Ali berlari masuk ke dalam rumah sakit. Ia segera menelepon Baja untuk kembali melihat kakek, semua infus dan oksigen yang digunakan segera diganti.
Ali lanjut menanyakan siapa yang baru saja masuk. Tapi tak ada satupun yang tahu.
"Apa kerjaan rumah sakit besar ini, satu orang saja tak tahu siapa yang baru saja masuk ke dalam ruangan ICU?" pekik Ali kesal membuat semua dokter dan suster diam.
"Oke oke, tenang Ali!" seru Baja mencoba mengajak Ali berbicara dan membubarkan semua pekerja yang dikumpulkan Ali.
"Apa yang tenang, orang itu mau membunuh kakek, orang itu berbahaya, ia bisa saja membunuh kakek jika tadi ga ada kamera yang gue pasang."
"Gue akan siapin polisi dan bodyguard untuk berjaga di segala sisi rumah sakit ini, ga ada yang boleh masuk kecuali bokap gue, lo dan gue, puas?" seru Baja membuat Ali sedikit tenang.
"Lo harus tenang Ali, besok lo harus menghadapi komisaris perusahaan, urusan kakek akan gue handle dan laporan terus ke lo."
Ali menutup matanya tak percaya ini terlalu berat untuk ia hadapi sendiri.
***
Ali masuk ke dalam ruangan kakeknya di perusahaan. Ia duduk di kursi kebesaran kakeknya. Ia menutup matanya sejenak, semua komisaris meminta untuk ia segera muncul di media bahwa ia pengganti kakeknya.
Ali kamu harus bisa menunjukkan kinerja seperti Leon kalau tidak kami bisa saja mencabut semua saham kami.
Kami lebih percaya kamu bekerja sama dengan Bianca dibantu oleh Direktur Utama sementara.
Kamu seharusnya mempercayai kakek Daffa, seringlah berkomunikasi dengannya.
Ali tertawa tak percaya. "Kakek Daffa sepertinya membuat seluruh komisaris sangat percaya bahwa dia adalah pemilik saham terbesar!" seru Ali tak percaya ia mengetuk kepalanya ke meja.
"Jadi siapa Rayendra?"
Tangannya tak sengaja menyenggol pas foto. Ali menatap foto tersebut ada kakeknya, kakek Daffa dan Kakek Evan. Ia membersihkan kaca foto yang pecah dan mengambilnya.
Ali terkejut membaca tulisan foto.
Dewa, Daffa, Rayendra dan Evan.
"Rayendra?Tapi kenapa hanya ada tiga orang?" gumam Ali tak percaya, seseorang masuk membuat Ali terkejut.
"Ali, ini semua file perusahaan kita, saya sudah menandai hal hal penting di dalam sana, jadi tinggal kamu baca," ucap Harris membuat Ali terdiam.
"Oke, thanks Harris," ucap Ali cepat.
"Bagaimana keadaan kakek Li, ehm, kenapa kamu menaruh penjaga di semua bagian rumah sakit dengan bodyguard?" tanya Harris hati-hati.
"Ehm, hanya mencoba menjaga aja, kakek yang seperti itu pasti memiliki banyak musuh, jadi gue melarang orang sembarangan masuk ke sana, kenapa?"
"Tidak hanya bertanya saja, semoga kakek bisa cepat sembuh."
Suara deheman seseorang membuat Ali mengangkat kepalanya. Kakek Daffa berjalan masuk ke dalam ruangan dengan santai membuat Harris ijin keluar dari ruangan.
"Ali, bagaimana bekerja di perusahaan?"
"Cukup menyenangkan, ada apa kakek Daffa?"
"Bagaimana hubungan mu dengan Bianca, apa tidak lebih baik kita percepat saja?"
"Kurasa masalah itu bisa dibahas nanti, Ali sama sekali tidak tertarik membahas perjodohan..."
"Kalau kakekmu tahu pasti akan marah Ali, kakekmu lebih suka perjodohan ini dipercepat," ucap Daffa membuat Ali menatapnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mate (END)
RomanceKemampuanku mempertemukanku padanya. Pria ketus, kasar dan dingin yang menyebalkan.