Mate - 12

23.7K 1.5K 14
                                    

Prilly berjalan pelan ke dalam kampus, sambil membawa bukunya. Sudah dua hari kejadian tersebut berlalu. Ia hanya mengingat ucapan Baja padanya.

"Pril, makasih ya, lo selalu ada untuk menenangkan Ali, Ali itu sebenarnya anaknya itu baik kok, terlalu baik malah, tapi kalau ngomong sukanya pake urat, nyolot, dan ga mau kalah,.. ehm.. kalau Ali suatu saat jahat sama lo itu pasti ada alasannya.."

Prilly terus memikirkan kata-kata Baja. Ali kembali menjauhinya. Apakah itu termasuk sikap jahat, berarti ada alasan mengapa Ali melakukan itu. Walau jauh tapi entah kenapa ia terus merasa terjaga oleh Ali. Ali bagai pelindung setiap ia akan celaka. Selalu ada Ali disekitarnya walau ia tak berinteraksi dan Ali sendiri sering bersama Bianca.

Rintikan hujan mendadak membuat orang-orang yang berada diparkiran berlarian dan tak sengaja menabrak Prilly sampai jatuh.

"Aduh!" Prilly meringgis merasakan lutut sebelahnya mencium aspal.

Leon yang memperhatikan Prilly tersenyum penuh arti.

"Ini saatnya!" gumam Leon. Dengan santai Leon menganggu Prilly dan saat melihat Ali akan memasuki mobilnya. Leon membuat angin kencang ke arah di mana Prilly berada agar Ali menoleh melihat Prilly yang terjatuh.

Leon kembali membuat angin agar kertas Prilly berterbangan.

"Heh, aduh, jangan terbang donk kertas!" seru Prilly kesal.

Prilly memuguti kertas tersebut, dan Ali yang melihat dari jauh berlari mendekat saat melihat Prilly memugut kertas tanpa melihat sekitar.

Prilly berjalan pelan ke tengah, tarikan dari belakangnya membuat Prilly terkejut. Ali menarik tangannya sampai ia berputar ke belakang.

"Kentang kecil mau mati ya!" seru Ali saat ia telah mendekap Prilly dan mobil dihadapannya lewat.

Prilly terkejut dan diam di dalam dekapan Ali. Rintikan hujan membuat Prilly tersadar.

"Huaa tugas!" seru Prilly mendorong Ali dan melihat kertasnya mulai basah.

"Aduh, gimana nih!" pekik Prilly panik mulai menangis dan masih memungut kertas yang berserakan.

Ali membantu mengambil kertas yang tinggal beberapa kemudian menarik Prilly menepi.

"Udah nih, semua kekumpul, kenapa nangis sih?" tanya Ali bingung menaruh ditangan Prilly

"Basah, padahal hari ini mau dikumpulin kelasnya 20 menit lagi!" seru Prilly bingung melihat hujan makin lebat membasahi mereka apalagi tugasnya yang sudah hampir tak terbaca.

Ali menggeleng tak percaya. Ali mengambil payung yang sempat jatuh tadi karena ia menarik Prilly. Ia membuka payung tersebut. Prilly tersenyum saat melihat Ali menariknya mendekat agar tak terkena hujan lagi.

"Kebiasaan ceroboh!" seru Ali membuat Prilly tersenyum kikuk.

"Hujan makin lebat, kalau kamu pungut pun percuma, kertas ini udah ga ada bentuknya, kamu bawa flashdisk kan?" tanya Ali cepat.

"Bawa..."

"Ada file tugasnya?"

"Ada.."

"Tinggal kamu print lagi, di dalam kampus aja, jam segini belum istirahat kok tempat printnya hanya lebih mahal aja, daripada kedepan kamu bisa terlambat karena hujannya makin lebat," ucap Ali membuat Prilly tenang. Prilly tersenyum membuat Ali kikuk dan tak sengaja kaki mereka bersenggolan.

Prilly meringgis memegang kakinya yang tertekuk sedikit karena terkena kaki Ali. Ali memperhatikan kaki Prilly yang lecet.

"Pegang!" ucap Ali cepat, Ali menyerahkan payungnya untuk Prilly dan ia berlutut melihat lutut Prilly.

Mate (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang