3 : kau sungguh membacanya?

2.1K 356 68
                                    

Masih di gerbong Slytherin, Draco yang tadinya bersebelahan, kini duduk berhadapan dengan Blaise, sementara Pansy disamping Blaise dan Goyle pindah di tempat Crabbe. Tadinya Pansy berencana duduk di samping Draco, namun cepat-cepat Draco duduk di ujung kursi hingga Pansy tidak punya kesempatan untuk itu, lagipula Draco sengaja menyuruh Blaise pindah agar ia punya ruang yang lebih luas.

"Hogwarts benar-benar membuatku bosan, dan kini aku harus kembali lagi di tempat menyedihkan itu." Draco mendesis kesal.

"Benarkah? Kupikir saking menyedihkannya hingga kau tertarik dengan Quibbler punya si Looney?"
kata Blaise terkekeh

"Ada yang lucu Blaise? Sejak tadi kurasa kau terlalu banyak tertawa" Draco mengangkat alis kirinya.

"Hey, Blaise benar. Ada apa denganmu Draco? Kau banyak melamun dan Juga, kau membaca Quibbler bahkan berbicara dengan Looney, urgh sungguh menjijikan" Pansy mengebas-ngebaskan tangan didepan wajahnya.

"Apakah ada yang lebih penting untuk dibicarakan selain si Lovely?" Draco mulai geram diejek teman-temannya.

Sementara Draco menatap Blaise sarkastik, Blaise seketika berhenti tertawa, bukan karena Draco salah menyebut Lovegood dengan Lovely, melainkan bunyi aneh yang dari tadi didengar Blaise, suaranya tepat dari atas sana, tempat Draco menaruh tasnya.

"Aku mendengar bunyi itu sejak gerbong dipenuhi kabut tebal tadi" bisik Blaise

Draco menatap tasnya yang bergerak-gerak, tepat disaat kereta berhenti, menandakan mereka telah tiba di Hogwarts.

"Kalian duluan, aku akan mengurusnya" Draco tersenyum licik.

Sementara gerbong sudah kosong, Draco mulai mengeluarkan Tongkatnya dan baru saja ia akan merapalkan mantra Petrificus Totalus, ketika Luna turun dari atas sana.

"Apa yang kau? Oh kau, si Looney Lovely?"

"Halo lagi, uhm sebenarnya namaku Luna, Luna Lovegood, tapi Lovely juga terdengar lembut"

"Oh terserah, kupikir kau si Potter. Lagipula apa yang kau laku.."
Belum sempat Draco bertanya,
Luna kembali berbicara.

"Ngomong-ngomong, ini kupinjam dari Harry, maaf jika menakutimu." kata Luna sambil memperlihatkan Jubah tak terlihat milik Harry.

"Baiklah cukup perkenalannya, apa yang sedang kau lakukan disana?"

"Hei lihat, Wrackspurt!"

"Dimana?!" seru Draco kaget sambil mengibas-ngibaskan tangannya ke telinga dan kepalanya.

Luna tertawa pelan melihat hal itu, untuk pertama kalinya ia tertawa seperti ini.

"Hey, mereka sudah pergi." tawa Luna mereda perlahan.

"Sungguh? Bagaimana kau tahu?"

"Dengan ini," Luna melepas kacamata yang dianggap aneh oleh Blaise.

Draco mulai menatap aneh Luna,
"Sebuah kacamata? Sungguh hal yang konyol"

"Tidak apa jika kau tidak percaya, tapi aku percaya kau bukanlah orang jahat"

"Aku apa?" alis Draco mulai mengerut

"Kau si Tuan Bayangan bukan? Aku tahu itu kau, aku mengenalimu"

"Oh tunggu dulu, apa maksudmu? Hah? Dasar aneh"

"Yah, ngomong-ngomong kau benar-benar tidak ingin turun? Kecuali kau benar-benar bosan di Hogwarts dan ingin kembali ke London?" Luna tersenyum melewati Draco dan mulai menuruni Hogwarts Express lewat pintu keluar gerbong.

"Sial, dia benar-benar menguping segalanya..."

Draco berjalan mengikuti Luna dari belakang, kelihatannya mereka berdua yang benar-benar terakhir turun dari kereta.

-----

Luna berjalan pelan diikuti Draco yang tampak bimbang di belakang sana, Draco sepertinya benar-benar mempunyai masalah yang besar. Itu juga yang dipikirkan Luna sejak kemarin ia bertemu dengan Draco pada saat di Diagon Alley, walaupun Draco terlihat tidak ingat. Luna pikir Draco terlibat dengan sesuatu yang besar atau mungkin berbahaya, sehingga Draco bisa mengatakan hal seperti
'ia jahat' pada Luna.

"Benarkah kau tidak ingat padaku, Tuan bayangan? Atau harus kupanggil kau Tuan Hantu agar kau ingat?" Suara Luna yang lembut memecah keheningan dan lamunan Draco.

"Uh, tunggu dulu, hantu? Oh kau si suara gadis aneh tadi malam!"

"Tampaknya tadi Wrackspurt mencoba merebut ingatanmu" Luna membalikan badan, kini ia berhadapan dengan Draco, sementara Draco terhenti.

"Jadi benar, Wracskpurt mengacaukan otakku?" Draco memasang ekspresi jijik setengah khawatir akan nasib otaknya yang dimasuki Wracskpurt

"Jadi, kau benar-benar membacanya?"

"Lantas, kau mau aku apakan majalah itu gadis aneh?"

"Tidak apa, kupikir kau memintanya karena kau mengasihaniku"

"Seseorang meminta majalah untuk dibaca, bukan dikasihani, kupikir kaulah yang sekarang di kerumuni Wracskpurt"

Entah mengapa Luna merasa senang saat Draco berkata seperti itu.

"Ngomong-ngomong, kau belum menjawab pertanyaanku Love..."
Sebelum Draco mengatakan Lovely cepat-cepat ia berkata Lovegood

"Kau belum menjawabku, apa yang kau lakukan tadi, apa kau menguping karena Harry menyuruhmu?"

"Sayang sekali kau salah,"

"Lalu?"

"Aku akan menjawabnya, nanti"

Luna tersenyum, ia membalikan badan kembali menatap jalan memunggungi Draco dibelakangnya lalu mereka melanjutkan berjalan menuju Hogwarts. Luna merasa menyesal karena ia membuatnya dan juga Draco ketinggalan angkutan Thestral dan harus berjalan kaki.

Sementara Prof.Flitwick cemas akan hilangnya dua murid, tidak lama setelahnya, Luna dan Draco muncul tepat pada waktunya, meskipun mereka murid yang paling terakhir tiba di Hogwarts.

Lovely Pale Hair [Slow Update]Where stories live. Discover now