10: Kau juga seperti Pumpkin Juice

1.7K 249 87
                                    

Suara langkah kaki Draco terdengar menggema di koridor-koridor Hogwarts. Draco tersenyum puas setelah mengecek Lemari pelenyap yang berada di kamar kebutuhan sudah bisa digunakannya dan para pelahap maut agar bisa menyusup masuk ke Hogwarts, seperti yang diperintahkan Voldemort.
Namun walau begitu masih ada satu tugas lagi yang membuatnya menarik kembali senyumannya.
Ia pun kembali lagi termenung, langkah kakinya terhenti di depan Balkon hogwarts.

Kedua tangannya menopan setengah dinding bata di balkon. Ia teringat kejadian sebelum tahun keenamnya dimulai, beberapa hari sebelum Ia meninggalkan Malfoy Manor dan menaiki Hogwarts Express. Ia menatap ke arah langit malam, Kemudian memejamkan matanya.

*********

"Bunuh si tua bangka Dumbledore!" Ucap Voldemort dengan lantang di saat rapat pelahap maut yang tengah berlangsung di Malfoy Manor.

"Dan untuk menghormati kebaikan hati tuan rumah kita pada malam hari ini, aku akan memberikan tugas mulia itu kepada pendatang baru kita si Malfoy kecil kita yang tampan ini," Voldemort menatap Draco yang tepat berada disamping Bellatrix Lestrange dan saudarinya, Narcissa Malfoy.

"Maafkan aku My Lord, tapi bukankah dia masih terlalu baru sebagai pelahap maut untuk melakukan tugas yang berat itu."  Sela Narcissa gugup dihadapan Voldemort.

"Seharusnya kau bersyukur, Aku masih memberikan keluarga kalian kesempatan untuk terakhir kalinya. Berterimakasihlah pada suamimu yang bodoh itu, rencanaku gagal dan kini hidupnya berakhir di azkaban," Voldemort terhenti,  ia yang melihat Nagini mendekat kemudian mengusap-usap hewan kesayangannya itu, kemudian melanjutkan. "Tapi jika anakmu yang tampan itu berhasil kali ini, aku berjanji padamu, suamimu yang bodoh itu akan kumaafkan dan pasti akan kembali berkumpul dengan kalian, dan jika tidak, kalian pasti sudah tau apa yang akan terjadi." Voldemort tersenyum licik setelah mengakhiri kalimatnya yang mematikan.

Setelah Rapat para pelahap maut selesai dan Voldemort ber-apparate ke suatu tempat, Narcissa menatap sedih Bellatrix kemudian menatap cemas ke arah Anak semata wayangnya.

"Oh ayolah sis, kau tahu Draco pasti tidak akan gagal dan Lucius pasti akan kembali berkumpul dengan kalian berdua lagi, ikuti saja perintahnya." Bellatrix yang paham akan tatapan saudarinya mencoba menghibur. Ia kemudian menatap Draco,
"Benarkan Draco sayang, kau tidak akan mengecewakan Bibi Bella bukan?" Ucapnya sambil membelai rambut pirang platinum Keponakannya itu.

"Tentu saja. Aku tidak akan mengecewakan kalian semua. Juga Demi Ayah dan Ibu."  Alis Draco mengerut tapi bukan menandakan kemarahan, namun sebuah kecemasan.

Ini terlalu berbahaya, dan juga selain itu, Kau tahu sendiri Sejahat-jahatnya Draco pada anak-anak Hogwarts, dia tidak pernah terpikir untuk membunuh seseorang. Mungkin itulah yang ada di pikiran Draco selama ini disaat tangannya telah ditandai lambang pelahap maut. Membuatnya dilema setengah mati. Dan akhir-akhir ini kepribadiannya mulai berbeda dari biasanya. Namun semua sudah terlambat, ia harus menyelamatkan Ayahnya yang menekam di azkaban, juga ibunya, ia tidak mau membayangkan apa yang akan dilakukan Voldemort pada keluarganya jika Ia tidak berpihak pada si pesek itu. Dan kini Ia harus menerima kenyataan bahwa bebannya sekarang bukanlah lagi menjadi siswa Hogwarts, melainkan seorang pelahap maut...

*********

"Tuan Bayangan..." suara lembut seorang gadis membuyarkan lamunan Draco.
"Apa yang sedang kau lakukan disini malam-malam?" Lanjut gadis itu.

Draco membuka matanya setelah merasakan sebuah tangan yang memegang bahunya dari belakang sontak Ia membalikan badan menghadap ke arah pemilik suara itu.

"Lovegood..."
Tampaknya Draco sudah tidak kaget lagi, ia mengenali suara lembut dari Luna Lovegood. Ditambah, hanya seorang Lovegood yang memanggilnya Tuan Bayangan.

Lovely Pale Hair [Slow Update]Where stories live. Discover now