Part 23

50 8 5
                                    

"Aku gak mau kamu susah El..."

"Malik yg aku kenal itu gak pesimis kayak gini. Gak mudah pasrah kayak gini," ujarku.

"Tapi memang keadaan aku lagi kayak gini El, aku mau to the point aja sama kamu. Kamu masih mau sama aku?" Tanyanya.

"Kok kamu jadi pecundang gitu sih pasrah sama keadaan? Aku masih mau kita lanjut, yang namanya susah itu cobaan, aku juga gak akan tinggalin kamu karena hal seperti ini Lik... Itu namanya kekanakan banget." Jawabku.

Malik mulai meneteskan air matanya. Aku jadi ikut merasakan apa yang ia rasakan. Pasti berat, karena pola hidupnya harus berubah 180 derajat. Tapi bagaimana pun, cobaan kita harus tetap lewati...

"Aku ngerti perasaan kamu Lik... Udah ya, jangan sedih, jangan berpikir aku maunya senang-senang aja, aku gak seperti itu Lik..." ujarku sambil memeluknya.

Sesaat aku memeluk Malik, kini keadaannya mulai membaik, tangisannya sudah berhenti dan Malik sudah dapat tersenyum kembali.

***

Semenjak hari itu, aku tidak pernah mengajak Malik untuk jalan, terkecuali ketika Malik yang mengajakku dahulu.

Bulan ke bulan, keadaan keuangan Malik mulai membaik karena aku dan Malik membuka usaha bersama. Di sela waktu kuliah, aku dan Malik berjualan baju online. Terkadang ketika weekend tiba, aku dan Malik berjualan dari pagi hingga malam hari, seperti di car free day dan di pinggir jalan dengan membuka gerai menggunakan mobil.

Sampai beberapa bulan akhirnya semua keadaan Malik kembali stabil. Hampir satu tahun berusaha agar keuangannya kembali normal, kini terbayar juga. Tentunya aku ikut senang, karena tanpa cobaan tersebut aku dan Malik tidak akan pernah tau bagaimana caranya mencari uang sambil kuliah.

***

Sore hari Malik memintaku untuk bertemu sepulang kuliah, katanya sih ada kabar baik, yaitu tentang keadaan keluarganya yang kini sudah kembali stabil. Akhirnya aku dan Malik bertemu di rumahku.

"Alhamdulillah Lik, pasti senang ya?" Tanyaku.

"Alhamdulillah... Senanglah. Maaf ya, jadi ikut susah juga hampir setahun ini," jawabnya.

"Gak apa-apa... btw kalo boleh tau, kenapa kamu selalu nolak bantuan aku? Kan aku jadi sedih..." tanyaku.

Ya, Malik selalu menolak ketika aku bayarkan makan atau aku traktir.

"Jangan, lebih baik aku yang bayar semua, atau kita bayar masing-masing." Jawabnya.

"Kan kalau aku lagi ada rezeki gak apa-apa dong?" Tanyaku.

"Iya iyaaaa bawel." Jawabnya.

"Makasih banyak El... Mungkin kalau aku pacaran sama orang lain, aku bakal ditinggal." Ujarnya.

"Tandanya kalau begitu gak cinta Lik... Oh ya, kasus yang menipu bisnis ayahmu gimana kelanjutannya kalau boleh tau?" Tanyaku.

"Nah kan ayahku disuruh kasih duit sekian juta pokoknya besar banget untuk modal bisnis sama temannya, ternyata kan penipu. Makanya keluargaku kesusahan. Terus, yaaa lapor polisi. Ribet dah, tapi akhirnya dikembalikan uangnya itu walaupun lama..." Jawabnya.

"Hufttt... Gila ya memang... Tapi beruntunglah semuanya kembali. Jadi pelajaran juga sih Lik," ujarku.

"Iya sayang, pokoknya makasih banget kamu bantu banyak hal, selalu semangatin aku tiap harinya," ujarnya lalu Malik memelukku.

Malam harinya, Malik pulang dan kini perasaanku juga ikut senang mendengar berita tersebut sudah terselesaikan.

***

LovemberTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang