanku.

"Hoseok!! Aku bertanya padamu, kenapa kau jadi menyebalkan begini?"

"Aku? Menyebalkan?"

"Ya! Hoseok! Kau mau kemana?"

Intersection: A Story of an Uncompleted Journey जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें