Part 12

87 29 6
                                    

Beberapa bulan kemudian...

Kini aku mulai disibukkan dengan berbagai Try Out karena aku sudah kelas XII. Semenjak hari itu (putus dengan Gema) aku benar-benar sendiri, fokus untuk belajar. Dasta, aku dan dia sudah tidak pernah bicara lagi. Kegiatanku setelah putus, yaaaah hanya menyibukkan diri. Melakukan kegiatan yang aku sukai, seperti latihan bernyanyi. Tak jarang juga aku menjadi lebih sering berkumpul dengan Mila dan Kanza. Kini Mila sudah punya pacar, namun tidak pernah dikenalkan padaku dan Kanza.

Tak terasa sebentar lagi Ujian Nasional dan lulus SMA. Rasanya aku belum siap melepaskan seragamku. Aku juga belum tahu akan kuliah mengambil jurusan apa, entahlah belum terpikir. Mila, dia sudah berencana untuk kuliah keguruan dan Kanza akan mengambil jurusan hukum.

Siang itu di ruang tv, Kak Evan sedang berbincang dengan Papa. Ku dengar sih membicarakan mengenai sidang kelulusan Kak Evan. Kak Evan memang tidak lulus tepat waktu, tapi aku tetap bangga karena setahu aku kuliah arsitek itu sulit.
"Ya sudah Van, terus berusaha semoga sidangnya lancar..." ujar Papa.
"Iya Pap, Evan pasti berusaha. Malulah biaya kuliah 5 tahun kan gak murah." Balas kak Evan.
"Nah itu tau, cepat luluslah... Papa juga masih harus mengkuliahkan El." Ujar Papa.
"Elma... Sini dulu" Papa memanggilku.
"Iya Pap, kenapa?" Tanyaku.
"Sudah dipikirkan mau kuliah dimana?" Tanya Papa.
"Belum Pap, masih bingung." Jawabku.
"Ya sudah, cepat pikirkan, nanti keburu pendaftaran universitas ditutup." Ujar Papa.
"Iya Pap..." Ujarku lalu pergi ke kamar.

***

Hari Ujian Nasional pun tiba, syukurlah aku diberikan kelancaran dalam melaksanakan ujian ini. Hari ini, hari terakhir UN.
"El! Udah lama gak ketemu..." Ujar Irvan menghampiriku di kantin ketika ujian telah selesai.
"Iya nih, gue langsung balik terus. Makan yuk Van!" Ujarku mengajak Irvan makan di luar sekolah.
"Boleh, bentar gue ambil tas dulu." Ujarnya.
"Cepetan!" Ujarku.

Selagi menunggu Irvan, aku lihat Dasta dari kejauhan. Dia bersama Alya. Kini Dasta benar-benar sudah seperti tidak mengenaliku. Aku menatap ke arah Dasta ketika dia sudah dekat, namun Dasta memalingkan wajahnya, seakan-akan tidak melihat ke arahku.
"Woy Van, kemana? Udah balik aja" Tanya Dasta ketika Irvan akan menghampiriku.
"Mau makan sama Elma, sombong lu sekarang! Lupa sama kita-kita!" Jawab Irvan terang-terangan.
Dasta hanya membalasnya dengan lirikan mata yang menunjuk pada Alya, seolah-olah memberikan kode pada Irvan.
"Sorry sorry! Gue duluan ya, Elma udah nunggu di kantin." Ujar Irvan lalu berlari menuju ke arahku.

Aku dan Irvan pergi menuju sebuah kedai. Sambil makan siang, kita banyak bercerita. Terutama tentang Dasta.
"Gue heran aja, gue dulu punya pacar tapi gak menjauh dari Dasta, sedih aja dia ngejauhin gue tiba-tiba." Ujarku.
"Yah, gue waktu itu coba tanya sama dia kenapa sampe ngejauh sama lu." Ujarnya.
"Terus apa katanya?" Tanyaku.
"Dia juga bingung dan gak enak sama lu, dia takut Alya marah. Intinya sih si Alya kayak begitu juga karena dulu Dasta sukanya sama lu." Ujar Irvan yang membuatku jadi terkejut.
"Suka? Sama gue?" Tanyaku untuk meyakinkan.
"Iya, dari awal dia suka sama lu. Tapi bingung gimana buat nembaknya, lama-lama dia mundur gara-gara lu balikan sama Gema. Setelah dari situ dia gak pernah cerita sama gue, mungkin dia pelan-pelan move on dari lu makanya sekarang jadian sama Alya." Jelas Irvan.
"Yah, gue sama sekali gak tau kalo dia suka. Pantes aja jadi kayak gini." Ujarku.
"Ya udah, jadi sekarang lu tau kan kenapa dia kayak gitu, lu maklumin aja. Mungkin Alya takut kehilangan Dasta." Ujar Irvan.
"Iya sih, ya udah siapa tau nanti dia balik lagi ke kita Van..." Ujarku.

***

1 bulan kemudian, aku sudah mendapatkan surat kelulusan. Syukurlah aku lulus. Aku juga sudah daftar ke Universitas favorit di Bandung.

Hari ini, aku akan pergi ke universitas itu untuk daftar ulang. Aku pergi sendiri, karena hari itu benar-benar tidak ada orang yang bisa mengantarku. Aku pergi menggunakan taksi.

Sesampainya disana, uh... Penuh sekali. Aku lihat ke seluruh ruangan, tidak ada kursi yang kosong satu pun. Akhirnya aku harus antri berdiri, sekitar 30 menitan barulah aku bisa duduk.

"Maaf, ini kosong?" Tanyaku sambil menunjuk ke arah kursi.
"Kosong" Jawab lelaki itu sambil tersenyum dan akupun duduk.
"Daftar ulang juga? Fakultas apa?" Tanyaku basa basi.
"Teknik, lu?" Jawabnya.
"Ekonomi, lu antrian berapa?" Tanyaku.
"138, lu berapa?" Dia menanya balik
"Gue jauh, 152." Jawabku.
"Waduh... Oh iya, nama lu siapa?" Tanyanya.
"Elma, lu?" Jawabku.
"Malik." Jawabnya.

Percakapanku hanya sampai disitu. Hampir 2 jam aku menunggu, akhirnya sekarang giliranku untuk daftar ulang. Tidak sampai 10 menit, aku sudah selesai lagi. Huft kesal. Aku pun pulang ke rumah.

Sesampai di rumah, aku langsung merebahkan badanku di sofa ruang tv. Tak lama ada suara telepon dari hpku.
"Halo?"
"El sini dong" ujar Kanza dari seberang sana.
"Kemana?" Tanyaku.
"Rumah Mila. Gue udah deket rumahnya nih." Jawabnya.
"Huft napa gak daritadi ngasih taunya? Gue baru sampe rumah bangetttt, baru duduk nih" tanyaku.
"Mendadak, udah cepet ya! Ditunggu" jawabnya.

Mau tidak mau aku langsung pergi ke rumah Mila menggunakan ojek online.

"Nyusahin loooo ah!" Ujarku begitu aku sampai di rumah Mila.
"Tadinya mau dijemput, tapi biasalah ada something" Ujar Kanza.
"Sok sibuk lu ah" Ujarku.

Sambil menunggu Mila yang sedang mandi, aku dan Kanza berjalan keluar menuju pusat jajanan di dekat rumah Mila. Saat kembali, Mila masih saja belum selesai mandi. Huft.

"Sorry lama, airnya mati." Ujar Mila.
"Alasan. Nih makanannya keburu dingin." Ujar Kanza.
"Makan nih." Ujarku.
Sambil cemil-cemil, Kanza refleks mengatakan sesuatu padaku.
"Tadi gue ketemu Gema!" Ujar Kanza.
"Apaan sih lu, basi ah!" Ujarku.

***

Halo guys! Sorry baru update. Dibaca yuk dan jangan lupa vommentnya, 1 pun sangat berharga :') hiks...
Kalo ada masukan, boleh langsung comment aja ya! Thank u❤️

LovemberTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang